Semua Bab Pernikahan yang Membingungkan: Bab 11 - Bab 20
20 Bab
11. Pulang
“Ca, kamu serius mau pulang?”Chava menghentikan kegiatan melipat pakaiannya ketika mendengar suara Alvian di belakang.“Iya.” Jawab Chava tanpa menoleh pada Alvian.Chava sudah malas berada disini, maka dari itu setelah berdebat dengan Alvian beberapa jam lalu, Chava memutuskan untuk kembali ke rumah saja. Suaminya itu bahkan baru menyusul Chava setelah berjam – jam.Jika Alvian datang lebih awal, mungkin Chava akan memikirkan ulang untuk pulang sekarang. Namun Alvian datang disaat Chava sudah enggan untuk memikirkan ulang kepulangannya.Terdengar suara langkah kaki yang mendekat ke arah Chava. “Ca, i’m really sorry. Please, forgive me. Kita masih bisa ada disini, untuk bulan madu kita, enggak perlu pulang.”“Enggak mau. Aku lebih baik pulang daripada disini terus sama kamu yang sibuk kerja. Toh, apa bedanya di Bali dan di Jakarta? Sama aja.”Chava mulai melanjutkan kegiatannya lagi, pakaian - pakaian yang sudah selesai dia lipat, dia masukan ke koper.Chava mulai menata pakaian yang
Baca selengkapnya
12. Keluarga cemara
“Gimana Honeymoon kalian? Seru?”Chava menoleh pada ibunya yang kini memandang Chava dan Alvian dengan tatapan yang melebar, seakan tidak sabar mendengar jawaban dari mereka.Mulut Chava melengkung membentuk senyuman, matanya bahkan berbinar – binar.“Seru banget, Ma!” ucap Chava dengan nada yang seakan memancarkan kebahagiaan. Sedangkan Alvian tersenyum simpul.Ibunya kini tersenyum semakin lebar, merasakan kebahagiaan yang di ucapkan oleh anak perempuannya. Tidak sia – sia ibunya mengundang anak dan menantunya yang baru saja pulang dari honeymoon untuk makan malam bersama.“Kalau emang seru, kenapa kalian pulang lebih awal? Bukannya kalian seharusnya satu minggu ada disana ya?” Tanya Gara, yang membuat Chava dan Alvian meneguk ludahnya.Pasangan suami-istri itu terlihat kebingungan, namun keduanya berusaha menyembunyikan hal itu. Padahal tangan Chava yang berada di bawah meja mengepal dan Alvian yang tubuhnya mulai keringatan.Alvian melirik Chava, dia mengerti bahwa istrinya tidak
Baca selengkapnya
13. Tidak saling bicara
Chava tidak akan menyangka bahwa dia dan Alvian benar – benar bukan termasuk pasangan pengantin baru yang sedang di mabuk cinta. Pernikahannya baru saja berjalan satu minggu, namun Chava merasa tidak ada kehangatan seperti pasangan pengantin baru yang lain.Bahkan rumah yang tidak terlalu besar ini, Chava benar – benar merasakan kesepian. Padahal dia tinggal dengan Alvian. Dingin, sesak, suasana di rumah ini.“Aku pulang.” Suara Alvian kini terdengar memasuki telinga Chava.Chava yang sedang menonton sebuah film di Televisi nya, melirik Alvian yang kini sudah berdiri di hadapannya. Chava pikir Alvian akan mengatakan sesuatu, namun nyatanya setelah pandangan mata mereka bertemu, Alvian membawa langkahnya menuju kamar.Chava menggigit bibir bawahnya, pandangannya kini memburam akibat air yang berada di pelupuk matanya. Chava menengadahkan kepalanya ke atas, berusaha mencegah air tersebut untuk keluar dari matanya.“Enggak. Aku enggak boleh nangis.” Ujarnya yang kini mengibas – ibaskan
Baca selengkapnya
14. Tamparan
Lewat tengah malam, Alvian baru saja sampai ke rumah miliknya dan Chava. Pekerjaan Alvian semakin menumpuk, rasanya Alvian bisa – bisa sesak karena pekerjaan ini.Bahkan Alvian belum baikan dengan Chava. Dia memilih untuk memberikan Chava jarak, agar emosi Chava mereda dulu.Omong – omong mengingat Chava, Alvian baru sadar bahwa rumahnya gelap gulita seperti tidak berpenghuni. Alvian memasuki kamarnya, dahinya mengeryit saat melihat tidak ada siapa – siapa disana.“Ca?” ucapnya memanggil sang istri, dengan membuka pintu kamar mandi.Tetap saja Alvian tidak menemukan Chava. Alvian meraih ponselnya yang berada di saku celananya, bermaksud untuk menghubungi Chava.Namun sebelum Alvian menghubungi Chava, ponselnya terlebih dahulu menunjukan ada panggilan masuk dari Eros — suami Joya.“Hallo?” sapa Eros pada Alvian yang kini mengangkat teleponnya.“Ada apa?” ucap Alvian tanpa basa – basi, dia juga merasa bingung karena tiba – tiba saja Eros menghubunginya.“Bang Ian, ini Chava mabuk berat
Baca selengkapnya
15. Ajakan pulang
Alvian memasuki kembali kerumunan orang – orang yang sedang menari. Musik yang keras, membuat kepala Alvian yang sudah pusing akibat pekerjaan, semakin pusing. Namun dia tidak berhenti mencari Chava.Rasa kekhawatirannya seakan mengalahkan semua rasa pusing dan lelah yang dia alami. Sepasang mata Alvian kini tertuju pada seorang perempuan yang sedang menari menikmati musik yang di mainkan.Tiba – tiba saja hati Alvian terasa panas, kepalanya menjadi mendidih melihat perempuan tersebut menari tidak sendirian, ada laki – laki lain yang menari di belakang perempuan itu.Alvian berjalan ke arah mereka dengan tangan yang mengepal. “Get away from my wife!” Alvian menyingkirkan tangan laki – laki itu dari pinggang Chava.Dia menarik Chava ke dalam pelukannya. Bau alkohol kini memasuki hidungnya.“Your wife? She’s my girl.” Ucap laki – laki itu, yang membuat hati Alvian semakin kepanasan. Bisa – bisanya laki – laki itu mengaku – ngaku.“Enggak usah ngaku – ngaku. Saya suaminya.” Alvian menunj
Baca selengkapnya
16. Solusi saat bertengkar
Alvian memarkirkan mobilnya di parkiran rumah. Dia melirik Chava yang duduk di sebelahnya, istrinya itu kini sedang tertidur.Alvian bersyukur Chava tertidur, karena di sepanjang perjalanan tadi, Chava terus memberontak dan mengoceh minta untuk tidak pulang.Menghembuskan napas dengan kasar, Alvian mengelap keringat yang kini membasahi pelipisnya. Mencari Chava dan mengendong Chava, cukup menguras energi.Setelahnya Alvian melepas Seat belt yang membelit tubuhnya, kemudian segera keluar dari mobil, memutarinya dan membuka pintu mobil sebelah kirinya.“Ca, kita udah sampai rumah.” Lirih Alvian dengan telapak tangan yang mengelus pipi Chava.Chava hanya merengek, tidak berniat membuka mata. Lagi – lagi Alvian merasa bersyukur, jika Chava sudah terlelap, itu artinya Chava tidak akan mabuk lagi.Namun jika Chava masih membuka mata, istrinya itu akan terus tidak sadarkan diri. Bahkan bisa saja memberontak terus.“Aku gendong ya … “ ijin Alvian pada Chava yang masih terlelap.Alvian melepas
Baca selengkapnya
17. Saling memaafkan
Cahaya matahari mulai menyentuh kelopak mata Chava yang masih tertutup, membuat Chava merasa terusik akan hal itu. Perlahan Chava membuka kelopak matanya secara perlahan, mata indahnya itu kini menatap satu persatu benda yang ada di ruangan. Dahi Chava mengeryit, saat merasakan kepalanya seperti di tusuk – tusuk oleh jarum dan Chava juga merasa bumi benar – benar sedang berputar. Gara – gara dia yang minum minuman yang beralkohol terlalu banyak, efeknya dia rasakan sekarang. “Aduh, pusing!” Keluhnya kini. Chava membalikan badannya, berniat mencari posisi yang nyaman untuk sedikit menghilangkan rasa pusingnya. Ketika berbalik, mata Chava terbuka lebar, saat melihat Alvian yang kini sedang terlelap di sampingnya. Chava juga baru menyadari jika tangan Alvian sedari tadi memeluk perutnya. Rasanya Chava sangat sulit untuk tidak memandangi wajah Alvian yang tampan ketika sedang tertidur. Rutinitas baru Chava setelah menikah, ketika dia bangun, dia akan memandangi Alvian tidak peduli si
Baca selengkapnya
18. Makan siang yang indah
Chava tersenyum diam – diam melihat Alvian yang kini masih tidak menyadari kehadiran Chava di ruangan kerjanya. Chava sengaja datang ke kantor milik Alvian, tanpa memberitahunya. Tujuan dia melakukan itu untuk mengejutkan Alvian.Selain itu, dia ingin melihat Alvian yang sedang bekerja di kantor, karena jujur saja Chava sudah bosan jika melihat Alvian sibuk terus – menerus mengerjakan kerjaan di rumah. Setidaknya ada suasana baru menyaksikan Alvian yang bekerja.“Sibuk banget keliatannya?” Chava membuka mulutnya untuk menyadarkan Alvian.Alvian yang pandangannya hampir berjam – jam tertuju pada layar Komputer yang tertera pada meja kerja, kini mengalihkan pandangannya.Dahi yang sedari tadi mengeryit, sudut bibir yang menurun ke bawah, kini di gantikan dengan mata yang membulat serta senyum yang mulai mengembang pada bibirnya.“Loh? Chava, Hai.” Sapa Alvian yang sama sekali tidak melunturkan senyumnya, seakan melihat Chava seperti melihat berlian yang mahal. Bahkan kini Alvian berdiri
Baca selengkapnya
19. Pasangan Labil
“Abang, kok gitu sih? Udah sekalian aja Mario makan sama kita. Jangan pelit gitu ah!” Ujar Chava meminta penjelasan pada Alvian.“Ca, aku udah bilang, Mario akan makan di luar, enggak bisa bareng kita.” Jawab Alvian yang masih tidak mau Mario makan bersama dengannya.Sedangkan Mario hanya menunduk, apalagi Alvian sedari tadi memandanginya dengan tatapan yang sinis, seperti sedang melihat musuh.“Abang … ““Aku bilang enggak, ya enggak, Ca.” Tolak Alvian lagi dan lagi.Dahi Chava mengeryit, merasa aneh dengan jawaban Alvian yang terus menerus menolak makan bersama Mario. Padahal Mario adalah adiknya.“Aduh, Ca, Aku lupa. Aku udah ada janji mau makan siang bareng teman aku.” Sela Mario di tengah perdebatan Alvian dan Chava.“Ah masa sih?” Tanya Chava yang tidak percaya karena Mario tiba – tiba berubah pikiran.“Iya, haha. Lupa aku. Sorry ya, Aku mau makan di luar sama teman ku.” Ucap Mario dengan tawanya.“Pergi sana.” Usir Alvian yang tidak sabar melihat Mario untuk pergi dari hadapann
Baca selengkapnya
20. Kembalinya masa lalu
Di perjalanan pulang, Alvian mampir ke Toko Kue yang biasanya Chava suka kunjungi. Dia ingin membeli Kue Red velvet yang sangat Chava sukai. Anggap saja ini adalah hadiah untuk Chava yang sudah membawakan Alvian makan siang tadi.Senyum Alvian mengembang saat melihat Kue Red velvet itu, otaknya jadi membayangkan bagaimana reaksi Chava nanti? Istrinya itu pasti akan melompat – lompat kegirangan dengan teriakan yang menandakan kegembiraan.“Ada yang bisa saya bantu, Pak?”Alvian mendongakan kepalanya, dia melihat seorang pelayan yang kini sedang tersenyum padanya.“Iya, Mbak. Saya mau pesan Cake Red velvet satu, di take away ya.” Ucap Alvian kepada pelayan perempuan itu.“Baik,Pak. Atas nama siapa?” Jawab pelayan itu dengan ramah.“Alvian.”“Baik, Pak. Biar saya ulangi pesanannya ya, satu Cake Red velvet di take away atas nama Alvian. Totalnya menjadi dua ratus lima puluh ribu.” Jelas sang pelayan.Alvian mengambil dompetnya dan mengeluarkan uang sejumlah yang di sebutkan pelayan itu. K
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status