All Chapters of Mafia Dilarang Mencintai Siapapun: Chapter 21 - Chapter 30
41 Chapters
Bab 21 - Penculikan Istri Mafia
"Orang-orang Narcist yang disewa Maxime sudah bersiaga, mereka akan menjalankan aksi malam ini." "Kenapa kau baru mengabariku?" Law menutup mata sembari mengurut pelipis, usai mendapat penggilan telepon dari Will, "Hah, jika mereka tahu aku ini pimpinan Narcist, masih adakah yang berani menampakkan wajah di depanku setelah ini." "Semalam kau sibuk dengan Elia, bahkan kau tak terlalu memperhatikan ucapanku," ungkap Will membela diri. Will dan seluruh tim medis kepercayaan datang ke penginapan pada saat itu juga—usai Law menelepon, melewati dua jam perjalanan hanya untuk melakukan pemeriksaan pada istri Law yang mengalami hipotermia. Padahal pria itu bisa saja memanggil petugas medis yang disiapkan hotel, namun ketidakpercayaan menghalangi tindakannya. "Jadi bagaimana plan mereka? apakah masih sama seperti rencana yang dibuat Liam?" "Ya, masih sama, dan kemungkinan Liam juga mengerahkan anak buahnya untuk melindungimu—baru kemungkinan, entah apa yang dia rencanakan dengan Elia." La
Read more
Bab 22 - Obsesi Semata
"Elia sudah bersamaku, cepatlah! sebelum dia sadar!" Max mengakhiri sepihak panggilan telepon yang tampak membuatnya emosi. Ia kemudian beralih pada Elia yang masih tidak sadarkan diri dengan posisi tangan kaki terikat, Max mengusap surai Elia dengan penuh kasih, "Maaf aku harus melakukan ini, Elia. Demi kita berdua." Beberapa menit mobil menepi, tampak mobil lain muncul dari arah berlawanan. Pengemudinya lekas keluar sembari melempar sebuah kunci, mereka kemudian bertukar kendaraan. "Ini kunci rumahnya, jangan sampai hilang karena hanya ada satu," ucap pria dengan setelan serba hitam itu, mengingatkan Max. Setelah dipindahkan ke mobil lain, Elia terlihat menggeliat kecil. "Cepat pergi sana, efek biusnya mulai pudar." Max khawatir Elia akan segera sadar, ia pun lekas melajukan kendaraannya dengan kecepatan penuh. Namun di tengah perjalanan, perempuan itu mulai membuka matanya, mencari kesadaran. "Maxime?" Elia mengerjapkan mata, berusaha mendapatkan kesadaran penuh. Saat bola mat
Read more
Bab 23 - Darah Para Jasad
Law mengusap darah milik para mayat ke seluruh tubuhnya, menciptakan kesan seolah dirinya terluka parah akibat serangan. "Aku butuh bantuanmu untuk mengatasi mayat-mayat ini, Paman John." "Tidak perlu khawatir, seperti biasa," balas pria baya itu. Sosoknya memiliki peran penting tersendiri di kehidupan Law, namun saat ini ia hanya bertugas sebagai 'pembersih' dari segala bekas kekacauan yang Law buat, termasuk seperti sekarang. Pria itu heran melihat Law masih sibuk dengan darah para mayat. "Kenapa kau mengotori dirimu dengan darah itu?" "Untuk pembuktian kalau Maxime punya niat membunuhku." Law kemudian beralih pada panggilan teleponnya, sembari membiarkan John mulai bekerja. Will menjelaskan, "Law, Elia dibawa Max. Aku terlambat mengatahuinya, dan sepertinya kini mereka sudah pergi jauh." "Elia masih pakai anting-anting yang biasanya, coba lacak dia, aku akan segera berangkat." Law teringat sesuatu, ia telah menaruh pelacak sekaligus penyadap super mikro di kedua anting milik Eli
Read more
Bab 24 - Dokumen Perceraian
"Lawrence!" Max terbelalak saat mendengar seruan Elia yang menatap sebuah mobil hitam di belakang mereka, hingga ia tak sadar menginjak pedal gas secara maksimal namun tak memperhatikan sekitar. Mobil hitam Law, menubruk miliknya dengan hantaman kencang, lantas membuatnya terpojok ke sebuah pohon besar. Kedua kendaraan itu berhenti dengan posisi kacau di tengah jalanan hutan yang sepi dan gelap. Max keluar dari mobil, tak lupa mengunci seluruh pintunya. "Perjalanan kalian menyenangkan?" Law menyusul keluar. Pakaian dan tubuh yang terbalur darah membuat Max tersenyum sinis—karena ia pikir itu semua ialah luka yang dihasilkan oleh para pembunuh bayaran. Padahal nyatanya, Law tak tergores sedikitpun. Elia tiba-tiba berseru dari dalam, "Law, dia bawa pistol! hati-hati!" Melihat tonjolan pada salah saru saku celana Max, Law tidak lagi bisa menahan tawa. Senjata berpeluru itu bukan keluaran terbaik, melainkan salah satu produk gagal yang dijual ilegal di pasaran. Bukan berarti tidak be
Read more
Bab 25 - Dibalik Topeng Kesempurnaan
Elia terbaring lemah di rumah sakit, dalam kondisi sudah sadar. Namun, ia tak dapat bergerak sama sekali akibat telah disuntikkan cairan yang membuat sekujur tubuh mati rasa, hal itu berguna untuk oprasi pengangkatan peluru yang bersarang di betis, beberapa saat lalu. Diluar bangsal, Law hanya memandangi sang istri dengan tangan bersidekap. Matanya seolah kosong, tanpa menyiratkan sebuah arti. "Bagaimana keadaannya?" Lamunan Law buyar berkat kedatangan John, pria baya yang berperan sebagai 'pembersih' kekacauan, "Sementara tidak bisa berjalan, karena luka tembak di kakinya," jelas Law, seperti yang sudah dikatakan oleh dokter yang menangani Elia, "Lalu bagaimana dengan Maxime?" "Pegawaimu dan orang-orangnya Tn. Danne telah mengatasinya. Mereka melaporkannya sebagai penculikan." "Sayang sekali aku tak bisa melihat reaksi Tn. Danne, padahal dia terlihat sangat bangga pada tukang kopi sialan itu." John tersenyum tipis, bola matanya terfokus pada bekas luka di bahu Law yang masih mer
Read more
Bab 26 - Masa Lalu
20 tahun lalu"Untuk sementara, kau harus tinggal di panti asuhan ini, aku akan mencarikan orang tua asuh paling tepat untukmu agar bisa hidup lebih baik," ucap Johnson Gate meyakinkan seorang anak lelaki bermata sembab karena terus-menerus menangis beberapa hari belakangan.Anak itu ialah Jonathan Rainer. Nathan yang malang telah keluar dari rumah sakit setelah menjalani berbagai perawatan demi menyelamatkan nyawanya.Wajahnya begitu terpuruk karena kehilangan seluruh anggota keluarga hanya dalam semalam, kemudian harus melakukan oprasi luka yang ada di dadanya, dan kini... ia pergi ke panti asuhan yang merupakan tempat tinggal baru, diantara puluhan orang asing."Baiklah," balasnya patuh, "Kapan Paman John kembali?""Aku akan datang sesering mungkin untuk menjengukmu," pria itu mengusap pelan surai anak dari teman baiknya tersebut. Ia menjadi iba saat melihat kesedihan yang terpancar melalui kedua bola mata Nathan, "Jangan bersedih, kita akan balaskan dendam pada orang-orang jahat i
Read more
Bab 27 - Masa Lalu 2
"Lawrence!" Anak lelaki itu sontak tersenyum lebar, "Paman John!" "Aku punya sepatu baru," di halaman panti, pria itu mengeluarkan sebuah kotak kardus, memberikannya pada Law kecil yang gembira. Sudah dua tahun lamanya Lawrence tinggal di panti asuhan ini, dan sudah dua tahun pula John tak pernah absen berkunjung tiap seminggu sekali. Law mengalami banyak perkembangan pola pikir menyesuaikan kehidupan yang berubah drastis dari sebelumnya, ia jadi semakin cerdas dan mandiri, meski pada dasarnya Law memang anak yang jenius. Meski begitu Law tetaplah seorang anak kecil, dia butuh sosok orang tua, terbukti dari sikapnya yang berubah kekanakan dan ingin disayang ketika John datang. Tiap kali melihat senyum manis Law, John selalu teringat dengan Estefan—teman terbaik yang selalu ada untuknya dalam kondisi apapun. Kepergian Estefan membuat John merasa tanggung jawab masa depan Law ada di tangannya, sehingga ia sangat bekerja keras dalam segala hal agar Law dapat hidup dengan layak, dan u
Read more
Bab 28 - Masa Lalu 3
"Selamat datang, mulai sekarang ini rumah Lawrence juga karena kami adalah orang tuamu."Law terpana melihat kediaman super megah milik keluarga Rollan yang terpampang di depan mata. Bangunan itu sangat tinggi dan luas, mungkin lima kali lipat dari rumah besar milik keluarga kandungnya. Dari situ Law menyadari kalau orang-orang ini sangatlah kaya raya seperti yang dikatakan oleh Paman John.Ia bahkan bisa melihat beberapa mobil mewah berjajar di garasi, total ada belasan kendaraan beroda empat.Pintu setinggi dua meter kemudian dibuka, menampilkan area ruang tamu bernuansa aristokrat yang jauh terlihat lebih mewah karena pernak-pernik yang ada. Law tidak berhenti mengedipkan kepala akibat pantulan dari benda berkilauan itu.Sepasang suami istri itu kemudian membawanya masuk lebih dalam, menyelami tiap sudut rumah dan fungsi ruangannya agar Law merasa lebih nyaman, juga tidak asing."Terimakasih banyak sudah mengadopsiku," ucap Law kecil dengan polos, ia tidak bisa berhenti mengagumi s
Read more
Bab 29 - Masa Lalu 4
Lawrence kini telah menginjak usia tujuh belas, dia tumbuh semakin baik dengan postur tinggi dan badan yang bagus akibat rajin berolaharaga sesuai arahan sang ayah.Selain itu, Law juga gemar melakukan olahraga apapun, terutama basket. Ia mengikuti banyak sekali kompetisi basket lewat ekskul di sekolah. Dribble, lompatan, dan lemparan menuju ring membuat keringat bercucuran membasahi seluruh tubuh seakan terguyur hujan. Meski begitu, ia tak peduli, diambil alihnya lagi bola dari lawan untuk kembali mendapat poin.Law suka kemenangan saat benda bulat itu memasuki lingkar ring dengan sempurna dan sorakan para pendukungnya.Ia dan timnya pun ikut melakukan sorakan kegembiraan karena poin terus bertambah, meninggalkan tim lawan jauh dibelakang."Law!"Matanya seketika bergulir ke arah suara yang menyerukan namanya tersebut. Terlihat Ann di pinggir lapangan mengangkat sebotol air, mengisyaratkannya untuk datang ke sana.Law menerima dengan senang hati air dalam botol merah muda bergambar k
Read more
Bab 30 - Pelanggaran Peraturan Narcist
"Biar ku ingatkan lagi." Law berjalan arogan dengan pakaian hitam yang menutup seluruh tubuh bahkan hingga ujung kaki, tak lupa topeng untuk menyembunyikan wajahnya. Ia menelisik tiap orang yang berdiri membentuk barisan saling berhadapan tersebut dengan pandangan tajam.Orang-orang talam jajaran itu merupakan para ketua dari tiap divisi tim dalam Narcist, istilahnya mereka adalah para petinggi terpenting dalam susunan kepemimpinan Narcist. Semua berkumpul untuk mewakili komplotan masing-masing dan bertanggung jawab atas apa yang dijalankan dalam tiap misinya.Adapula Liam, si ketua tim pembunuh bayaran, dan Davine ketua tim peredaran obat-obatan terlarang juga narkotika.Law mengehentikan langkah tepat di depan Liam yang tidak menunjukkan wajah takut sama sekali meski timnya telah melakukan kesalahan besar—yang juga menjadi alasan dikumpulkannya mereka malam ini.Dibalik topeng, bibirnya tersungging miring."Narcist menjujung tinggi keberhasilan dan kepuasan klien, tapi kali ini tim
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status