Semua Bab Dinodai Suami (Gagal Cerai): Bab 41 - Bab 50
55 Bab
Hari Terakhir Bersama
Entah apa yang harus aku katakan lagi pada Saga. Lelaki itu lebih percaya dengan ucapan bibi daripada aku. Dia tidak mau mengantarkan aku pulang, sedangkan aku sendiri tidak tahu arah jalan untuk kembali.Aku harus apa sekarang?Entah sudah pukul berapa saat ini. Perutku sudah sangat lapar. Tetapi aku enggan minta makan kepada Saga. Aku hanya ingin pulang. Namun, pria itu terkekeh ingin bersamaku selama satu hari.Se egois itu Saga. Semua karena cinta. Dia hanya peduli dengan dirinya sendiri, tetapi menyakiti orang yang dia cintai.Pandanganku kian kabur. Sedangkan Saga sibuk dengan ponselnya. Entah apa yang dia lakukan. Mata kian sulit dibuka, napas pun ikut sesak. Ya Tuhan, kuatkan aku.Dalam sekejap mataku terpejam. Namun, masih bisa mendengar suara samar dari Saga. Pria itu menjerit keras hingga terdengar suara pukulan juga. Aku tak tahu apa yang terjadi di ruangan ini. Setelahnya aku benar tak tahu apa yang terjadi. Ketika membuka mata, aku sudah berada di dalam pangkuan Saka,
Baca selengkapnya
Selamat Jalan
Saka segera mendekat pada pihak polisi. Dia pun sepertinya ingin memastikan dugaannya yang sama sepertiku.Semoga itu bukan Saga, Tuhan.Hatiku harap-harap cemas. Apalagi saat Saka melangkah mundur sesaat setelah menengok ke dalam. Tubuhnya seketika bergetar hebat. Ya Tuhan, ada apa ini?Beberapa petugas polisi membantu mengevakuasi salah satu korban yang sudah meninggal. Keadaannya sungguh mengenaskan. Di mana beberapa bagian tubuhnya tak menyatu. Dan yang lebih mengenaskan lagi adalah sebagian kepalanya hancur karena tergencet kepala truk.Jika sang supir saja seperti itu. Bagaimana nasib penumpang di jok belakang yang jelas-jelas terkena badan truk dengan muatan pasirnya. Aku tak bisa membayangkan keadaan korban yang masih di dalam sana.Saat mereka yang tadi berkerumun sedang minggir, untuk mencari cara mengevakuasi yang lain. Aku bisa melihat secara samar kain berwarna abu dari korban yang sudah dievakuasi.Aku semakin mempertajam penglihatan. Seketika napas terasa berat. Baju
Baca selengkapnya
Mengapa Harus Aku
"Tuan, ada kabar terbaru," ujar Reno."Kabar apa?" tanya Saka.Seketika mata Saka membelalak. "Benarkah?""Sayang, Sayang," panggil Saka begitu girang. Ada apa? Hal itu membuatku bertanya-tanya.Aku mempercepat langkah. Hingga kini sudah berada tepat di depan Saka."Sini, ada kabar baru," ujarnya menggenggam kedua tanganku."Apa?" tanyaku menatap kedua manik mata Saka."Bibimu, tersandung kasus penipuan.""Ha?" Aku melongo tak percaya."Kata siapa?" tanyaku tak percaya begitu saja. Mana mungkin bibi tersandung kasus penipuan."Infomasi yang aku dapat dari teman, tadi aku juga lihat di sebuah akun sosial media yang membahas tentang investasi bodong, dan ada nama bibimu yang tertera di sana," terang Reno dan aku masih tak percaya. Kok bisa bibi tersandung kasus seperti itu."Kamu sedih?" tanya Saka dan aku tersenyum miring."Untuk apa aku sedih. Justru aku malah tidak sabar ingin bertemu dengannya. Aku ingin melihat ekspresi wajahnya seperti apa," balasku."Kalau gitu nanti sepulang da
Baca selengkapnya
Keputusan Yang Sulit
Apa yang membuat Saka marah dan meminta agar Aditya saja.Apa permintaan Opa pada Saka? Wajah pria itu tampak gelisah dan juga bimbang."Pokoknya kali ini Saka menolak, Opa. Nilam sedang hamil dan Saka tidak mungkin melakukan itu!"Ya Tuhan, sebenarnya apa yang terjadi? Apa jangan-jangan aku dan Saka diminta bercerai saat kami sudah saling menerima?"Tapi cuma kamu yang bisa Opa andalkan Saka!""Saka tetap tidak mau menerima permintaan Opa, ini sulit bagi Saka. Apalagi meninggalkan Nilam!" Saka langsung bangkit dari duduknya.Aku segera kembali ke kamar dan pura-pura belum turun, apalagi mendengar ucapan mereka. Saka masuk kamar dengan langkah kaki dihentakkan. Kemudian menjatuhkan bobot tubuhnya di ranjang.Aku hanya diam dan berpura-pura merias wajah. Melirik padanya, menunggu apa yang akan Saka katakan. Namun, pria itu tak kunjung berbicara. Ia menatap ke arah langit-langit.Aku bangkit dan mendekat. Menanyakan apakah Opa masih ada di sini atau sudah pulang."Opa sudah pulang?" Sa
Baca selengkapnya
Rahasia Yang Disembunyikan
"Nah, gitu dong. Anak hebat, Mami. Keren!" Mami mengacungkan jempol kepada Saka.Sudah seperti anak kecil saja. Namun, di sini aku merasa ada yang aneh. Kok mereka saling lirik satu sama lain. Mana saling kedip-kedipan lagi. Apa jangan-jangan ....Ah, aku tidak boleh berpikir negatif tentang mereka. Gegas aku menepis pikiran buruk itu.Mereka bertiga kembali bekerja ke kantor. Sedangkan Opa kembali ke rumah. Kini tinggal aku dan Saka. Kepergiannya tinggal dua hari lagi. Kebersamaan kami tinggal besok dan hari ini. Ah, kenapa jadi berat melepaskan begini sih. Padahal kan tadi aku udah ikhlas dan rela kalau Saka bakalan pergi. Kenapa sekarang jadi nggak rela gini."Sayang," panggil Saka karena aku hanya terdiam."Iya," balasku menoleh."Yakin kamu rela aku pergi?" Aku mengangguk meski sebenarnya sangatlah ragu. Berpisah dalam keadaan hamil. Bayangan tentang melahirkan tanpa suami membuatku bergidik ngeri. Katanya melahirkan itu sakitnya luar biasa."Aku yakin kamu terpaksa 'kan? Dan s
Baca selengkapnya
Takdir Tuhan
Ah, sebenarnya apa sih rencana Opa? Kenapa tidak ada satu pun yang mau bicara jujur padaku dan Saka.Mereka pandai sekali untuk bungkam. Hal itu membuatku penasaran. Mencoba mencaritahu, tetapi sepertinya tak ada yang mau jujur.Hingga acara makan malam selesai pun aku tak mendapatkan hasil apa-apa. Tidak tahu apa yang direncanakan oleh Opa terhadap aku dan Saka.Kesal dan jengkel. Itu yang aku rasakan saat ini."Kenapa mukanya ditekuk gitu?" tanya Saka saat kami dalam perjalanan kembali ke rumah."Apa sih rencana, Opa?" Aku menggerutu.Saka mengendikkan bahu. Dia sendiri juga sama-sama tidak tahu. Menyebalkan bukan!Setibanya di rumah. Kok mobil Opa ikut masuk gerbang. Apa malam ini dia juga akan menginap di sini?Pria baya itu ikut turun, lalu dituntun oleh Mami masuk rumah. Aku pun ikut turun yang diikuti oleh Saka. Kami berdua berjalan beriringan."Jangan lupa besok jam 8," kata Opa mengingatkan Saka."Iya, Opa," jawab Saka sedikit malas."Nilam, kamu juga besok siap-siap. Mami ak
Baca selengkapnya
Egois
POV AdityaAku benar-benar benci dengan keadaan ini. Mengapa harus Nilam, wanita yang aku cintai.Meski aku sudah berusaha untuk melupakan dia. Tetap saja hati ini masih untuknya. Bahkan, dua hari lagi aku dan Vika akan menggelar acara pertunangan. Namun, tetap saja hatiku untuk Nilam.Ikhlas? Sebuah pertanyaan ataukah pernyataan? Namun, jawabku tetap tidak. Aku tidak ikhlas melepaskan Nilam begitu saja. Mungkin mulut bisa berkata demikian, tetapi dari lubuk hatiku yang paling dalam. Cintaku tetap utuh dan tetap sama seperti sebelumnya."Hei, ngelamunin apa sih?" tanya Vika kala kami sedang makan malam bersama keluarga besar Abraham."Ah ini cuma ingat kata Opa aja kalau dia sedang mengerjai Saka dan Nilam," jawabku lalu menceritakan jika Opa berpura-pura meminta Saka pergi ke luar negeri demi menguji cinta Saka terhadap Nilam."Mengapa kalian tidak jujur saja? Kasihan sekali Nilam dan Saka, pasti mereka sangat sedih harus berpisah," balas Vika.Justru aku ingin itu menjadi kenyataan
Baca selengkapnya
Malam Kelam (Kehormatan Yang Direnggut Paksa)
Dua Minggu berlalu, aku dan Saka kini sudah saling melengkapi. Perubahan sikapnya pun drastis. Pria itu lebih banyak waktu untukku daripada bekerja. Puji syukur atas semua anugerah dari-Nya."Sayang, dua hari lagi acara pernikahan Aditya dan Vika. Untuk malam acara resepsi, kita menginap di rumah mami Nafa, ya," pinta Saka dan aku membalas dengan anggukan.Apa pun yang Saka katakan aku ngikutin saja. Menginap di rumah mami Nafa untuk satu malam setelah acara pernikahan Aditya, karena acara resepsi dilakukan pada malam hari. Namun, siapa sangka jika malam itu akan menjadi malam kelam bagiku. Di mana Aditya masuk ke dalam kamar secara tiba-tiba. Padahal malam ini adalah malam pertama baginya dan juga Vika. Aditya masuk ke dalam kamar dan menguci rapat pintunya. Sedangkan Saka saat ini sedang mengantarkan Opa periksa ke rumah sakit. Tadi, pria baya itu sempat pingsan ketika akan beranjak ke kamarnya, mungkin karena kelelahan. Namun, hingga dini hari. Saka belum juga kembali."Apa yang
Baca selengkapnya
Menghindar
"Dit." Suara itu mengagetkanku."Apa yang kamu lakukan?" Saka muncul tiba-tiba."Ah ini, semalam Nilam jatuh di kamar mandi. Badannya selamam panas dan sekarang aku sedang mengeceknya. Apakah demamnya sudah turun atau belum." Aditya langsung melangkah mundur.Mendengar itu, Saka bergegas mendekat lalu memegang keningku."Kamu baik-baik saja? Bagaimana dengan janin kita?" tanyanya khawatir.Ingin rasanya aku jujur pada Saka saat ini juga. Tetapi mata Aditya melotot, mengancamku."Gimana, Dit?" tanya Saka saat aku menatap ke arah Aditya."Dia baik-baik saja, kok, janinnya juga baik-baik saja," balas Aditya membual.Entahlah, kenapa Aditya berubah sifatnya menjadi seperti monster. Dia berubah kejam seperti ini."Ya ampun, maaf ya, aku semalam mengurus semua keperluan Opa. Aku tidak sempat pulang. Walaupun ada mami, mami Nafa, papi dan salman. Opa tetap tidak mau aku tinggal. Alhasil aku menunggu dia semalaman. Baru pagi ini aku bisa pulang," ujar Saka merasa bersalah seraya mengusap-usap
Baca selengkapnya
Mulai Curiga
POV Arshaka"Ya Allah, Opa!"Gegas aku mendekat dan membantu Opa yang jatuh pingsan saat akan menaiki tangga. "Papa!" Mami dan papi ikut mendekat.Papi membantuku membawa Opa ke dalam mobil. Mami pun sama. Ia duduk di belakang menjaga kepala Opa. Sedangkan papi duduk di jok depan.Aku sendiri harus masuk ke kamar. Mengambil kunci di dalam tas. Kebetulan saat itu, Nilam juga akan menyusul keluar."Kamu di rumah saja, takut kelelahan," ujarku memintanya kembali masuk rumah."Tapi, Sayang ....""Nggak usah tapi-tapi, buruan masuk. Ini sudah malam. Kamu sedang hamil. Jaga baik-baik anak kita, ini adalah cicit yang diharapkan oleh Opa." Aku meyakinkan Nilam seraya mengusap perutnya yang masih rata.Wanita itu mengangguk dan nurut. Dia kembali masuk rumah bersamaku. Memasuki kamar bersama. Sebelum aku pergi, kukecup keningnya beberapa saat."Semoga Opa baik-baik saja," lirihnya."Amin," balasku lalu berpamitan dan segera mengantar Opa."Bang," panggil Aditya tetapi aku tidak menjawab. Kese
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status