All Chapters of Gadis Tompel Kesayangan Tuan Muda: Chapter 31 - Chapter 40
53 Chapters
Bab 31. Diinterogasi Secara Halus
"Si Tompel?" Pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Preman Simpang meski sangat pelan.Key mendatangi pria itu kemudian menyambutnya ramah. "Apa kabarmu, Andre?""Eh, ah, kabar Gua baik-baik aje, Key!" jawabnya dengan gaya bahasa yang sama seperti Djuwira kenal."Udah lama gak ketemu, kangen juga aku," balas Key, berbahasa non formal. Itu adalah kali pertama Djuwira mendengar Key bicara tidak baku. "Kau masih tetap sama, ya, nyebelin!" ujar Key lagi sambil cekikikan.Preman simpang itu pun tampaknya begitu akrab dengan Key. Djuwira mengerutkan bibir, merasa tidak aman berada di sini bila pria yang selalu bermasalah dengannya juga di rumah ini."Key, siape tuh?" tanya si preman Simpang pura-pura tidak tahu.Key menoleh ke arah telunjuk Andre lurus. Tepat ke belakangnya, ke arah Djuwira. "Oh, itu—" jawabnya berhenti sejenak. "Dia karyawanku di kantor," lanjutnya mengangguk pelan, senyuman lebarnya menciut karena Andre membahas Djuwira."Oh, Karyawan Lu, Key," sahutnya mengangguk. Kin
Read more
Bab 32. Hareudang
Dengan hati berbunga-bunga, Djuwira turun ke bawah membawa piring nasi goreng untuk Key. Setelah meletakkan piring di atas meja, dia kembali ke dapur untuk mempersiapkan makanannya sendiri.Key duduk di ruang makan dengan rasa lapar yang semakin terasa saat mencium aroma lezat dari nasi goreng buatan Djuwira. Ketika Djuwira kembali dengan mangkuk nasi gorengnya, Key sudah siap untuk menyantap makanan itu."Makanlah dengan lahap, Pak," ucap Djuwira sambil tersenyum.Key mengangguk menghargai. "Terima kasih, Djuwira. Aromanya saja sudah membuatku lapar," ujarnya sambil mulai menyantap nasi goreng tersebut.Saat mereka makan, suasana menjadi lebih nyaman. Djuwira merasa lega bahwa Key tidak marah atau kesal padanya setelah insiden sebelumnya. Mereka pun mulai berbincang-bincang ringan tentang pekerjaan dan kehidupan sehari-hari.Dalam percakapan mereka, Djuwira semakin menyadari bahwa meskipun Key terlihat tegas dan serius di tempat kerja, dia sebenarnya memiliki sisi hangat dan peduli t
Read more
Bab 33. Harus Berani
Namun, rekan-rekannya semakin mendesak, mengancam akan membuat situasi lebih buruk bagi Djuwira jika dia melaporkannya. Mereka menegaskan bahwa mereka tidak akan mentolerir 'pengkhianatan' dari Djuwira.Dalam kebimbangan, Djuwira menyadari bahwa dia harus memilih antara mematuhi ancaman mereka atau mengungkapkan kebenaran kepada Key. Meskipun takut akan kemungkinan konsekuensinya, dia tahu bahwa dia tidak bisa diam dan mengabaikan perlakuan tidak adil yang dia terima.Saat itu, Djuwira memutuskan untuk tetap teguh pada prinsipnya. Dia menolak untuk menyerah pada tekanan rekan-rekannya dan dengan hati berdebar, dia mencari waktu yang tepat untuk berbicara dengan Key tentang apa yang terjadi."Baiklah, kau akan merasakan akibatnya. Key itu adalah pria yang aku suka. Aku benci pada wanita yang mendekati dengan segala cara sepertimu. Kau harus sadar siapa kau. Bagaimana bisa kau jadi supir pribadinya juga? Hah, menyebalkan!"Djuwira menghela napas berat. Ternyata bukan karena Ello mereka
Read more
Bab 34. Meredam Keputusan
Djuwira mencoba menjawab dengan hati-hati, mencari cara untuk tidak mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi di ruangan peralatan dengan Uwais. "Oh, Pak, kami hanya membicarakan pekerjaan dan beberapa hal terkait tugas-tugas yang perlu diselesaikan," jawabnya seraya berusaha menahan ketegangan.Namun, Key menatapnya tajam, seolah mencoba melihat melalui jawabannya. "Pekerjaan, huh?" ucapnya dengan nada skeptis. "Kau tahu, Djuwira, aku sangat menghargai kejujuran di sini. Jadi, aku harap kau akan memberitahuku jika ada sesuatu yang perlu diungkapkan."Djuwira merasa semakin terjepit. Dia tidak ingin menyembunyikan apapun dari Key, tapi juga tidak ingin memperburuk situasi dengan memberitahunya tentang kejadian yang sebenarnya. "Tentu, Pak. Saya akan menginformasikan jika ada sesuatu yang perlu Pak Key ketahui," jawabnya hati-hati.Key mengangguk singkat. "Baiklah, aku ercaya padamu, Djuwira. Tapi, jangan ragu untuk memberitahuku jika ada masalah, baik itu terkait pekerjaan maupun hal
Read more
Bab 35. Tamu Tak Diundang
Key menggaruk kepalanya dengan ragu. "Ah, ya ... itu karena aku sangat lapar," jawabnya sambil mencoba menutupi ketidaknyamanan saat Uwais muncul di jam makan malam bersama Djuwira.Uwais tersenyum lebar. "Baiklah, aku akan ikut makan. Kapan lagi bisa makan pizza gratisan. Lagi pula ini terlalu banyak kalau kau habiskan sendiri."Key menggelengkan kepala dalam hati, berharap Djuwira sudah aman di dalam kamar. "Tentu, silakan." Dia mencoba menjaga agar suasana tetap santai.Djuwira, dari balik jendela, mendengar percakapan mereka dengan perasaan campur aduk. Dia berharap Uwais tidak bertanya tentangnya. Tetapi, dia juga penasaran dengan apa yang akan mereka bicarakan.Dari jendela, Djuwira bisa melihat bagaimana Key dan Uwais duduk di meja makan sambil berbincang-bincang. Mereka tertawa dan berbicara dengan akrab, membuat Djuwira semakin penasaran.Tiba-tiba, Djuwira teringat bahwa dia seharusnya tidak berada di dekat jendela. Dia ada di rumah Key sebagai penolong terapi, bukan untuk m
Read more
Bab 36. Malam Panjang
Key mengerti dan meminta Djuwira turun dan duduk di karpet seperti dirinya sekarang. Mereka berhadapan dan saling berpandangan."Terus, Dok?""Tarik napasmu dalam-dalam, persiapkan mental. Katakan pada dirimu kalau mau berubah. Kontrol otakmu jangan sampai berpikir negatif. Tanamkan juga kalau kau ingin melupakan trauma itu."Key menarik napas panjang, lalu mengembuskan udara pelan-pelan dari mulut. Dia memejamkan mata dan mengucapkan kalimat-kalimat positif agar tubuhnya merespon. Perlahan dokter Vino meminta Djuwira membuka maskernya. Meski ia ragu, tapi janjinya membantu Key harus dijalani.Key membuka kedua kelopak matanya yang mengayun pelan. Sedikit demi sedikit sosok Djuwira bisa dilihat. Awalnya pandangan Key tidak mengarah ke tompel. Ia berusaha mengalihkan fokus ke kening, mata dan hidung. Alisnya mulai berkerut saat meluaskan fokus tersebut ke semua wajahnya.Key memejamkan matanya kembali secara refleks. Djuwira sadar kalau bosnya belum bisa menerima situasi dan segera mem
Read more
Bab 37. Hadiah Dari Bos
Ketika mereka selesai sarapan, Key memperhatikan Djuwira yang sibuk membersihkan meja dan mencuci piring. Sejenak, tatapannya terfokus pada wanita itu yang begitu terampil dan teliti dalam pekerjaannya. "Djuwira, aku punya sesuatu untukmu," ucap Key tiba-tiba, membuat Djuwira menoleh ke arahnya dengan rasa penasaran."Apa itu, Pak?" tanyanya, mencoba menyembunyikan kegembiraannya.Key tersenyum lembut, lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku celananya. "Ini untukmu," ujarnya sambil memberikan kotak tersebut pada Djuwira.Dengan hati-hati, Djuwira membuka kotak tersebut dan terkejut melihat sebuah liontin cantik berbentuk bunga di dalamnya. Dia memandang Key dengan tatapan terharu. "Pak, ini terlalu berharga bagiku," ucapnya dengan suara gemetar.Key mengangguk. "Aku tahu hari-harimu belakangan ini tidak mudah, dan aku ingin memberikan sedikit kebahagiaan bagimu. Terima kasih atas semua yang sudah kau lakukan," ujarnya tulus. Key merasa ada perubahan sejak melakukan terapi tadi
Read more
Bab 38. Menepati Janji
Key sepertinya tidak terlalu keberatan dengan pelukan itu. Dia menganggapnya sebagai ungkapan kebahagiaan Djuwira atas kemajuannya. Sepertinya hubungan mereka sebagai atasan dan bawahan semakin dekat setelah melewati masa-masa sulit bersama.Key masih sedikit terkejut dengan pelukan tiba-tiba itu, namun dia mencoba menenangkan diri. Dia menepuk punggung Djuwira pelan. "Tidak apa-apa, Djuwira. Aku mengerti perasaanmu," ujarnya sambil tersenyum.Setelah pelukan singkat itu, mereka kembali duduk di bangku taman. Suasana menjadi sedikit canggung setelah kejadian barusan. Namun, Key berusaha mencairkan suasana dengan membicarakan hal lain."Ngomong-ngomong, Djuwira, kau sudah berencana akan melakukan apa setelah sembuh nanti?" tanya Key mencoba mengalihkan pembicaraan.Djuwira tampak berpikir sejenak. "Saya belum terlalu memikirkannya, Pak. Yang pasti saya ingin kembali bekerja dan bisa cari pekerjaan sampingan lagi," jawabnya."Bagus kalau begitu. Kau masih muda dan masih banyak kesempata
Read more
Bab 39. Teror Sampai Malam
Djuwira merasa tegang mendengar nama itu. Dia ingat betul bagaimana Andre sering membuatnya merasa tidak nyaman dengan ejekan-ejekan kasarnya tentang tompel. Namun, dia mencoba untuk tetap tenang."Dia ada di dalam? Terima kasih, Pak," jawab Djuwira singkat sambil mencoba menutupi kecemasannya.Pria itu mengangguk pelan, memahami situasinya, lalu kembali ke posnya dengan wajah yang masih memancarkan kekhawatiran. Dengan langkah-hati, Djuwira masuk ke dalam rumah.Di dalam, suasana terasa berbeda. Djuwira bisa merasakan ketegangan atmosfer sekitar. Andre duduk di ruang tamu dengan sikap yang terlihat agak gelisah. Ketika mata mereka bertemu, Andre tersenyum pahit."Hei, Lu masih di sini?" tanyanya dengan nada yang agak kasar.Djuwira menelan ludah sebelum menjawab, mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Iya, Kak. Pak Key belum pulang, dia pergi ke kantor lagi."Andre mengangguk, tapi ekspresinya masih gelisah. "Gua butuh uang, Dju. Bisa Lu pinjami Gua sedikit?"Meskipun hatinya tidak n
Read more
Bab 40. Tawaran Menggiurkan
Djuwira melangkah dengan hati-hati keluar dari kamarnya, berusaha untuk tidak membuat suara berisik yang bisa menarik perhatian Andre. Setiap langkahnya dipertimbangkan dengan cermat, seperti seorang prajurit yang berusaha untuk tidak terdeteksi oleh musuh.Napasnya keluar dengan lega, lalu menuju gerbang. Satpam melihat Djuwira terengah-engah kemudian meminta tolong agar dibukakan pintu."Nona, ada apa?""Pak, saya mau keluar," jawabnya."Iya, tapi kenapa, Nona? apa Tuan Andre membuat Nona gak nyaman?"Djuwira mengangguk cepat. "Ya, Pak.""Ya, ampun! kalau gitu Nona ke ruangan saya aja, tunggu Tuan Muda di sana," tawarnya.Sebelum Djuwita menjawab, teleponnya berdering. Key langsung menghubungi Djuwira begitu membaca pesan singkatnya."Halo, Pak!" sapanya."Djuwira, maaf aku baru baca. Andre masih di sana?" tanya Key."Ya, Pak. Tuan Andre masih di sini. Bapak lama lagi pulang?" tanya Djuwira."Oh, aku sudah dalam perjalanan pulang. Kau tunggu saja di sana.""Ya, Pak." Djuwira menurut
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status