All Chapters of Gadis Tompel Kesayangan Tuan Muda: Chapter 1 - Chapter 10
39 Chapters
Bab 1. Tekad Merubah Diri
Di depan cermin berukuran raksasa, duduk seorang gadis yang terpaku menatap perubahan besar dalam dirinya. Dia tidak pernah mengira akan secantik itu hanya dengan mengubah warna rambut hitam alaminya menjadi toffee."Ah, kau cantik banget, Djuwira!” puji penata rambut yang ditemuinya hari ini."Ibu bisa aja!” Djuwira pun tersipu malu. Dengan perasaan berdebar-debar, gadis itu menundukkan kepala."Serius! Kau itu cantik banget, Djuwira. Cuman suka minder, kadang ibu itu bingung melihatmu suka pakai masker,” sahut si ibu."Hehe," sahut Djuwira malu."Harusnya kau itu menerima kekurangan dan kelebihan diri sendiri," lanjutnya lagi.Djuwira tersenyum lebar. "Iya, Bu. Terima kasih atas pujiannya. Walau sejujurnya yang lebih cantik itu ibu," balasnya memuji balik si penata rambut."Haha, kau bisa aja!" Si ibu malah malu dibuatnya.Djuwira lantas membuka tas jinjing di pangkuannya untuk mengambil sejumlah uang demi membayar jasanya hari ini, lalu memasang masker wajah berwarna putih sebelum p
Read more
Bab 2. Tabrakan di Hotel
Djuwira mendesau geram. Mimpi aneh itu datangnya dari setan. Dia yakin itu dan tak seharusnya ditakutkan."Sudah berapa kali kakak bilang—kalau mau tidur itu—kau harus cuci kaki dan tangan. Mukamu juga dibasuh," tegasnya sang adik, tidak mau terlalu serius menanggapi mimpi adiknya.Ben melirik sinis pada kakaknya yang mematahkan kesedihan akibat mimpi. "Aku bukan anak kecil lagi, Kak. Sudah pasti aku lakukan itu," sambarnya menepis sahutan Djuwira.Ben langsung pergi ke kamar mandi setelah mendengar nasihat kakaknya yang dianggap tidak bersahabat. Dia ingin kakaknya ikut bersedih, tapi malah teguran yang didapat."Anak sekarang aneh—dinasehati malah balik marah," tandas Djuwira, lalu kembali masak. Alisnya naik sebelah bersamaan dengan sudut bibir kirinya.Sejujurnya tak hanya Ben, dia juga bermimpi aneh malam ini. Seorang pria misterius kerap kali datang ke dalam mimpinya dan memintanya untuk ikut. Djuwira penasaran dengan muka pria yang tidak pernah bisa diingatnya itu. Hanya suara
Read more
Bab 3. Kehilangan Harga Diri
Tanpa mendapatkan jawaban, Djuwira diminta menunggu hingga wanita paruh baya tersebut kembali masuk ke kamar dan meninggalkannya sendiri. Dia harus menanti dengan perasaan kesal. Secarik kertas pembayaran masih berada di tangannya.Tidak lama kemudian Riena pun keluar lagi dengan gerakan terburu-buru. "Maaf membuatmu menunggu," kata Riena, lalu menutup pintu kamar.Mereka berdiri berhadapan di depan pintu."Terima kasih sudah mengantar pesanannya. Kau temui pemilik acara di dalam dan bersikap baik lah karena dia sedang banyak masalah," lanjut wanita itu lagi dengan jempol kanan yang mengarah ke kamar di belakangnya.Riena bergegas meninggalkan Djuwira yang kebingungan. Intinya malam ini dia benar-benar dihantui oleh kebingungan yang membuatnya seperti orang bodoh. Ia tidak mungkin masuk begitu saja ke dalam kamar itu tanpa mendapatkan nama."Bu!" panggilnya sebelum wanita itu jauh.Riena berhenti melangkah, lalu menghela napas. "Ada apa lagi?" sahutnya berbalik tanya.Djuwira mengejar
Read more
Bab 4. Perempuan Dalam Pelukan
Dia pun menunduk, menatap karpet di bawahnya sambil berpikir. "Bukan cuma rusak, tapi mati total. Berarti biayanya lebih banyak atau jangan-jangan aku harus menggantinya dengan yang baru?" tanyanya dalam hati sambil menduga-duga, kedua matanya terbelalak menghitung jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk membeli ponsel baru yang sama seperti itu.Ingin rasanya Djuwira melarikan diri saja saat ini. Pikiran tanggung jawab atas kesalahannya harus dikubur dalam-dalam. Dia menyesal sudah bersedia bertanggung jawab.Sambil tersenyum sedih, Djuwira menggeleng dengan dada sesak, lalu mundur dari posisinya saat ini. Dia benar-benar ingin kabur saja. Mengabaikan pandangan dingin dan menakutkan dari pria di depannya yang sudah membaca gerakan melarikan dirinya."Aku harus pergi," bisiknya dalam batin mengingat uang dalam dompet dan rekeningnya sangat terbatas.Namun, baru dua langkah bergerak menjauhi pria tersebut—suara bel berbunyi pun terdengar. Membuat keduanya sama-sama menoleh. Sontak saj
Read more
Bab 5. Pupus Harapan
Terhenyak seketika Djuwira mendengar pertanyaan dari Key."Mem-bantu, Tuan?" tanya balik Djuwira, sambil mengerutkan keningnya."Ya, bantu aku menyelesaikan masalah ini," jawab Key dengan ekspresi dinginnya. Bisa-bisanya dia melihat wanita cantik di depannya dengan perasaan canggung."M-masalah apa maksudnya, Tuan?" Djuwira pun terbata-bata menjawabnya."Jadi lah tunanganku malam ini," jawabnya dengan arah pandangan sedikit melenceng ke kanan. Bukan jawaban itu yang seharusnya keluar. Key malah menimpali dengan permintaan bukan penjelasan akan masalahnya. Djuwira dipaksa memahami hal yang tidak dia pahami."Tuan," sahutnya meminta Key melepaskan tubuhnya. Permintaan jadi tunangan bukanlah permintaan yang sepele. Masa depan bisa berubah kalau dia menerimanya.Key mengabulkan permintaan lepas dari Djuwira kemudian menantikan jawaban atas pertanyaan tadi. Pikiran kusut yang melanda membuat Key memilih cara ini."Maaf, Tuan. Aku tidak bisa mengikuti kemauan Tuan. Aku tidak mau menerima t
Read more
Bab 6. Menolak Bertemu
Bulir air mata jatuh dengan sendirinya akibat mendapatkan kabar buruk di tengah cuaca yang sama buruknya dengan nasib pagi ini. Petir menggelegar tak lagi mengejutkan Djuwira karena kabar pemecatannya mengalahkan ketakutan halilintar.Jemarinya menyeka sudut mata, berusaha menghentikan air mata yang terus jatuh. Namun, semakin ingin berhenti semakin deras pula ia jatuh. Sayangnya, tangisan dalam diam itu terasa sangat menyakitkan. Sakit sekali seperti disayat-sayat.Djuwira tidak mau ayah dan adiknya tahu kalau dia sudah tidak bekerja. Mereka bisa sedih dan ikut frustasi. Biar ia saja yang menanggung sedih serta berusaha mencari jalan keluar atas permasalahannya ini.Sekitar satu jam berlalu. Djuwira keluar kamar setelah memastikan bahwa muka serta matanya bebas dari jejak tangisan. Senyuman ditarik paksa, mengubah ekspresi sedihnya menjadi gembira. Ia membawa tas selempang berbahan denim dari kamarnya, lalu berpamitan."Ayah, aku keluar dulu," katanya.Rinaldi yang sedang sarapan lan
Read more
Bab 7. Ruangan Panas
"Fitnah?" Ekspresi Key terlihat tidak senang. Lirikan tajamnya menusuk hingga membuat Djuwira mengerutkan kening.Sekretaris Key pun ikut kelimpungan dengan situasi yang sama sekali tidak dia pahami. Secara bergantian wanita itu melihat bos dan juga tamunya itu."Ya, Tuan memfitnahku dan sudah melayangkan pernyataan bohong pada pemilik toko roti Diamond dan itu semua tidak benar!" jelasnya lagi dengan nada meninggi.Suara Djuwira bisa terdengar hingga ke sisi ruangan para karyawan. Gea langsung mengawasi mereka, memastikan kalau mata-mata penasaran dari ruang karyawan yang mendengar obrolan panas itu tidak membuang waktu kerja mereka hanya demi mencari informasi.Saat dia hendak memberi solusi untuk bicara empat mata dalam ruangan, bosnya justru sudah beranjak pergi sambil mencengkram balik tangan Djuwira dan membawa paksa ke ruangan pribadinya.Djuwira dilepas paksa dari cengkraman Key hingga membuat gadis itu hampir tersungkur. Beruntung Ia menemukan credenza kemudian menahan diri ag
Read more
Bab 8. Mual Muntah Karena Tompel
Percakapan serius antara Key dan seseorang yang dimaksud adalah Riena, pelayan kepercayaan keluarga. Dia yang telah memberi laporan palsu pada pemilik toko roti karena marah pada Djuwira yang dianggap tidak mau membantu Key untuk berpura-pura menjadi tunangannya malam itu.Key tampak mendidih hati ketika mengetahui bahwa seorang wanita berstatus 'pelayan' sudah berani melakukan hal di luar persetujuannya. Ia menutup panggilan tersebut dengan satu ancaman."Semoga Bibi ingat pada kejadian masa lalu tentang sekretaris pribadiku yang sudah lancang menyetujui perjanjian bisnis atas namaku. Kupastikan Bibi juga akan menerima hukuman yang sama," tekannya pada wanita yang sudah gemetar mendengar setiap balasan dari Key."Key, saya minta maaf! Saya melakukan itu karena tahu betapa pentingnya pertunanganmu dengan Nona Sayuri demi memperluas bisnis keluarga Matsumoto," sahutnya mengharap ampunan."Bibi tahu hal yang aku benci, bukan? Memaafkan sesuatu yang tidak bisa kumaafkan." Key memutus pan
Read more
Bab 9. Cerita Masa Lalu
Key tidak sanggup tetap berada di ruangan bersama Djuwira yang telah membangkitkan trauma masa kecilnya. "Tolong awasi dan tunggu dokter datang, saya mau keluar dulu," katanya.Gea tercekat mendengar perintah bosnya yang di luar nalar. Key meninggalkan dua beban pada sekretarisnya. Pertama, muntah yang berceceran di lantai dan kedua, wanita asing yang pingsan di sofa.Key melangkah tergesa-gesa tanpa menoleh sedikit pun pada Djuwira. Dia ingin mencari udara segar untuk menghilangkan mual yang masih dirasanya hingga sekarang.Sisi atap perusahaan adalah tempat terbaik bagi Key menjernihkan pikiran yang membawanya mengingat momen tak terlupakan. Momen ketika lahirnya seorang adik perempuan bernama Sasha.Flashback."Papa, adiknya laki-laki atau perempuan?" tanya Key kecil pada Matsumoto, ayahnya."Adik kamu perempuan, Key. Dia sangat cantik seperti mamamu," jawab Matsumoto penuh perasaan bahagia.Mereka belum diperbolehkan masuk setelah proses lahiran karena si ibu dan bayinya sedang dib
Read more
Bab 10. Lari Dari Kejaran Rentenir
"Aku sudah sedikit lebih sehat, Tuan. Terima kasih sudah membantuku sadar," jawab Djuwira.Alis kiri Key menanjak sebentar karena memikirkan ucapan dokter di luar ruangan. "Bukan aku yang melakukannya, tapi dokter Vino," sahutnya."Ya, itu maksudku, Tuan. Hanya saja dokternya sudah pergi, jadi aku sampaikan pada Tuan," balas Djuwira bernada lemah.Key mengangguk. "Dokter menyarankan kau istirahat dan makan makanan yang bergizi karena tekanan darahmu sedang menurun," paparnya meneruskan ucapan Vino.Djuwira menganga terkejut saat mengetahui kalau dirinya kurang gizi. "Maaf, Tuan, tapi saya hanya kelelahan saja, bukan kurang gizi," tepisnya membela diri.Key tersenyum tipis kemudian menaikkan kedua alisnya. "Aku tidak peduli dengan itu. Aku hanya menyampaikan pesan dokter saja. Bayangkan kalau kau pingsan di jalanan, pasti akan merepotkan lebih banyak orang lagi," sanggahnya pula.Djuwira malu sekali karena pesan dokter yang sejujurnya ada benarnya itu. Hanya saja Djuwira takut kalau Ke
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status