All Chapters of Ayah Baru Pilihan si Kembar: Chapter 21 - Chapter 30
36 Chapters
Bab 21. Aku Bukan Saya Mas
15 menit kemudian, Jayden kembali ke dalam ruangan dengan membawa beberapa kantong kresek. Selain membeli bubur untuk Kanaya, Jayden juga membeli martabak untuk ibu mertuanya, Maryam. Kanaya dan yang lainnya menoleh ke samping saat pintu terbuka, dan Keanu serta Kalisa dengan antusias berlari mendekati Jayden. "Ayah, beli apa? Banyak sekali?" tanya Kalisa dengan semangat. Jayden berjongkok untuk berada sejajar dengan Kalisa. "Ayah beli bubur yang Dede mau," ucap Jayden dengan senyum. Kalisa tidak lupa memberikan hadiah kecupan di pipi Jayden, membuat Jayden merasa bahagia. "Terima kasih banyak, Ayah," ucap Kalisa dengan penuh rasa syukur. "Ya sudah, ayo duduk di sofa. Ayah akan menuangkan bubur ke dalam mangkuk," ucap Jayden. Si kembar pun mengikuti instruksi Jayden dan pergi ke sofa yang ada di ruangan. Jayden kemudian berjalan menuju ibu mertuanya, Maryam, yang berada di samping tempat tidur Kanaya. "Ini untuk Bunda," uc
Read more
Bab 22. Rayyan Frustasi
Keesokan harinya, sesuai dengan janji yang telah dibuat, Jayden mempersiapkan segala keperluan untuk membawa Kanaya dan si kembar pergi dari kota Bandung. Dia ingin memberikan mereka waktu dan tempat yang jauh dari keramaian dan tekanan yang ada di kota. Jayden dengan hati-hati membawa Kanaya keluar dari rumah sakit, memastikan bahwa semuanya berjalan dengan lancar. Dia kemudian meminta Bunda Maryam untuk membawa keperluan si kembar dan juga keperluan Bunda Maryam sendiri. Semua harus dipersiapkan agar perjalanan mereka berjalan dengan nyaman. Setelah semuanya selesai, Jayden merasa siap untuk membawa keluarganya pergi keluar kota. Dia ingin memberikan mereka kesempatan untuk bersama dan menenangkan diri dari segala kekhawatiran dan stres yang mereka alami. Dengan hati yang penuh harap, Jayden memulai perjalanan mereka menuju tempat yang jauh dari kota, tempat di mana mereka bisa menemukan ketenangan dan kebahagiaan bersama.Setelah dua jam perjalanan, m
Read more
Bab 23. Brondong Tengil
Kanaya dan Jayden memutuskan untuk tidur siang bersama, meskipun awalnya Kanaya merasa ragu. Tapi dia mengerti bahwa Jayden adalah suaminya dan dia harus menerima keadaan tersebut. Perlahan, Kanaya membuka mata, dan pemandangan pertama yang dia lihat adalah wajah tampan Jayden. Alis tebal, hidung yang mancung, dan bibir yang berwarna merah, semuanya terlihat begitu menarik bagi Kanaya. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengagumi keindahan wajah suaminya. "Gantengnya suamiku," ucap Kanaya dengan suara lembut, terpesona dengan penampilan Jayden. "Baru nyadar ya?" balas Jayden dengan senyuman, kemudian membuka matanya. Kanaya terkejut bukan main, karena tiba-tiba Jayden menjawab ucapannya. "M-mas, kamu sudah bangun?" tanya Kanaya dengan terbata-bata. "Ya," jawab Jayden dengan lembut. "Sejak kapan?" tanya Kanaya dengan rasa penasaran. "Sejak kamu memperhatikan wajahku," jawab Jayden dengan senyum lembut.
Read more
Bab 24. Largie
Rayyan melangkah masuk ke rumah dengan ekspresi dingin yang menutupi wajahnya. Fatimah dan Abdullah hanya bisa saling pandang, menghela napas panjang, seolah kehabisan cara untuk menasehati putra sulung mereka."Bunda, Ayah, kalian tahu kemana Jayden pergi?" tanya Rayyan dengan suara berat."Maksudmu apa, Nak? Bunda nggak ngerti," jawab Fatimah bingung, mencoba meraba alasan pertanyaan tersebut."Jangan pura-pura nggak tahu, Bunda," sahut Rayyan sengit. "Ray yakin kalian pasti tahu soal kepergian Jayden dan Kanaya, kan?""Astaghfirullah," lirih Fatimah, menutup mulutnya sambil menahan air mata yang mulai menggenang di kedua matanya. Sakit hati yang terasa begitu dalam saat dituduh seperti itu."Jaga ucapmu, Nak," ucap Abdullah tegas. "Ayah dan Bunda memang nggak tahu tentang kepergian Jayden. Bahkan Ayah baru tahu sekarang ini, dan itu pun dari kamu.""Bullshit!" teriak Rayyan. "Ray tahu kalian sengaja nyembunyiin ini agar Ray ng
Read more
Bab 25. Unboxing
Ciuman itu semakin intens membuat Kanaya merasa napasnya terasa berat dan sesak di tenggorokan. Ia langsung memberanikan diri memukul dada Jayden untuk membuatnya melepaskan cengkraman tersebut."Ka...kamu mau membunuhku?" tanya Kanaya dengan napas tersengal-sengal, memohon agar dilepaskan. Jayden tertawa, ekspresi wajahnya menampakkan senyum kemenangannya."Tentu saja tidak, sayang. Bagaimana mungkin aku membunuh istri cantikku ini?" ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya dengan penuh percaya diri. Tangannya perlahan mengusap salivanya yang menggantung di sudut bibir Kanaya, seolah mengejeknya."Mas, apakah kamu sudah makan?" tanya Kanaya, berusaha mengalihkan perhatian Jayden dari niat buruk yang mungkin timbul. Perasaan bingung dan takut membuat Kanaya tidak mengerti mengapa Jayden ingin tertawa pada saat yang tidak tepat."Mas!" seru Kanaya, tak sabar menunggu jawaban yang tak kunjung terucap dari suami yang menatapnya tajam itu.
Read more
Bab 26. Jayden Seorang CEO?
Ponsel Kanaya tiba-tiba berdering, mengisyaratkan bahwa alarm telah berbunyi. Dengan perlahan, Kanaya membuka kedua matanya dan melihat wajah tampan suaminya, Jayden. Pemandangan tersebut membuat hati Kanaya berbunga-bunga, dan pipinya memerah seperti kepiting rebus. Kanaya teringat dengan jelas apa yang mereka lakukan beberapa jam yang lalu. Mereka berdua telah menghabiskan waktu yang indah bersama, membuat kenangan yang tak terlupakan. Jayden tiba-tiba bertanya dengan santai, "Apa aku tampan, sampai melihatnya seperti itu? Pertanyaan itu membuat Kanaya terkejut bukan main. "M-mas, kamu sudah bangun?" tanya Kanaya dengan wajah yang masih terkejut. "Sudah," jawab Jayden sambil tersenyum. Kanaya merasa malu dengan reaksi spontannya. "Ya Allah, Kanaya, bodohnya kamu Nay, ketahuan kan?" batin Kanaya sambil mengutuk dirinya sendiri. Jayden mengajak Kanaya untuk mandi, sambil mengatakan bahwa sudah mau subuh dan mereka bisa seka
Read more
Bab 27. Kekhawatiran Jayden
Fatimah merasa gelisah menunggu jawaban dari suaminya, jari-jari lentiknya tak henti menari-nari di atas meja. Seolah-olah mencari tahu di mana Jayden tinggal membutuhkan waktu lama. "Lebih baik, Mas, tanyakan dulu sama Jayden. Jika anak itu ada di rumah, kita langsung ke rumahnya saja, bagaimana?" usul Abdullah. Pasalnya, Abdullah harus mendapatkan izin dari Jayden, putranya. Bukan karena tidak percaya pada istrinya, melainkan ini menyangkut Kanaya. Abdullah tidak mau sampai Rayyan mendengar kabar ini dan nekat menemui adiknya. Tiba-tiba, suara pecahan kaca menggema di ruangan. Sebuah vas bunga telah jatuh dan pecah berkeping-keping di lantai. Rayyan, yang ternyata telah mendengar percakapan mereka, mengumpat keras, amarah membara di matanya. "Mas, apa itu?" tanya Fatimah, berjalan menuju sumber suara dengan langkah gontai, diikuti oleh Abdullah yang mengernyitkan dahi. Rayyan, yang mendengar langkah kaki mendekat, bergegas pergi dari sana, menghindar
Read more
Bab 28. Akhirnya Aku Menemukanmu
Sore hari, Kanaya terkejut membuka pintu dan menyaksikan sosok sepasang mertuanya berdiri gagah di depan rumah. "Ayah, Bunda," ucapnya bersemangat. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," balas Ayah Abdullah dan Bunda Fatimah seraya mengepalkan dagunya. "Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Ayah, Bunda, ayo masuk," ajak Kanaya sambil membuka pintu lebar-lebar. Keduanya melangkah masuk dengan senyum mengembang. Keanu dan Kalisa, menyadari kehadiran kakek dan nenek mereka, langsung berlari memeluk mereka erat. "Dede kangen Nenek," ujar Kalisa sambil memeluk Fatimah. "Keanu juga kangen Kakek," timpal Keanu. Hatinya bergelora, teringat bagaimana seminggu terakhir tanpa kehadiran kakek yang kerap menemaninya dengan kisah-kisah tentang nabi. "Keanu, Kalisa, biarkan Kakek dan Nenek duduk dulu ya," ucap Kanaya menenangkan anak-anaknya. "Ayah, Bunda, Kanaya mau ke dapur sebentar ya." "Ya, Kanaya, sila
Read more
Bab 29. Si Kembar Hilang
Setelah orang tua dan abangnya pergi, Jayden melangkah menuju kamar anak-anaknya. Namun, saat hendak menggenggam gagang pintu, langkahnya terhenti; suara Kalisa, putri bungsunya, terdengar meminta penjelasan pada Kanaya. "Bunda, apa Om Rayhan itu ayah kita, ya?" tanyanya polos. Kanaya, yang ditanya, terpana. Lidah terasa kelu dan mata membelalak dalam ketidakpercayaan. "Ica... mengapa kamu bertanya begitu pada Bunda?" sela Keanu, kakak Kalisa. "Tak ada yang salah, kan, Abang? Ica penasaran saja." Kalisa lantas menghela napas. "Bola mata Abang sama dengan Om Rayhan, kok. Tadi Abang dengar, Om Rayhan bilang kita anak-anaknya..." Tiba-tiba, Kanaya menutup matanya erat-erat. Tetes air mata tak terbendung meluncur membasahi pipi; menyimbolkan rasa gundah yang tak sanggup ia ungkapkan."Sudah, jangan bertengkar. Sekarang, kalian berdua mandi ya, sudah sore," ucap Kanaya dengan nada cemas, mencoba mengalihkan perhatian dari pertany
Read more
Bab 30. Ceraikan Dia, Dan Nikahlah Denganku
"Apa? Hilang?!" pekik Jayden, sementara itu Maryam juga terkejut mendengarnya. Pada saat itu, atmosfer di rumah menjadi tegang dan panik."Bagaimana bisa, Nay?" tanya Maryam, bundanya Kanaya, dengan kekhawatiran yang terpancar dari matanya yang sayu. Kanaya menggelengkan kepalanya lemah, air mata menetes di pipinya tanpa henti. "Naya juga tidak tahu, Bu. Tadi anak-anak Naya tinggal di taman belakang karena mau mengambil pakan ikan. Tapi saat Naya kembali, mereka menghilang," lirih Kanaya dengan suara yang penuh duka.Maryam menarik napas panjang, mencoba meredakan paniknya. "Baiklah, kita akan mencarinya bersama-sama. Pertama, kita periksa rekaman CCTV," ucap Jayden. Kebetulan Jayden telah memasang CCTV di rumah baru mereka. Maryam dan Kanaya mengikuti Jayden menuju ruang kerjanya, langkah mereka terburu-buru.Setibanya di sana, Jayden duduk di depan meja kerjanya dan membuka laptopnya dengan sigap. Jayden mulai mengotak-atik rekaman CCTV sejenak, jari-jar
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status