All Chapters of Ayah dari Anakku Ternyata: Chapter 31 - Chapter 40
86 Chapters
31
Hal yang ditakutkan Nina tentang pernikahan adalah mertua.Melihat bagaimana hubungan Julie dengan mertuanya setelah menikah Nina tidak bisa membayangkan bagaimana jika ia berada di posisi itu. Dirinya dan Julie sama-sama berasal dari keluarga yang tidak utuh, Julie ditinggal oleh kedua orangtuanya setelah perceraian mereka.Dia tidak diurus sama sekali, dan hanya dititipkan pada bibinya. Dia di telantarkan namun masih dikirimi uang sehingga bisa menempuh pendidikan dengan baik, di SMA Julie berpacaran dengan Leonathan yang kini jadi suaminya. Keduanya sama-sama pergi ke London untuk kuliah, Leo begitu mencintai Julie dan menghalalkan segala cara untuk bersama dengan wanita itu.Orangtuanya sejak awal tidak menyetujui pernikahan mereka karena merasa Julie bukan dari keluarga baik-baik. Keluarga Leo terkenal sebagai keluarga yang memiliki kekuatan hukum dan juga berada di bidang politik yang kuat.Setelah menikah Julie begitu bersusah payah untuk berbaur dengan keluarga Leo, ketika ora
Read more
32
Nina menengok lagi ke belakang kursi penumpang, ada banyak paper bag dari berbagai merk terkenal. Tadi ketika dia berpamitan pada ibu Tikta, wanita itu memberikan banyak sekali ‘oleh-oleh’ untuknya.“Semuanya baju baru, beberapa hari lalu ibu beli untuk kamu pakai. Terakhir soalnya Tikta bilang kamu belum sempat belanja baju hamil, ibu takut kamu gak sempat karena sibuk kerja. Semoga suka ya desain dan warnanya.” Ucap ibu Tikta sambil memeluk Nina dan mengelus punggung wanita itu.Tidak ada yang bisa meluluhkan hati Nina kecuali kebaikan.Dia tidak pernah diperlakukan layaknya seorang manusia ketika masih bersama nenek dan keluarga dari pihak ayahnya. Hanya nenek yang memberikan kasih sayang, sisanya dia hanya dikucilkan dan diperlakukan tidak baik.Apa yang ibu Tikta lakukan padanya sedikit menyembuhkan inner child yang dia miliki.“Maaf ya, ibu suka sembarangan aja main beli-beli baju untuk kamu.” Tikta menyadari kalau Nina beberapa kali menoleh ke belakang.“Ah, enggak kok. Aku sen
Read more
33
“Gue bilang juga apa, Tikta itu beda sama Catur. Lo bisa seenaknya nganggep Catur temen lo karena emang dari awal lo gak tertarik sama Catur Nin.” Julie berbicara dengan penuh semangat, dia tengah duduk di sofa kantor Nina sedangkan Nina duduk di kursi kerjanya sambil memijit dahinya.Pagi ini Nina dan Tikta sudah kembali bekerja. Satu minggu bulan madu mereka sudah terlewati, masing-masing kembali pada pekerjaannya. Julie menyambut Nina dengan penuh sukacita, meskipun pekerjaan Nina masih terbagi dengannya dan Kumara tapi setidaknya dia merasa bersyukur karena pekerjaan itu berkurang hampir setengahnya.Kini mereka tengah mengobrol karena Julie penasaran dengan ‘bulan madu’ yang Nina lewati bersama suaminya.“Gue rasa itu karena hormon hamil gue.”Julie melirik kearah Nina dengan tatapan sinis, memutar bola matanya dia menghela napas begitu panjang.“Lo udah dewasa, lo tahu mana rasa suka atau bukan! Hello??? You’re not a VIRGIN.”“Taik.”“Iya ‘kan? Lo jangan nyangkal kalau lo sekara
Read more
34
Kini sudah sebulan Nina juga Tikta kembali ke rutinitas mereka masing-masing. Nina disibukkan dengan berbagai project yang sempat ditunda atau dialihkan pada Julie, Tikta sendiri tengah mengurusi pabrik-pabrik yang di kelola oleh keluarganya.Kehidupan pernikahan yang bagi Nina terasa baru dan cukup menyenangkan. Tikta selalu berusaha menjemputnya ketika mereka sama-sama pulang kerja, mereka selesai bekerja jam sembilan malam. Sepulang kantor meskipun harus berputar, Tikta selalu menyempatkan dirinya untuk menjemput Nina.Sepanjang perjalanan mereka kadang mampir untuk membeli makan malam yang di makan di apartemen atau makan di tempat. Dalam perjalanan pulang terkadang Tikta mulai mengoceh tentang bagaimana pekerjaannya hari itu, dan sejujurnya itu mengejutkan Nina. Dia tidak pernah berpikir Tikta adalah tipe pria yang suka bercerita bagaimana harinya berlalu.Tikta berbicara banyak mengenai bagaimana dia pergi ke satu kabupaten ke kabupaten lain, mengecek beberapa pabrik. Kadang kal
Read more
35
Ada banyak hal yang terjadi setelah mereka akhirnya tinggal hanya berdua saja dan tidur satu kamar. Satu bulan Tikta maupun Nina sudah menilai masing-masing karakter mereka sendiri.Untuk masalah lampu di kamar, keduanya sepakat untuk memakai lampu tidur. Keduanya tidak bisa tidur dalam keadaan gelap total maupun terang sekali, lampu tidur adalah solusi. Kemudian untuk handuk, Tikta selalu lupa menyimpan handuk di tempat tidur dan Nina selalu mengomel mengenai hal itu. Masalah sisir, masalah pengering rambut, bahkan guling.“Itu emang masalah awal pernikahan!” Julie tertawa terbahak di ruangan Nina sambil mendengarkan wanita itu bercerita, di temani Kumara mereka bertiga tengah berada di tengah rapat dan memutuskan untuk rehat sejenak.Nina menyeruput jus berry yang dibuatkan Tikta tadi pagi di dalam tumbler, menyandarkan punggungnya di sofa sambil memanyunkan bibirnya. “Gue kesel banget karena setiap kali dikasih tahu dia cuma iya iya doang, ujung-ujungnya suka kelupaan sampai kasur
Read more
36
Tadi setelah wanita diujung telepon mengangkat teleponnya, Nina buru-buru mematikannya. Refleks. Dia sendiri tidak berniat untuk mematikannya, hanya saja jarinya dengan cepat menekan tombol merah. Siapa wanita itu? Ya, sudah tidak aneh juga Catur memiliki seorang pacar. Tapi aneh, kali ini pria itu tidak bicara apapun padanya. Pria itu seperti sedang menghindari Nina, dia merasa tidak dipedulikan oleh Catur. “Kamu gak apa-apa Nin?” Pertanyaan Tikta yang duduk di sebelahnya sambil menyetir mengejutkan Nina, dia menoleh dan mendapati pria itu menoleh padanya beberapa kali. Mengecek keadaannya. “Gak apa- apa kok, tadi aku nelpon Catur tapi yang angkat cewek.” Tikta terdiam, melirik kearah Nina. “Pacarnya?” Nina menggeleng, “Gak tahu, aku refleks matikan teleponnya.” “Loh kok malah dimatikan?” “Gak tahu, kenapa ya aku malah matikan teleponnya?” Ujar Nina sambil tertawa canggung. Tikta mengetuk setir dengan jarinya. “Kamu khawatir sama Catur?” Nina tidak langsung menjawab, dia me
Read more
37
Ini hari sabtu. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, tapi Nina dan Tikta belum ada yang bangun. Semalam mereka tidur jam satu malam setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan dan mengobrol sebelum tidur. Jam dua belas nanti mereka harus sudah berada di Rumah Sakit untuk memeriksakan kandungan Nina. Hari ini jadwal untuk melihat jenis kelamin si bayi. Tikta bangun terlebih dahulu, dia menguap lebar dan mendapati wajah Nina menghadapnya pagi ini. Dia tersenyum, mengelus rambut Nina yang masih pulas. Ketika pertama kali mereka tidur bersama ada perasaan canggung yang menyergapnya. Selama sepuluh tahun hanya ada Gata di sisinya, kini orang lain yang menggantikannya terasa begitu aneh. Perasaan canggung yang kemudian lama-lama semakin terbiasa. “Nin, bangun.” Tikta memanggil Nina dengan suara yang berat, dia terkekeh sebelum bangun dari tempat tidur, pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan mandi. Saat Tikta pergi, Nina membuka matanya. Wajahnya memerah, dia memegang pipinya
Read more
38
“Nin?” Ini sudah kesekian kalinya Tikta memanggil Nina dan wanita itu hanya bengong, sejak kembali dari pemeriksaan dokter kandungan wanita itu seperti sedang tidak berada di satu tempat dengan Tikta. Nina asik dengan isi kepalanya sendiri.“Nin?” Tikta memanggil kembali, melambaikan tangannya di depan muka Nina. Mereka kini berada di dalam Mall, duduk di salah satu bangku taman sambil menikmati es krim yang diminta Nina.“Eh iya Ta?”“Kamu gak apa-apa?” Tanya Tikta kemudian, mengambil mangkok kertas bekas es krim di tangan Nina dan menumpuknya dengan miliknya untuk dibuang.“Aku gak apa-apa..”“Kamu capek habis keliling?” Tikta berjalan ke tempat sampah terdekat, membuang mangkok kertas tersebut dan duduk lagi di sebelah Nina. Mereka baru saja kembali dari salah satu toko pakaian bayi, membeli beberapa potong pakaian dan akan pergi menuju perlengkapan lainnya.“Enggak kok, aku masih kuat.” Jawab Nina, wajahnya terlihat terkejut dan bingung.“Kamu lagi mikirin apa sih? Aku manggil mul
Read more
39
Akhir pekan berlalu dengan begitu saja. Tikta dengan pikiran-pikirannya setelah tanpa sengaja melihat Gata bersama Catur di restoran yang sama dengannya, serta Nina yang tengah merasa bersalah karena menghapus pesan di ponsel Tikta.Keduanya sibuk dengan perasaan bersalah masing-masing sambil membereskan kamar bayi Ragnala.Di dominasi warna krem, nuansa kamar bayi itu terasa lembut dan menenangkan. Tikta mengganti lampunya dengan lampu yang lebih redup, menyambungkan lampu tidur ke stop kontak dan mencobanya. Sedangkan Nina sehabis mencuci baju-baju bayi itu, menyusunnya dengan rapi ke dalam lemari. Mereka membeli beberapa diffuser yang aman untuk bayi, memasang kamera CCTV serta baby monitor.Masih ada dua bulan lagi, tapi keduanya sudah mempersiapkan semuanya dengan rapi.“Alat steril botol susu bakalan datang hari ini ya Ta, tolong nanti kalau ambil mobil kabari satpam.” Kata Nina, dia tengah berada di kamar merapikan rambutnya yang panjan
Read more
40
Sejak datang ke kantor Nina menghabiskan waktunya di dalam, setelah rapat kecil dengan Kumara dan Julie dia sibuk mempersiapkan bahan-bahan yang akan Julie pisahkan untuk produksi besar. Produksi besar biasanya dikerjakan di tempat konveksi milik mereka. Kualitasnya tidak menurun hanya saja semuanya dikerjakan dengan menggunakan mesin. Biasanya beberapa perusahaan meminta mereka untuk membuat seragam pekerja yang eksklusif. Dua partai ini meminta butik Ekawira mengerjakan seragam baru karyawan mereka. Project ini bagian Nina. Untuk sementara dia tidak mengambil project one on one dikarenakan dia hanya punya waktu satu bulan sebelum akhirnya cuti juga project one on one biasanya harus mengerjakan satu gaun atau tuksedo maupun jas dengan tangan mereka sendiri. Dia sudah tidak sanggup. Bahkan untuk berjongkok saja dia sudah tidak bisa. Tikta biasanya membantunya untuk memakaikan sepatu atau kaus kaki meskipun awalnya dia merasa tidak enak dan begitu cang
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status