Semua Bab Ayah dari Anakku Ternyata: Bab 41 - Bab 50
86 Bab
41
Setelah melihat perlakuan Tikta pada Nina, Julie bertanya-tanya apakah pria itu juga mengalami hal yang sama. Jatuh cinta pada Nina.Tidak bisa dipungkiri bagi mata Julie apa yang Tikta lakukan bukan sekedar perlakuan yang dilebih-lebihkan atau dibuat-buat. Pria itu memperlakukan Nina dengan baik, menjemput wanita itu setelah pulang kerja, dan selalu memberikan yang paling bagus untuk wanita itu.Dia selalu dengan wajah bangga memperkenalkan Nina pada banyak orang termasuk kolega-koleganya. Itu yang lihat tempo hari di hari pernikahan mereka.“Apa mungkin karena pak Tikta itu baik ya?” Kumara menimpali, mereka kini sedang berada di toko aksesoris. Sibuk memilih payet dan beberapa aksesoris lainnya untuk gaun dan kebaya pesanan.Nina pulang ke kantor setelah makan siang, sedangkan mereka menuju toko aksesoris.“Tikta baik sama semua orang gitu maksud kamu?” Julie melengkapi pertanyaan Kumara yang mendadak itu.Kumara mengangguk.“Ada benarnya sih, cuma ya seharusnya dia mikir kalau per
Baca selengkapnya
42
Tikta pergi setelah memakaikan sepatu yang dia beli kepada wanita itu. Di kantor isi kepalanya penuh dengan Nina yang memakai heels tinggi, dia tahu wanita itu sudah begitu susah payah hanya untuk menggaruk kakinya apalagi harus memakai heels tinggi dalam jangka waktu lama.Beruntung wanita itu juga ada di restoran yang sama dengannya.Dia masuk ke dalam ruang VVIP, mengecek ponselnya. Suara langkah mendekat berikut dengan suara pintu di geser terdengar, Tikta mendongak dan mendapati pria itu ada di pintu.Pria putih, tinggi dengan bahu yang lebar. Rambutnya berwarna coklat muda, agak gondrong sekarang, mengenakan coverall jeans dan sepatu kets putih. Dia bahkan terlihat tampan dari terakhir Tikta bertemu dengannya.Setengah tahun lalu.“Hi Ta, sudah nunggu lama ya?” Katanya sambil tersenyum lebar, bibirnya yang berwarna merah muda dan tebal di bawah itu terlihat begitu indah. Dia duduk di depan Tikta dan mengecek menu. “Mau makan dulu atau gimana?” Dia menatap Tikta, bersikap seolah
Baca selengkapnya
43
Nina masih menatap sepatu kets yang tengah dia kenakan. Tidak menyangka kalau Tikta membelikan sepatu itu untuk dia kenakan sebagai pengganti heels, lebih tidak menyangka lagi karena Tikta juga memiliki janji temu dengan koleganya disana.Perlakuan Tikta pada Nina terkadang membuat wanita itu salah tingkah, lama-lama Nina bisa merasa salah paham kalau-kalau mungkin pria itu diam-diam menyukainya.Dia sudah berusaha keras untuk menghiraukan segala rasa yang muncul selama mereka bersama. Nina selalu berharap dia bisa melihat Tikta seperti dia melihat Catur. Teman baik, seorang kakak yang bisa diandalkan.Tapi tidak, dia tidak bisa mengendalikan perasaannya yang setiap kali ada Tikta berloncatan tidak karuan.Dia kini sudah terbiasa ketika bangun pagi dan wajah Tikta begitu dekat dengannya karena pria itu tidur dengan tidak beraturan. Kadang dia juga menemukan Tikta ada di dalam selimutnya. Dia sudah sangat terbiasa ketika sedang melakukan sesuatu di dalam kamar dan Tikta masuk tanpa per
Baca selengkapnya
44
Nina melambaikan tangannya pada mobil hitam yang sudah menunggu di depan kantor, Tikta seperti biasa keluar dari dalam mobil mengambil kunci-kunci di tangan Nina dan membantu wanita itu untuk mengunci semua pintu butik.Mereka masuk ke dalam mobil.“Kamu beres rapat jam berapa tadi?” Tanya Nina dengan suara yang ceria, dia mengenakan sabuk pengaman dan duduk menyandar dengan nyaman.Tikta tidak langsung menjawab, dia memakai sabuk pengaman dan perlahan menjalankan mobilnya.“Gak lama kok, bukan rapat yang begitu penting.” Katanya dengan senyum, dia tidak bisa mengatakan dan jujur pada Nina kalau tadi Gata menemuinya. Entah kenapa dia merasa takut dan juga merasa bersalah jika harus mengatakan hal itu pada Nina.“Oh, kamu pergi ke restoran Jepang aku kira itu rapat penting. Biasanya butikku ke restoran Jepang kalau rapatnya benar-benar penting.”Tikta tertawa, tawa yang tidak benar-benar dia keluarkan karena kalimat Nina lucu. Dia benar-benar salah tingkah sekarang, entah kenapa perasa
Baca selengkapnya
45
Tur, kayaknya akhir pekan lo gak bisa kesini. Gue lupa kalau sudah ada janji, kantornya Tikta ngadain Family Gathering. Sorry ya! 23.12PMCatur membaca pesan yang baru saja masuk ke aplikasi pesan di ponselnya, pesan dari Nina yang mengabarkan kalau mereka tidak bisa bertemu di akhir pekan.Dia melemparkan ponsel itu sembarangan, sudah tidak berminat bahkan untuk membalas pesannya. Pikirannya masih menerawang kemana dia dan Julie mengobrol di taman belakang butik.Nina tertarik pada Tikta.Apa yang membuat wanita itu akhirnya tertarik pada Tikta? Sikapnya?Seingat Catur dia selalu memperlakukan Nina bahkan lebih dari yang Tikta lakukan pada wanita itu. Lalu apa yang membuat Nina tertarik?“Kenapa lagi?” Suara Gata membuat Catur membuka matanya, dia mengganti posisinya di kursi kecil dekat jendela yang tengah dia duduki.Gata membawa piring berisi pasta yang tadi dia pesan di aplikasi pesan
Baca selengkapnya
46
Nina menatap beberapa orang yang ada di depannya, mereka tersenyum dengan lebar menyambut kedatangan bersama si suami Tikta Sahasika. Orang-orang dengan baju berwarna selaras itu berkelompok menjadi beberapa bagian bersama keluarganya.Ya, Nina sedang berkumpul di depan kantor bersama dengan karyawan-karyawan di divisi Tikta. Hanya ada lima belas orang, tapi mereka menyewa empat bus karena satu keluarga membawa banyak anggota keluarga lain.“Pak, orang keuangan ngeluh karena ini secara tiba-tiba dan gak ada di anggaran pengeluaran tahun ini.” Sekretaris Tikta mengekor pria itu yang baru saja turun dari ruangannya, selesai mengganti baju dengan baju sama yang dikenakan oleh para karyawannya.“Bilang sama orang keuangan, gak perlu dimasukin ke anggaran pengeluaran. Ini gak ada hubungannya sama kantor, ini acara pribadi saya. Terus juga satu karyawan tolong kasih satu kartu untuk makan dan beli camilan bersama keluarga mereka, nominalnya sudah saya tuliskan di pesan kemarin. Kartu tap ca
Baca selengkapnya
47
Remo baru saja sampai di sebuah restoran mewah di tengah kota. Waktu menunjukkan pukul dua belas siang, dia tidak terlambat juga tidak terlalu cepat datang, wanita tua itu mengenakkan baju terusan yang rapi dan sedikit formal.Dia masuk bersama dengan sekretarisnya, Erika. Wanita muda itu mendahuluinya dan menarik pintu agar Remo masuk, dia mendekati salah satu pelayan.“No 14 bu..” Katanya dengan suara pelan.Suasana restoran private itu sedikit ramai, beberapa orang sibuk dengan diri mereka sendiri. Restoran mewah yang terkenal untuk bertemu dengan beberapa kolega.Remo masuk dan mendapati orang yang ingin di temuinya sudah berada disana. Pria itu memakai setelan jas rapi, wajah yang tidak asing baginya.“Sudah datang bu..” Gata menyapa, berdiri dan sedikit menundukkan kepalanya.Remo masuk dan duduk di depan Gata, sedangkan Erika pergi keluar. Dia bertugas memesan makanan dan minuman, serta memberikan privasi untuk keduanya.Remo duduk, menyimpan tas tangan yang sedari tadi dia baw
Baca selengkapnya
48
Dua minggu berlalu semenjak perjalanan Family Gathering dadakan Tikta. Catur dan Nina belum bertemu lagi.Hari ini Nina sudah mulai mengambil cuti, dia bangun sejak pagi. Rutinitasnya tidak berubah, tubuhnya sudah terlalu beradaptasi untuk bangun pagi. Dia duduk di ujung kasur, tubuhnya sudah begitu berat semenjak kehamilannya menginjak delapan bulan ini.Dia melihat kakinya yang sedikit membengkak. Tikta sudah melakukan banyak cara untuk mengurangi bengkaknya, tetap saja kaki itu membengkak padahal setiap pagi Nina berjalan kaki selama lima belas menit di taman depan apartemen.Nina bangun dari duduknya, pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menyikat gigi. Dia akan bersiap-siap untuk berjalan kaki di taman.“Ta, bangun, kerja.” Dia membangunkan Tikta seperti biasa setelah berganti pakaian.Nina sedikit menghela napas melihat penampilannya di kaca, dia terlihat tidak menarik lagi. Kemana pinggul kecil dan pinggang rata miliknya du
Baca selengkapnya
49
Catur menatap Nina yang tengah duduk menatap televisi sambil memakan makanannya, tangisan Nina tadi membuatnya terkejut. Selama dia berteman dengan Nina ini kali pertama dia melihar wanita itu menangis karena merindukan seorang pria.Iya, tadi ketika Catur menanyakan kenapa dia menangis dia menjawab, “Gue kangen sama Tikta.”Dia membawa gelas berisi air dan menyerahkannya pada Nina, “Minum dulu, makannya pelan-pelan.”Nina menoleh dan mengambil gelas di tangan Catur, dengan perlahan meminum isinya. Dia tidak mengatakan apapun setelah menangis di pelukan Catur selain mengatakan kalau dia lapar.Catur melirik kotak makan yang berada di pangkuan Nina.“Kok kayak orang diet makannya?” Tanya sambil membuka bungkusan makanannya sendiri. Dia sengaja datang jam segini karena tahu Tikta sudah berangkat kerja dan Nina akan sendirian, entah kenapa perasaannya mengatakan kalau Nina akan kesepian.“Emang disuruh diet,”“Loh kenapa?”“Bukan diet sih, lebih tepatnya kontrol asupan makanan yang masuk
Baca selengkapnya
50
“Pak, saya sudah menyiapkan ruang rapatnya.” Tikta baru saja sampai ke kantor dan sudah di sambut oleh Wisnu yang membawa banyak berkas di tangannya. Pria itu masuk ke dalam ruangannya, melepas mantel yang dia kenakan dan meninggalkan jas di gantungan.Dengan cekatan dia mengambil beberapa berkas yang dibawa oleh Wisnu dan keluar dari ruangannya menuju ruang rapat. Wisnu mengekor di belakang.Rapat hari ini cukup serius, mereka membicarakan anggaran untuk pabrik baru yang kemungkinan besar akan di bangun akhir tahun ini. Anggaran yang begitu besar, lokasi, dan banyak hal lainnya yang perlu dibicarakan.Tikta melirik ke arah ponselnya. Ponsel itu menyala beberapa kali menampilkan notifikasi dari beberapa orang atau grup pekerjaan, tapi tidak ada satupun dari Nina.Setiap kali layarnya menyala, dia meliriknya, terus dan berulang.Tidak ada satupun dari Nina.Menengok ke arah jam, ini sudah pukul sebelas siang.“Apa Nina tidur ya?” Dia bergumam, membolak balik berkas di tangannya.Pukul
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status