Semua Bab AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA: Bab 31 - Bab 40
50 Bab
Part 31
“Ini untukmu.” Abi menyodorkan sebuah kotak kecil berwarna merah dengan tatapan serius, tak seperti biasanya.“Apa ini?”“Buka aja!Aku membuka kotak itu di hadapannya. Sesaat setelah kotak itu dibuka, aku bergeming. Otakku berselancar seketika.” Apa maksud dan tujuannya memberiku cincin berlian? Apa dia meminangku?” batinku.“Kenapa bengong? Itu mulut jangan mangap gitu, nanti ada lalat masuk!” Abi mengibaskan tangannya ke udara membuatku berkedip berkali-kali.“Ini, maksudnya apa, Mas?”“Mas ingin meminangmu, Mas mencintaimu sejak pertama kita bertemu.”“Mas ..., aku gak pantas untukmu. Aku ini seorang janda punya anak satu dan pekerjaanku Cuma pegawai rendahan. Apa Mas tidak malu? Nanti apa tanggapan keluargamu?” “Mas mencintaimu tanpa syarat karena Mas sudah punya segalanya, dan tak perlu apa-apa lagi!”“Tapi, Mas, aku tak yakin keluargamu menerimaku dengan tangan terbuka. Pikirkan baik-baik, Mas. Jangan sampai nanti menyesal memilihku.” Aku memberikan lag
Baca selengkapnya
Part 32
Indira tidak bisa berkata-kata, lidahnya kelu, netranya berembun karena terlalu bahagia. Hanya anggukan kepalanya sebagai isyarat bahwa dia menerima lelaki berkulit hitam manis yang ada di hadapannya. Sorak sorai menggema di ruangan restoran turut menyaksikan kebahagiaan dua sejoli yang sedang menautkan hatinya. Lalu Abi menyematkan cincin berlian di jari manisnya. Kebahagiaan mereka terpancar dari senyuman yang merekah di wajah keduanya. Kemudian Abi kembali duduk di hadapannya sambil makan dan bercengkerama.“Boleh nggak aku nanya sesuatu?” wajah Indira begitu tegang dengan mengerutkan dahinya, dia takut Abi marah karena tak suka dengan pertanyaannya.“Silakan, mau tanya apa?” jawab Abi seraya menautkan kedua alisnya yang tebal dengan senyum yang menyungging.“Memangnya, Mas belum punya cewek, gitu?” Indira menatap lelaki di depannya dengan intens seakan tak sabar ingin segera mendengar jawabannya.“Kemarin
Baca selengkapnya
Part 33
Indira dan keluarganya hendak pergi berlibur. Jam 10 pagi mereka berangkat dengan tujuan penerbangan ke Paris. Mereka yang ikut serta adalah kedua orang tuanya, anak, baby sitternya dan dua pengawal pribadi orang tuanya.Setelah beberapa jam di perjalanan, akhirnya rombongan sampai di Paris dan langsung menuju hotel untuk menginap.Sesekali kekasih dari Abi ini mengecek gadgetnya untuk melihat apa ada pesan atau telefon masuk darinya. Tapi gadgetnya sepi dari notifikasi.Rombongan kini sampai di hotel dengan mengambil dua kamar big room. Satu kamar untuk Indira, Mamih, Manaf dan baby sitternya. Dan satu lagi untuk Papih dan dua orang pengawal pribadinya.Malam harinya Papih dan Mamihnya mengajak rombongan pergi makan sambil menikmati indahnya menara Eiffel di malam hari dan udara dingin di kota Paris.“Nak ..., kamu suka?” tanya Mamih pada putrinya sambil menatap langit yang cerah ber
Baca selengkapnya
Part 34
Jam 4 sore, bel pulang sudah berbunyi. Aku bergegas pulang karena hari ini Abi mau menjemputku dan mau mengajakku maen ke rumahnya. Aku keluar sendirian dari pintu samping, tapi tiba-tiba Panji memanggilku dan mengajak pulang bareng. Akhirnya kami jalan ke depan bareng sambil ngobrol dan becanda. Aku gak sadar ternyata Abi memperhatikan kami dari luar gerbang. Dia tak sabar menungguku keluar, bergegas menghampiriku yang masih jalan bersama Panji dengan memasang muka masam dan cemberut.“Tolong, ya, jangan deketin Indira, dia calon istriku!” pesannya pada Panji dengan tatapan yang tajam.“I_iya, aku ngerti,” jawab Panji sambil berlalu pergi dengan tatapan yang sendu.“Mas, kenapa ngomong gitu sama Panji. Orang Cuma teman, sih!” terangku padanya sambil netraku menatap wajahnya.“Iya, sekarang teman. Besok-besok bisa jadi demen,” balasnya dengan sedikit ketus lalu menggandeng tanganku
Baca selengkapnya
Part 35
“Mas Abi ... Mas Abi ... ,” teriaknya kepada Abi yang berjalan cepat di depannya bersama seorang wanita. Namun, Abi tak mendengar teriakannya, dan tak pernah sekali pun menengok ke belakang karena saking asyiknya ngobrol dengan teman wanitanya.Kemudian Indira setengah berlari mengejar mereka. Tapi naas, karena terburu-buru dia malah terjatuh. Kakinya tergelincir membuatnya refleks memekik kesakitan.Astaghfirullah suaranya.” Desisnya panik, ia pun secepat mungkin berusaha bangkit sebelum orang-orang pada melihatnya. Namun, karena kakinya tergelincir membuatnya kesulitan untuk berdiri. Lagi-lagi Indira hanya bisa mendesis kesakitan.Tiba-tiba ada tangan yang terulur di depannya hendak menolong. Indira spontan menengok siapa sang pemilik tangan itu lalu terkejut saat melihatnya.“Panji ...,” lirihnya sambil menahan rasa sakit di kakinya. Panji kemudian jongkok di depannya sambil mengurut-urut kakinya yang sakit,
Baca selengkapnya
Part 36
“Mih ... ,udah, deh, gak usah ngancam-ngancam, gitu! Aku tuh dah dewasa. Biarkan aku memilih kebahagiaanku sendiri, Mamih tinggal doain aja!” ujar Abi dengan lantang tapi lembut seraya menghampirinya dan memegang kedua sisi bahunya.“Tapi, Bi . . . . ,” Ibu Arum belum melanjutkan ucapannya, Abi dengan sigap meletakkan telunjuknya di depan bibirnya.Kemudian Abi langsung naik ke kamar dan duduk di tepi ranjangnya sambil membuka-buka ponselnya. Dia tatap foto-foto Indira di galeri gadgetnya dengan intens. Rasa bersalah dan rindunya kian memuncak, apalagi dirinya tak tahu tempat tinggal yang sebenarnya. Dan Beberapa hari ke belakang mereka belum bisa komunikasi atau pun bertemu. Abi dibuat gusar dengan masalah ini. Ditambah orang tuanya mau menjodohkan dengan anak temannya. Rencananya besok mereka akan datang untuk memperkenalkan keduanya.**** “Bi ..., kamu mau ke mana? Siang nanti Alea dan orang tuanya akan ke sini. Nanti kamu temuin mere
Baca selengkapnya
Part 37
“Panji ...,” ucapnya bersamaan dengan wajah pias karena malu, kemudian Abi melepaskan pelukannya.“Ma_maaf, ganggu, aku gak tahu!” balasnya gugup kemudian mengambil sapu dan pengki untuk membersihkan pecahan gelas yang berserakan di lantai.Panji begitu cemburu melihat kebersamaan mereka, hatinya begitu remuk karena tak bisa mengungkapkan rasa cintanya kepada Indira. Dan sekarang sudah ada lelaki yang berhasil merebut dan memenangkan hati wanita yang ia sayangi.Kemudian Panji berlalu dengan tergesa-gesa tanpa menatap mereka.Abi masih berdiri di depan Indira, netranya tak lepas memandangnya. Rasanya dia enggan beranjak pergi dari sisinya, tapi itu gak mungkin karena wanitanya kini lagi bekerja.“Besok Minggu, Mas mau mengajakmu jalan. Bisa, gak?” tanya Abi seraya menggaruk-garuk tengkuknya walaupun tak gatal.“Ehm ..., bisa. Jam berapa?” tanya Indira dengan ekspresi muka yang riang sesekali
Baca selengkapnya
Part 38
“Ibu ...,” sapa Indira sambil mengulurkan tangan ke arahnya dengan hormat hendak menyalaminya. Namun, tangan Indira dia hempaskan dengan kasar.“Jangan panggil aku Ibu. Aku tak sudi dipanggil Ibu oleh cewek miskin kayak kamu,” balasnya dengan ketus dan wajahnya sangar menatapnya.“Maaf, Nyonya ke sini mau apa?” tanya Indira dengan lirih dan sopan.“Saya ke sini Cuma mau bilangin kamu, sebaiknya kamu jauhi Abi_anak saya karena dia sudah saya jodohkan dengan Alea, wanita terhormat yang sepadan dan selevel dengan kami!” ujarnya dengan penuh penekanan seraya menunjuk jarinya ke arah Alea yang berdiri di sampingnya untuk mengenalkannya.“Tapi Nyonya, kami saling mencintai. Tolong, jangan pisahkan kami!” nadanya dengan memelas seraya menangkupkan kedua tangannya di depan dada.“Nggak usah bicara soal cinta. Mungkin kamu butuh uang ini untuk menyambung hidup! Ini, ambil dan tolong, pergi dari s
Baca selengkapnya
Part 39
“Mas Abi ...?!” panggilnya seraya netranya membola melihat kekasihnya dengan sadis memukul Revan_ mantan suaminya.“Dasar cowok brengsek! Dulu ditendang, sekarang dikejar. Mau loe apa, sih? Loe nyesel sudah menalak Indira?” berangnya seraya menatap tajam lelaki di depannya yang tersungkur di tanah.Indira berusaha melerai pertikaian mereka dengan memegangi tangan kekasihnya agar tidak menyerangnya lagi. Abi merasa terbakar cemburu kala melihat Revan datang menemui kekasihnya dengan tatapan suka.Sebenarnya Abi datang ke sini untuk urusan kerja, dia sudah ada janji dengan Kepala Divisi untuk meeting di luar. Saat mobilnya masuk, netranya melihat Revan dan wanita yang ia sayangi sedang ngobrol berdua. Abi cemburu melihatnya.“Loe itu baru calonnya, belum jadi suaminya! Jadi, Indira masih bisa bebas ngobrol dengan siapa pun,” balasnya dengan berapi-api dan netranya penuh emosi, lalu
Baca selengkapnya
Part 40
Revan duduk santai di balkon rumahnya sambil menghisap rokok di tangannya, ditemani secangkir kopi hitam menambah kenikmatan tersendiri. Pikirannya melayang-layang kala mengingat mantan istrinya sekarang yang berubah cantik dan elegan. Pesonanya saat ini membuatnya tak bisa berhenti memikirkannya.“Kenapa dia sekarang cantik banget setelah aku ceraikan?” dalam hatinya.” Dan kenapa baru sekarang terungkap kalau dia itu anak seorang konglomerat. Coba kalau dulu aku sudah tahu, gak begini jadinya,” protesnya sambil menjambak rambutnya dengan kasar sambil mendengkus.Kamila yang sedari tadi sibuk di depan laptopnya untuk menyelesaikan tugas-tugas kantornya, membuatnya tak ada waktu buat sekedar menemaninya ngobrol. Revan merasa kesepian semenjak kepergian anak dan mantan istrinya. Biasanya lepas salat Magrib, dia mengajari putranya mengaji. Lalu mengajaknya becanda dan nonton TV di ruang keluarga.Sementara m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status