Semua Bab AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA: Bab 11 - Bab 20
50 Bab
Episode 11
“Tuan ... tolong ... jangan lakukan itu!” racauku berulang dengan berderai air mata. Namun, dia tidak mau mendengarnya.“Kamu, kan, seorang janda, pasti kamu sudah lama tidak dibelai lelaki!” hinanya dengan meringis seakan merendahkan.“Maaf, Tuan, meskipun aku janda, aku tidak murahan. Aku masih punya harga diri!” berangku dengan mata nyalang menatapnya.“Memangnya harga kamu berapa? Aku sanggup membayarmu berapa pun untuk wanita secantik kamu!” ledeknya sambil hendak menciumku.Beliau terus saja menyerangku hingga aku terkapar di sofa, badannya yang besar sudah berhasil menindihku.Daster yang aku pakai sobek seketika di bagian lengan, dan aku membalasnya dengan mencakar dadanya yang bidang hingga membekas dan berdarah.Tiba-tiba aku punya kekuatan entah dari mana datangnya, kakiku langsung menendang alat vitalnya hingga dia terjerembab ke lantai sambil meringis kesakitan. Aku langsung masuk kamar dan bergegas menguncinya.Badanku masih gemeteran dengan kejadian barusan,” Apa yang
Baca selengkapnya
Kasmaran
Kamila menatap takjub dan kagum pada sebuah kalung dengan mata berbentuk hati dihiasi berlian-berlian kecil berwarna ungu. Tampak berkerlap-kerlip di matanya.“Lucu, Van.” Kamila tersenyum.” Thanks banget .... ““Suka?”“Ya,..., suka, lah .... “Revan beringsut dari tempat duduknya kemudian berdiri di belakang Kamila.”Mil, sini aku pakein kalungnya.”Kamila menjadi salah tingkah.Prank!!Gelas kosong Revan sekonyong-konyong jatuh di lantaikarena tak sengaja tersenggol olehnya. Revan bukannya menoleh ke bawah melainkan menatap pintu masukkafe yang berdaun ganda itu. Seolah yang menyebabkan gelas itu terjatuh sedang berdiri di luar. Ada kekuatan tak terlihat yang sepertinya membuat sikunya tahu-tahu menyenggoldan matanya menjadi tak awas.“Revan? Kamu kenapa?” tanya Kamila mengernyitkandahi, melihat Revan tiba-tiba kikuk.Revan memalingkan wajahnya dari arah pintu masukKe wajah Kamila.” Enggak, Mil. Aku mungkin terlalu bahagia karena di depan aku ada kamu.Revan tersenyum men
Baca selengkapnya
Pov Indira
Langit terlihat menangis sore menjelang malam ini. Gelap berkuasa atas langit dan air mata langit turun dengan derasnya ke tanah. Membasahi seluruh pelosokdi kota ini yang mudah terkena bahaya banjir.Sementara itu, aku dari tadi sibuk mengotak-atik bendapipih berbentuk kotak ini. Rasa yang begitu kuat ingin menghubungi seseorang yang masih bertakhta di hatiku, aku yang tak bisa membohongi perasaan ini, kalau sebenarnya aku masih mencintai dan merindukannya. Ingin rasanya menelpon untuk menanyakan kabaratau sekedar ingin mendengar suaranya. Bagiku itu sudah lebih dari cukup. Tapi aku urungkan, ada rasa takut, ada gengsi dan juga kecewa, semua berkecamuk dalam hati ini.Kenapa cinta ini terlalu dalam, hingga sulit rasanya untuk melupakannya. Kadang hati ini menangis karena menahan gejolak rindu yang membuncah.Tiba-tiba ada suara dari arah belakang, suara itu ternyata Ibu Dian yang baru selesai mandi lalu menghampiri keberadaanku di teras belakang. Aku terpaku sambil menatap la
Baca selengkapnya
viting baju pengantin
Matahari telah mengisi presensi tepat pada waktunya, hari ini tak lagi terlambat atau cepat. Sifat kemarahannya pun sedang tak muncul pagi ini. Biasanya sinar-sinar ultraviolet menerjang tak kenal ampun ke dalam kamar ini. Membangunkan secara otomatis sang penghuni kamar yang bernama lengkap Kamila Gunawan.Alarm jam meja berdering kasar mengusik tidur. Menarik Kamila tergesa-gesa dari alam mimpi. Ia membuka malas kedua bola matanya dan mengucek-uceknya sembari beranjak bangun dan duduk di pinggir tempat tidurnya.“Hmm ..., jam berapa, sih?” ia menggaruk kepalanya walau tak gatal sekedar menggambarkan kalau ia masih mengumpulkan nyawa. Menghimpun tenaganya untuk menghadapi hari Minggu pagi.Ponselnya yang tergeletak di samping laptop di atas meja kamarnya berdering saat Kamila merasakan air dingin membasahi wajahnya di depan wastafel. Tertulis di layar ponselnya nama puj
Baca selengkapnya
Part 15
Praank ....Piring yang Indira pegang terjatuh ke lantai saat dirinya sedang mencuci piring, ia terkaget saat tib-tiba Tuan Mike memeluk tubuh rampingnya dari belakang. Sontak wanita cantik itu menoleh dan mendorong tubuhnya hingga mundur beberapa langkah.“Kamu itu tidak usah sok jual mahal, seorang janda gak usah mikiri harga diri segala! Kamu itu sama seperti perempuan di jalanan sana yang sudah jadi barang bekas dan mau melayani lelaki dengan harga murah,” hinanya dengan senyum menyeringai.“Tuan jangan kurang ajar, ya! Meskipun aku janda, aku gak serendah yang Tuan tuduhkan. Silakan Tuan cari perempuan lain di luaran sana yang bebas menjajakkan tubuhnya,” belanya dengan mata nanar ke arahnya.“Kalau kamu mau, aku siap menikahi kamu untuk dijadikan istri keduaku. Akan aku pastikan hidupmu dan anakmu terjamin,” ucapnya dengan penuh percaya diri.“Maaf, Tuan, aku tak berminat. Aku gak sudi di peristri lelaki bejat sepertimu,” geramnya.Plaaaaakk ...“Dasar perempuan kurang ajar, ber
Baca selengkapnya
Part 16
Tok ... Tok ... Tok ....Tiga kali pintu kamarku diketuk, terdengar dari balik pintu suaraIbu Dian memanggil. Aku yang masih mondar-mandir berusaha Mendiamkan tangisan Manaf yang tak kunjung berhenti. LantasAku membukanya, meskipun dalam hatiku ada kekhawatiranmelanda. Takut kalau mantan suamiku bakal melihatku di sini.Setelah pintu dibuka ...Duaaarr ... seperti ada suara bom meledak. Lelaki itu berdiridi belakang Majikanku, aku dan mantan suamiku saling tertegun. Dari ekspresinya, dia kaget.“Mba, kenapa dengan Manaf? Apa dia sakit?” cecar Majikanku sambil memegang dahi anakku.“Tidak, Bu, cuma lagi rewel saja, nggak tahu kenapa tumbenbanget tantrum,” jawabku dengan salah tingkah saat melihat wajah mantan suamiku ada dihadapanku.“In_Indi_Ra, kamu?” suara lelaki itu terbata-bata dan tatapan mata elangnya tak lepas menatapku dengan mulut yang menganga.Sontak membuat wanita di depanku kaget, lalu menatap kami bergantian.“Van, kamu kenal dia?” tanyanya sambil menunjuk ke ara
Baca selengkapnya
Part 17
Tidak lama kemudian, aku masuk ke kamar setelah mendengar ponselku berdering. Suara notifikasi WA, kulihat ternyata ada chat dari mantan suamiku.“Mau ngapain lagi dia? Apa dia belum puas menghinaku habis-habisan tanpa peduli perasaanku sedikit pun?” gumamku.Saat dibuka, kutersentak membacanya, tubuh ini luruh seketika ke lantai seperti tak bertulang.“In, aku punya penawaran bagus buat kamu! Bagaimana kalau Manaf ikut bersamaku, akan aku kasih berapa pun yang kamu minta. Tinggal sebut saja nominalnya, nanti aku langsung transfer. Aku kasihan melihat Manaf, bagaimana bisa kamu memberikan masa depan yang bagus, sedangkan kamu cuma ART!” ujarnya penuh penekanan.“Astaghfirullahal Adzim ... “ ucapku lirih.“Segitunya kamu merendahkan aku, Mas! Padahal masa depan itu sesuatu yang misteri, hanya Allah yang Maha Tahu!” gumamku.“ Manaf itu masih di bawah umur, jadi memang seharusnya dia ikut ibunya, aku tidak tertarik dengan tawaranmu! Lagi pula, masa depan itu kita nggak tahu. Kamu jangan
Baca selengkapnya
Part 18
“In, besok kamu mau jalan jam berapa? Besok aku sif siang. Kalau kamu jalannya pagi, nanti aku akan mengantarmu ke terminal!” serunya membuatku terharu memiliki sahabat yang baik dan peduli.“Pagi jam 9 Sin, biar enggak kesorean di jalan,” balasku.“Ya sudah, besok aku ke situ!” timpalnya cepat.Menjelang subuh, seperti biasa aku menjalankan tugasku sebagai ART hingga semua selesai tepat waktu. Tiba-tiba Tuan Mike sudah berdiri di belakangku, aku terlonjak saat dia berdehem.“Dira ...,” apa benar hari ini kamu mau berhenti kerja? Apa karena sikapku membuatmu buru-buru mau pergi dari sini?” cecarnya dengan tatapan yang serius seraya langkahnya semakin maju mendekatiku meskipun aku mundur beberapa langkah.Dengan sigap dan tak membuang-buang waktu, Tuan Mike langsung memelukku dengan erat hingga rasanya sulit untuk melepaskan tangan kekarnya. Aku terperangkap dalam dekapannya, bibirnya terus melancarkan aksinya menciumi wajah dan bibirku. Aku tak bisa berbuat apa-apa, tenagaku kalah jau
Baca selengkapnya
Part 19
Wanita berjilbab itu sekarang merapikan dan memasukkan baju-bajunya ke dalam lemari. Sesaat dia duduk terdiam di pinggir dipan, netranya menatap ke langit-langit kamar dan termenung. Tiba-tiba ibunya sudah berdiri di ambang pintu kamarnya yang tidak ditutup. Lalu berdehem, sontak membuatnya kaget dan wajahnya menoleh ke sumber suara.“Ibu, ... bikin aku kaget saja!” serunya dengan senyum dan wajah yang pias.“Kamu kenapa melamun? Apa yang sedang kamu pikirkan, Nak? Oh, ya, dua minggu lalu, Revan datang ke sini memberikan surat cerai, memangnya apa yang terjadi sampai kalian memutuskan untuk bercerai? Apa tidak bisa dibicarakan baik-baik?!” cecar Ibu dengan sendu dan tangannya mengelus pundak putrinya.Air matanya menetes seketika, dadanya begitu sesak, tenggorokan seperti tercekat dan lidahnya kelu untuk mengutarakan semuanya. Kini wanita yang sekarang menyandang status janda itu menangis dipelukan sang Ibu, pelukan yang menghangatkan dan mendamaikan jiwanya. Selama ini dia tidak pern
Baca selengkapnya
Part 20
Di kediaman Pak Gunadi HermawanRumah megah dengan tiga lantai bak Istana Raja Sulaiman, dengan halaman yang begitu luas dan mobil-mobil mewah berjejer memenuhi garasi, ada kolam renang di halaman belakang serta beberapa pegawai yang melayani mereka setiap hari.Beliau adalah pengusaha kelas kakap di bidang pertambangan. Lelaki paruh baya itu memiliki istri yang bernama Sukma Atmaja, wanita yang berparas cantik meskipun usianya mendekati setengah abad.Pagi hari saat mereka sedang sarapan, tiba-tiba ponsel Pak Gunadi berdering. Beliau lantas membukanya untuk melihat siapa yang pagi-pagi sudah meneleponnya. Saat dibuka ternyata dari Rumah Sakit.“Assalamualaikum, selamat pagi! Apa ini Bapak Gunadi Hermawan?”“Walaikumsalam, selamat pagi, iya, benar, saya sendiri.”“Ini, Pak, saya mau mengabarkan kalau hasil tes DNA Bapak sudah keluar! Bapak bisa datang sekarang untuk mengambilnya.”“Oke, terima kasih, ya!”“Iya, sama-sama, Pak!”Wanita yang duduk di depannya sedari tadi mendengarkan ob
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status