Semua Bab Dihamili Calon Tunangan, Dinikahi Pewaris Tunggal: Bab 41 - Bab 50
64 Bab
Tidak Ingin Berhubungan dengan Pria Mana pun
Raffael lantas menggaruk rambutnya sembari menatap Damar dengan segala kebingungannya.Dia tidak bisa berbuat apa-apa karena memang perusahaan milik mamanya yang kini dia kelola, sumber dananya berasal dari Damar.Dari Anumerta yang menyuntikkan dana kepada Griya Coorporation—perusahaan milik Amelia, mamanya Raffael.“Papa sendiri, nggak tau apa yang harus Papa lakukan? Yang jadi pertanyaan aku saat ini adalah, kenapa Papa menganggap Sagara sudah mati padahal itu anak masih sehat?” Raffael kembali bertanya tentang kematian Sagara yang sudah diumumkan oleh papanya itu.Damar menghela napas pelan. “Saat itu, setelah Mayang menjadi gila, Papa menyuruh anak buah Papa untuk membunuh Sagara dan mayatnya dibuang ke jurang. Tapi, sampai sekarang anak buah Papa belum ditemukan. Dan mungkin yang mereka bunuh bukan Sagara. Tapi orang lain.”Raffael menganga mendengar ucapan papanya itu. “Jadi, Papa sengaja mau bunuh Sagara?”“Ya. Karena Papa sudah menguasai perusahaan ini, sementara di dalam akt
Baca selengkapnya
Jemput Aku Segera
“Tunggu di sini, Pak. Aku ambil tas dulu.” Hanna pun ikut pergi bersama Pak Somad ke rumah lamanya. Di mana pesta yang katanya dibuat oleh Sagara akan dilaksanakan di rumah tersebut.Hanna: [Sagara. Aku udah di jalan. Kamu kok nggak bilang, kalau mau mengadakan pesta di rumah Mama dan Papa? Jadi ini, surprice yang kamu bilang?]Hanna mengirim pesan kepada Sagara. Namun, pria itu tak membalas. Yang dikira oleh Hanna jika pria itu tengah sibuk mendekor pesta untuknya. Senyumnya terus merekah hingga membuat Pak Somad ikut tersenyum karena melihat majikannya tersenyum bahagia.“Bahagia sekali kayaknya, Non,” celetuk Pak Somad kemudian.Hanna menerbitkan senyumnya kepada pria itu. “Iya dong, Pak. Nggak ada istri yang nggak bahagia dikasih kejutan tak terduga kayak gini. Nggak nyangka aja, kalau Sagara se-gentle ini mau merayakan pesta ulang tahunku di rumah Mama.”“Namanya juga pesta, Non. Apa pun pasti akan suami Non Hanna lakukan. Asalkan istrinya bahagia.”“Iya, Pak.” Hanna menghela na
Baca selengkapnya
Asal Mau Bersabar ....
“Kamu … nangis?” tanya Sagara dengan pelan.“Jemput aku sekarang juga, ya. Aku tunggu di depan.” Hanna menutup panggilan tersebut kemudian menyimpan ponselnya kembali ke dalam tasnya.“Sudah cukup ya, Pa. Jangan ikut campur urusan rumah tangga aku lagi. Aku udah bahagia dengan caraku dan Sagara. Aku juga akan bilang ke Sagara untuk berhenti jadi OB di kantor Papa. Sudah cukup, kesakitan yang Papa buat ke Sagara. Sudah cukup air mata yang terus berlinang di pipi Sagara karena cacian Papa.”Hanna bergegas pergi meninggalkan rumah megah itu dengan linangan air mata yang terus mengalir di pipinya. Menunggu Sagara datang menjemputnya sembari duduk di trotoar depan rumah orang tuanya itu.“Hanna?” Sinta menghampiri sang anak kemudian memeluknya.Air mata Hanna kembali berlinang. “Maafkan aku, Ma. Sagara nggak salah kok, Ma. Aku yang salah. Biar aku yang mendapat hukuman seperti ini,” lirih Hanna da
Baca selengkapnya
Pertanyaan Hanna
Pria itu memeluk sang istri. Mengusapi punggung perempuan itu dan memejamkan matanya dengan erat. Menghela napasnya dengan panjang lalu melepaskan pelukan itu lagi.“Yuk! Dekorasi sudah aku buat. Tonight, it’s your birthday. Jangan ada tangis di hari ulang tahunmu ini. Bahagialah, walau uang tidak mengelilingi hidup kita,” kata Sagara kembali berucap. Memegang kedua sisian wajah Hanna hingga akhirnya menimbulkan efek yang luar biasa yang akhirnya Hanna rasakan.“Kalaupun kamu tidak bisa kembali ke masa jaya kamu itu, aku nggak peduli, Sagara. Aku hanya butuh kamu. Bukan orang lain. Nggak ada laki-laki yang mau menikahi wanita hamil seperti aku, kalau bukan kamu.”Sagara menganggukkan kepalanya. “Akan selalu bersama kamu. I’m promise. Jangan terlalu diambil pusing ucapan papa kamu itu. Dia hanya bisa menggertak. Dan aku akan melawannya. Kamu jangan khawatir.”Sagara membuka pintu mobilnya agar Hanna juga ikut
Baca selengkapnya
Punya Hadiah untuk Hanna
Sagara menghela napasnya dengan pelan. Menggenggam tangan perempuan itu kemudian mengulas senyum dengan tipis.“Ada. Tentu saja ada, Hanna. Bukan semata-mata aku ingin menikahimu karena aku jatuh cinta saat pertama kali bertemu, apalagi karena menumpang hidup di hidup kamu. Tapi, ada alasan yang cukup kuat kenapa aku ingin menikah dengan kamu.”Hanna menelengkan kepalanya sedikit. “Apa itu, Sagara?” tanya Hanna pelan. “Sudah satu bulan lebih kita menikah, dan aku masih menyimpan rasa penasaran itu, Sagara,” sambungnya lagi.Sagara menganggukkan kepalanya. “Ya. Aku paham, Hanna. Nggak apa-apa dan memang ada alasan yang hingga kini belum aku beri tahu ke kamu.”“Hanna?” panggil Andra kemudian.Hanna menolehkan kepalanya dengan pelan pada Andra. “Kenapa, Andra?”“Kamu … pernah mengalami amnesia?”Hanna mengerutkan keningnya kemudian menggelengkan kepalanya. “Mana ada, Andra. Aku nggak pernah mengalami amnesia.”Andra mengusapi dagunya. “Waktu itu kita berusia sembilan tahun. Berarti Hann
Baca selengkapnya
Siap-Siap
Hanna menerbitkan senyum tipis. “Sagara.” Perempuan itu kembali menghela napasnya. “Kamu mau nggak, nuruti keinginan aku? Kali ini aja. Hanya satu, dan aku harap kamu mau menurutinya.” Hanna berucap dengan rasa takut dan ragu bercampur menjadi satu.“Apa itu?” tanya Sagara kemudian.Hanna masih menatap Sagara yang sudah siap mendengarkan permintaan istrinya itu.“Mau minta apa, Hanna?” tanya Sagara lagi.Hanna merasakan tubuhnya mulai menggigil. Ia lantas melihat pintu dan jendela di ruangan tersebut belum ditutup. “Sagara. Tolong tutup pintu dan jendelanya, dong. Tubuh aku mulai menggigil."Mendengar ucapan istrinya itu, Sagara lantas bergegas menutup pintu dan jendela ruangan tersebut. Setelahnya, membawa Hanna turun ke bawah. Angin malam benar-benar buruk untuk kondisi kesehatan Hanna. Walau begitu, pria itu tetap mencintai Hanna. Banyak kekurangan dalam hidup perempuan bukan berarti menurunkan kadar rasa cintanya.Tiba di kamar. Sagara mengambil hadiah yang sudah dia beli di tiga
Baca selengkapnya
Jangan Harap!
Sagara menundukkan kepalanya dengan bahu bergetar hebat. Kejahatan yang dia buat akan sangat fatal menimpa kedua perusahaan tersebut. Tidak ada jalan lain yang Sagara tempuh selain mengadu domba Anumerta dan Lestari.Hanna lantas menarik tangan Sagara dan memeluknya. Isak tangis itu semakin pecah dalam pelukan sang istri."Maafkan aku, Hanna. Aku melakukan itu karena ingin membuktikan kalau aku bukan pria selemah itu di mata kedua pria yang sudah membuatku lemah,” lirih Sagara dalam pelukan itu.Hanna menganggukkan kepalanya. “Aku tau, Sagara. Apa yang kamu lakukan itu memang sudah keterlaluan. Tapi, mau gimana lagi? Kamu sudah melakukannya. Hanya tinggal menunggu hasil. Aku akan bicarakan ini baik-baik ke Mama. Semoga Mama paham.”Sagara melepaskan pelukan itu kemudian menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Jangan, Hanna. Nanti mama kamu marah dan membenci aku. Jangan! Aku nggak mau mama kamu nanti memihak papa kamu.” Sagara tak ingin Sinta tahu tentang rencana jahatnya itu.Hanna me
Baca selengkapnya
Itu Bukan Aku
Di kediaman Hanna. Waktu sudah menunjuk angka sepuluh pagi. Sagara tengah merenung memikirkan permintaan Hanna untuk berhenti bekerja di kantor Krisna. Sementara ia tak bisa mendapat informasi apa pun lagi jika keluar dari kantor tersebut.Sembari mengatup dagunya dengan kedua tangannya, pria itu menghela napas pelan. “Bukan hanya nggak ada dapat informasi lagi. Melainkan udah nggak dapat uang lagi.”“Nggak perlu nyari informasi lagi, Sagara. Sudah cukup, bukan? Kamu hanya tinggal menunggu hasilnya.” Hanna datang menghampiri Sagara sembari memberikan pisang goreng tepung crispy.Sagara menolehkan kepalanya dengan pelan pada Hanna. “Iya sih. Tapi, aku nggak akan punya uang untuk mnghidupi kamu, Hanna. Masa, yang kerja malah istrinya.”“Aku juga nggak kerja, Sagara. Hanya punya boutique aja.”“Pengusaha, Hanna. Kalau aku kerja di boutique kamu, kerja jadi apa? Oh! Aku lamar kerja jadi kurir aja, y
Baca selengkapnya
Atau Mungkin Shock?
Hanna memeluk Sagara. Pun dengan pria itu. Membalas pelukan itu dan mengusapi punggung Hanna. “I miss you, Hanna. Lima belas tahun adalah waktu yang cukup lama. Tapi, Tuhan masih baik dan mau mempertemukan aku dengan kamu. You are my first love, Hanna,” ucap Sagara pelan.Hanna menganggukkan kepalanya. Menyusup di dada Sagara kemudian terisak pelan. “Aku terharu, Sagara. Kenapa harus telat berjumpa dengan kamu. Setelah aku sudah hancur oleh pria yang ternyata bukan jodohku,” lirih perempuan itu.Sagara menelan saliva pelan. “It’s okay, Hanna. Tidak perlu menyesali masalah itu. Aku nggak mempermasalahkan itu. Yang terpenting kini adalah, kamu sudah tau kalau aku adalah laki-laki yang selalu mencari keberadaan kamu. Akhirnya dipertemukan kembali walau hidup aku sedang dalam masa sulit.“Aku semakin mencintai kamu karena kamu tulus menerima aku, Hanna. Mau menampungku walau aku hanya punya tabungan lima puluh juta dan mobil range
Baca selengkapnya
Mengundurkan Diri
Hanna mengendikan bahunya. “Yang jelas, malu. Malu karena sempat meremehkan kamu. Tapi, kamu yakin … bisa mengambil perusahaan papa kamu itu? Kalau sudah kena masalah yang kamu buat itu, bukannya perusahaan kamu akan ikut jelek?”“Ya. Aku tau itu. Setelah dokumen asli sudah ada di tanganku, akan aku ubah dan mengganti nama agar bersih dari masalah yang sudah aku buat. Aku sudah bilang ke kamu, Hanna. Semuanya sudah aku perhitungkan. Tidak sembarangan melakukan hal gila itu.“Aku hanya ingin memberi pelajaran pada mereka. Supaya mereka tau, tidak selamanya kejayaan akan terus mengelilingi mereka. Ada saatnya down dan di saat itulah mereka membutuhkan bantuan. Jangan terus mengadah ke atas. Ada saatnya mereka merunduk.”Hanna menerbitkan senyumnya kala mendengar ucapan suaminya itu. Ada benarnya dan memang benar. Roda kehidupan terus berputar. Tidak selamanya kita akan berada di atas. Ada saatnya berada di bawah.Sagara
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status