“H-hei ... kau sudah mau pulang?” bertanya gugup dari ambang pintu, Daniel saling menautkan jemari, merasa cemas. Serena yang sedang tertidur di sofa, membuka mata dengan enggan. Ia menepuk bantalan sofa, “Kemarilah.” Sepasang kaki kecil lantas berlari terburu-buru, yang mana tampak lucu. Serena bahkan tak kuasa menahan senyuman. Selama beberapa hari terakhir, dia telah berhasil menjinakkan kucing galak ini. Hm, mungkin? Terkadang memang masih ada ribut diantara mereka. “Kau belum menjawab pertanyaanku,” interupsi Daniel, bibir mungilnya mengerucut imut. Pupil ungunya melirik was-was pada wajah cantik Serena. Tertawa ringan, Serena mencubit pipi tembam Daniel. Netra merahnya agak sayu saat berkata, “Aku sudah sembuh, jadi sudah seharusnya pulang, ‘kan?” Daniel sontak tertunduk lesu, lantaran teman bermainnya hanya Serena seorang. Meski ada pasien lain, jumlah mereka sedikit. Pun, Daniel bukan anak yang mudah bergaul. Kebiasaan lidahnya selalu tajam, membuat orang-o
Last Updated : 2025-10-02 Read more