Aku ingin sekali menampar mereka hingga terbang keluar.Aku melipat tanganku di dada, lalu menatap mereka dengan dingin.Aku menunggu mereka berhenti tertawa.Setelah tertawa selama lebih dari sepuluh menit, akhirnya Zudith dan Kiki berhenti."Oh, aku tertawa terbahak-bahak sampai air mataku keluar," kata Kiki sambil menyeka air matanya dengan tisu.Kondisi Zudith tidak jauh lebih baik. Hidungnya bahkan meler.Aku menggeleng dengan tidak berdaya. "Akhirnya, aku tahu apa yang kalian lakukan. Kalian lebih kejam daripada yang lain.""Nggak, nggak, nggak. Ini sama sekali nggak ada hubungannya dengan kejam. Ini karena kita terlalu akrab. Kami terbiasa dengan penampilanmu yang biasa. Tapi, sekarang kamu berbicara pada kami dengan benda ini. Kami nggak bisa terima.""Apa kalian benar-benar mendengarkan cerita di balik kejadian ini? Kalau kalian mendengarkan, kalian nggak akan seperti ini.""Ah, yah, yah, ini semua salah kami. Kami minta maaf.""Pahlawan, minumlah. Jangan marah.""Hei, Edo, ka
Read more