All Chapters of Kultivator Inti Semesta: Chapter 1421 - Chapter 1430

Pangeran pertama tidak mengerti mengapa Tetua Agung pergi meninggalkannya. Ketika dia masih bingung, Jenderal ketiga sudah muncul di sampingnya. “Aku yakin orang itu masih mengawasi ku, aku harus berhati-hati bahkan tidak boleh mengirimkan transmisi suara,” batin Jenderal ketiga. Jenderal ketiga tidak menyapa pangeran pertama, dan dia juga tidak berbicara basa-basi. “Sekarang sudah saatnya memasuki Dunia Era Abadi. Tetua Agung sedang memiliki urusan lain, jadi aku datang yang menggantikannya. Sekarang mari kita berangkat.” Semua orang langsung terbang mengikuti jenderal ketiga. Karena para Tetua ditempatkan terpisah dengan generasi muda, semuanya tidak ada yang tahu bahwa yang mengantar mereka status dan kekuatannya jauh lebih tinggi daripada Tetua Agung. Setelah mereka tiba di depan pintu Dunia Era Abadi, baru mereka tahu siapa yang mengantar mereka. Namun, pangeran pertama merasa ada yang tidak beres, karena dari pertama muncul hingga saat ini, Jenderal ketiga tidak menyapanya.

Huixing menatap semua orang. Walaupun tubuhnya tampak tegang dan napasnya sedikit tertahan, ia tetap menyampaikan perintah yang sebelumnya diberikan oleh Xiao Tian. “Sekarang pangeran pertama telah pergi meninggalkan tempat ini. Di sini tidak ada lagi orang kuat yang bisa menghadapi binatang-binatang purba itu, terkecuali satu, yaitu komandanku. Jika kalian mau tunduk dan patuh dengan perintah komandanku, mungkin komandan masih bisa membantumu, jika tidak mau, silakan enyah, atau kami yang enyah. Karena ini hanya pinggiran, tapi sudah ada banyak binatang purba. Tempat ini tidak aman, lokasi lain juga mungkin sama bahkan bisa lebih tidak aman. Sekarang terserah kalian, pilihan ada di tangan kalian. Namun, bagi orang-orang yang berteriak menginginkan komandanku mati sebelumnya, kalian bisa enyah.” Ucapan Huixing memicu riak di antara para orang yang berkumpul. Mereka bukan diam karena keberadaan Huixing, melainkan karena mengetahui siapa yang berdiri di belakangnya. Beberapa wajah tam

Dari jarak lima juta mil, dua orang berdiri. Mereka berdua tidak lain adalah pangeran pertama Istana Laut Barat dan pangeran pertama Istana Laut Selatan. “Zhao Zhuying, bajingan itu benar-benar tercela. Bahkan dia rela meninggalkan pasukannya. Sekarang yang memimpin adalah orang lain, jadi bagaimana?” “Urusan kita hanya dengan Gong Liechen. Bajingan itu bukan tercela, tapi sangat bodoh. Dia bahkan meninggalkan kelompok yang luar biasa seperti itu.” WHOOSSHH!!! Namun, baru saja mereka selesai bicara, Gong Liechen muncul tidak jauh dari mereka. “Zhao Zhuying, Yan Shirong, kita bertemu lagi,” ucap Gong Liechen. “Anjing keparat, kamu berani muncul di hadapanku. Aku sedang mencarimu, siapa sangka kamu akan datang secara pribadi di hadapanku,” balas Zhao Zhuying dan Yan Shirong. Keduanya sudah melepaskan aura pembunuh mereka. Bahkan ranah mereka juga sudah ditampilkan dengan jelas. Keduanya memiliki ranah peringkat tujuh, satu peringkat lebih tinggi daripada Gong Liechen. Namun, m

“Komandan, aku akan melakukan yang terbaik. Aku tidak akan mengecewakan harapan besar komandan!” Ding Wu mengatakan itu sambil mengepalkan tangan. Dia benar-benar berterima kasih terhadap Xiao Tian. Tanpa Xiao Tian, jangankan berada di titik sekarang, bahkan untuk menjadi tentara yang semestinya mungkin tidak akan bisa. Dia akan selamanya menjadi pelayan di tingkat divisi Barisan Bintang. Namun, berkat Xiao Tian, dia tidak hanya terbebas dari seorang pelayan, tapi bisa menjadi tentara Barisan Awan, dan mendapatkan perlakuan yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya. “Kamu tidak perlu bersikap seperti itu, aku sudah menganggapmu sebagai temanku sendiri. Jadi tidak perlu sungkan,” balas Xiao Tian sambil tersenyum kecil. Ketika semua anggota sedang fokus berkultivasi, sembilan orang yang mengawasi sinar itu telah kembali. Mereka mengetuk kediaman Xiao Tian. “Komandan, kami sudah mengetahui harta apa yang terlahir. Itu adalah pedang berwarna biru berbentuk bulan sabit. Levelnya artefak

Xiao Tian langsung terbang menuju jurang yang tidak bisa ditembus oleh kesadaran ilahi-nya. Ketika dia tiba di permukaan jurang, Xiao Tian mengerutkan keningnya. Di hadapannya menganga sebuah celah raksasa yang membelah dunia era Abadi itu seolah terpisah dari lingkungan di sekitarnya. Tepinya curam, turun lurus ke bawah tanpa ada lekukan yang bisa dijadikan pijakan. Dari atas, jurang itu tampak seperti mulut kosong yang menelan cahaya dan menelan apa pun yang mencoba menyelidikinya. “Aku tidak merasakan aura apa pun dari jurang ini, tapi jurang ini bisa melenyapkan kesadaran ilahi-ku. Aku harus memastikan apa yang ada dalam jurang ini.” Xiao Tian langsung melompat ke dalam jurang. Begitu tubuhnya melewati batas atas jurang, kesunyian segera menelan semuanya. Ruang di sekelilingnya seperti menghilang setiap kali ia mencoba menangkap detailnya. Jurang itu seperti tidak memiliki dasar, bahkan setelah dia turun selama beberapa jam, dia belum mencapai ujungnya juga. Angin kering me