All Chapters of Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku: Chapter 81 - Chapter 90

Dante benar-benar tidak memberi kelonggaran untuk Regan. Setelah mereka sampai di rumah baru Regan, Dante terus membuntutinya seperti anak ayam. Jangankan untuk menggenggam tangan Poppy, berdiri di dekat wanita itu pun Regan tidak diizinkan. Setiap kali Regan mencuri kesempatan, Dante akan tiba-tiba muncul di antara mereka seperti hantu. Sampai akhirnya Regan kesal sendiri dan membiarkan Dante berlaku sesukanya.“Bagus juga rumah lo,” komentar Dante tiba-tiba ketika membereskan rak buku di perpustakaan. “Sampai ada perpustakaannya segala.”“Apa yang gak buat Poppy,” sahut Regan tanpa menoleh, masih sibuk membereskan sisi rak bagiannya.Meskipun begitu, Regan bisa merasakan lirikan panas dari Dante. Regan tidak peduli dan memilih untuk bergeser ke tempat Poppy yang sedang membereskan meja kerjanya.“Tapi!” tiba-tiba, Dante sudah berada di samping Poppy sambil membawa kemoceng yang sedari tadi digunakan untuk membersihkan debu. “Tetap bagusan rumah kita ya, kan, Pop? Poppy kan suka yang

Regan tidak berbohong saat mengatakan ingin memberitahu secepatnya kepada Mami dan Papi. Hanya saja… ia tidak menyangka harus secepat ini. Regan pikir, ini adalah sebuah kesempatan. Semakin cepat ia jujur, semakin cepat pula ia mengambil keputusan. Kalaupun hasilnya memang tidak sesuai harapannya, setidaknya Regan memiliki waktu yang panjang untuk menyusun ulang rencana.“Jadi….”Regan menarik napas dan matanya melirik ke arah Poppy. Wanita itu menunduk semakin dalam. Dari tempatnya, Regan juga bisa melihat ia mulai gemetaran.Apa ini bukan waktu yang tepat?“Kenapa, Gan?” tanya Mami, yang membuat Regan seketika tersadar kembali.Pikirannya bercabang, hatinya dilema. Ia ingin sekali berkata jujur, tetapi tidak juga ingin menekan Poppy. Namun di satu sisi, Poppy juga akan semakin tertekan jika mereka terus bersembunyi-sembunyi seperti ini. Apalagi, syarat utama yang diajukan Dante adalah restu dari Mami dan Papi.“Itu….” Regan menarik napas panjang. “Regan mulai pindah ke rumah baru be

Ini adalah sepuluh detik keheningan yang paling menakutkan dalam hidup Poppy. Ia bahkan tidak berani mengangkat kepalanya untuk melihat ekspresi Mami dan Papi. Genggaman tangan Regan terasa semakin kuat, tetapi tubuh Poppy juga semakin gemetaran. Ia bahkan sudah merasakan sudut matanya memanas.Sayangnya, hanya Regan yang bisa diandalkannya saat ini. Dante sedang jauh di sana, sekalipun bisa membela Poppy, itupun hanya melalui panggilan suara. Poppy tidak siap mendengar amarah Mami dan Papi untuk yang pertama kalinya.Mereka pasti akan membenci Poppy… Mereka pasti akan jijik terhadapnya…. Mereka pasti akan membuang—Plak!“Tuh, kan! Mami bilang apa! Papi gak percayaan, sih!”Bunyi pukulan keras itu diikuti oleh suara Mami yang melengking. Bukan suara penuh amarah, tetapi justru penuh keantusiasan seolah baru menang lotre. Poppy pun refleks mengangkat kepalanya. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah meringis Papi yang tengah mengusap-usap pahanya dan binar dari mata Mami.Heh?“Mana P

 Memang benar adanya pepatah darah lebih kental dari air zamzam sekalipun. Sudah berkali-kali Mami dan Papi berpihak pada Poppy dan menganaktirikan Regan sendiri, nyatanya tetap Regan yang menang.Poppy kira, Mami akan lebih setuju kepada Dante dan membuatnya menjaga jarak sedikit dengan Regan—Poppy tidak terlalu keberatan. Namun kebalikannya, Mami justru yang paling setuju saat Regan mengajukan ingin membiarkan Poppy “menginap” selama Dante di Singapura.Poppy pun hanya menghela napas pasrah ketika mobil Regan melewati gerbang kompleks perumahannya begitu saja. Hilang sudah rencana maraton nonton drama Korea sambil mencari inspirasi menulis. Sepanjang perjalanan, Poppy hanya terus membuang pandangan ke jendela dan memasang wajah masam.Regan sepertinya tahu kalau dirinya bersalah, tetapi enggan sekali meminta maaf. Pria itu malah terus mengeluarkan senyum kemenangan. Poppy bahkan juga mendengar dendangan kecil

 “Kak Regan gak takut menikah?” Poppy mengulang pertanyaannya.Regan bisa merasakan kekhawatiran yang begitu besar dari pertanyaan Poppy. Maka dari itu, ia pun mengeratkkan pelukannya pada pinggang wanita itu. Regan menghirup dalam aroma rambut Poppy untuk semakin menenangkannya.“Nope,” jawab Regan. “Kalau sama kamu, aku gak takut.”Poppy tidak menjawab setelahnya. Padahal, Regan sudah menduga kalau setidaknya Poppy akan mendengus atau mencubit tangannya dengan wajah memerah. Wanita itu selalu melakukannya ketika sedang tersipu. Apa kali ini jawaban Regan mengecewakannya?Regan mengangkat sedikit kepalanya, berusaha melihat wajah Poppy. “Kenapa? Kamu takut?”Poppy bergumam pelan, “Sedikit.”Regan menghela napas, sedikit lega karena ternyata Poppy tidak sedang berpikir macam-macam. Ia kembali menyandarkan kepalanya di lekuk lehe