All Chapters of Sang Penghancur Langit : Chapter 421 - Chapter 430

Haaaaaaaaaaa!Pendekar tengkorak mata merah berteriak keras, dan itu menunjukkan jika pendekar golongan hitam itu sudah siap untuk meneruskan pertarungan.Tidak hanya itu, karena tenaga dalam yang semakin tinggi, suhu udara di puncak gunung tengkorak juga semakin tinggi dan memanas.Pendekar tengkorak mata merah menggerakkan tangannya, dan sesuatu datang dari dalam gua.Whusssssssss!Satu bayangan hitam melesat, dan itu sangat cepat.Huppppp!Arya melompat karena dia tahu, yang melayang itu adalah sesuatu yang cukup berbahaya.Tappppp!Tangan pendekar tengkorak mata merah bergerak, dan menangkap bayangan yang melesat itu, dan itu adalah sebuah pedang.Arya kaget, itu adalah pedang yang tertancap di batu, pedang yang ada di tengah gua tengkorak itu."Ini adalah pedang tengkorak hitam! Sampai saat ini belum ada satu orang yang mampu hidup jika aku pegang pedang ini," kata pendekar tengkorak mata merah."Aku orang pertama!" kata Arya.Haaaaaaaaaaa!Setelah mendapatkan balasan perkataanny

"Kenapa kau ada di sini? Ada apa kau tidak mencari si penidur itu?" tanya raja mabuk."Bodoh! Kenapa dengan dirimu? Apa yang aku lakukan di sini?" bentak raja obat."Aku menunggu dirimu di sini," kata raja mabuk."Untuk apa kau menunggu aku?""Bukankah kita sudah berjanji akan bertemu di sini," jawab raja mabuk."Bagaimana, apa kau bertemu dengan si penidur itu?" tanya raja obat pada raja mabuk."Tidak, sepertinya dia sudah kembali ke tempat dia bertapa!" jawab raja mabuk."Bagaimana mungkin kau akan bertemu dengan dia, aku sudah menemukan dia! Hahahahaha!" kata raja obat tertawa keras."Kurang ajar, kau mengerjai diriku," kata raja mabuk yang tak suka dikerjai oleh raja obat."Sudahlah! Kita harus bicara, ikut denganku!" kata raja obat dan menarik tangan raja mabuk dengan paksa."Pelan-pelan saja! Apa kau ingin tanganku putus?""Lebih baik kau buntung untuk selamanya," kata raja obat dan terus saja menarik paksa tangan raja mabuk.Dengan terpaksa raja mabuk ikuti langkah kaki raja ob

Hampir seluruh pendekar yang ada menolak untuk meninggalkan atau menghentikan perjalanan mereka, itu karena mereka merasa tanggung jika berhenti pada saat mereka yakin kalau mereka sudah dekat dengan posisi Arya.Di wilayah lain yang didatangi raja mabuk juga mendapatkan penolakan, bahkan penolakan yang paling keras datang dari panglima Tan, panglima kerajaan Phin yang membawa puluhan ribu prajurit hanya untuk menangkap Arya."Tidak akan ada satu orang pun di negeri ini yang rela dan mau harga diri kaisarnya diinjak orang asing, apa kau sekarang membela orang asing, wahai tetua pemabuk?" bentak panglima Tan pada raja mabuk."Bukan seperti itu, tapi ada masalah lain yang akan kalian hadapi, ada masalah lain di belakang masalah saat ini," kata raja obat kebingungan untuk menjelaskan semuanya."Masalah lain? Itu nanti akan diatasi setelah pemuda itu kami tangkap," kata panglima Tan.Raja mabuk tidak dapat berkata apa lagi, dia sadar kalau apa yang dia katakan hanya akan percuma saja."Te

Gunung bunga melati, gunung yang sebenatnya hanya nama masa lalu, gunung itu kini tidak ubahnya hanya sebuah gunung yang gersang tanpa tumbuhan lagi.Gunung itu sempat menjadi pertarungan di masa lalu, sehingga gunung itu gundul tanpa pepohonan lagi.Tapi, dibalik kegundulan pepohonan di gunung bunga melati, ada seseorang yang tinggal disana.Tidak banyak yang tahu tentang orang itu, hanya orang-orang dari masa lalu yang tahu tentang dia. Dialah resi Jumdai."Kenapa perasaanku tidak enak? Ada apa ini? Apa yang akan terjadi pada negeri ini?" gumam resi itu dan menghentikan tapa yang sudah sekian puluh tahun dia lakukan.Resi Jumdai menatap jauh ke depan, dan dia keluar dari gua yang selama ini jadi tempat dia tinggal dan tempat dia melakukan tapa panjang.Rambutnya putih tidak terurus, meskipun begitu dia tidak terlalu memikirkan itu, baginya yang penting saat ini adalah mendekatkan diri pada penciptanya."Bau arak? Bau obat? Ada apa ini? Kenapa ada dua bau yang begitu menyengat ini?"

Tuan muda Yun Ji yang kini berjalan bersama dengan rombongan sekte naga hitam sudah mendekat bukit seribu mayat."Sepertinya sudah dimulai pertempuran di lembah itu," kata ketua Chu Cai."Benar ketua, apa sebaiknya kita juga kesana?" tanya wakil Cat."Sudah pasti, aku ingin pastikan kalau pakaian kijang emas itu harus aku miliki," kata ketua Chu Cai.Ketua Chu Cai melihat ke arah ketua Cut Dan."Dan kau harus bantu aku, Cut Dan!" kata ketua Chu Cai lagi."Pasti ketua!" jawab ketua Chu Cai.Sementara itu, terlihat perubahan pada Yun Ji, dia yang sejak awal perjalanan bersama dengan sekte naga hitam tenang saja, tapi saat mendekati bukit seribu mayat, dia terlihat menjadi lebih haus darah dan itu tidak luput dari perhatian ketua Chu Cai."Apa yang sudah terjadi dengan putraku ini sebenarnya?" gumam ketua Chu Cai.Whusssssssss!Dan tiba-tiba saja Yun Ji melesat meninggalkan rombongan sekte naga hitam, dan gerakannya sangat cepat bagaikan seekor burung."Yun Ji! jangan bertingkah ceroboh