Mobil melaju seperti peluru menembus kepadatan jalanan Tokyo. Klakson bersahutan, lampu-lampu kendaraan lain menyorot tajam, namun Jean tak peduli. Tatapannya lurus ke depan, rahangnya mengeras, jemarinya mencengkram kemudi begitu kuat hingga buku jarinya memutih.“Berapa menit lagi?” tanya Charisa, suaranya serak dan nyaris tidak terdengar. Energinya sudah habis terkuras karena menangisi Darren.“Lima. Paling lama sepuluh,” sahut Jean singkat. Ia tak mau membuat janji yang tidak bisa ditepati. Namun hatinya berdegup lebih cepat dari mobil yang ia pacu. Kalau terjadi sesuatu pada Darren, dia tidak akan memberi ampun pada orang yang sudah menculik putranya meskipun dia harus melawan hukum sekalipun.Ponselnya bergetar. Jean menekan tombol speaker.“Tuan, saya sudah sampai di minimarket,” suara pria dari seberang—anak buahnya Ryuga.“Lihat sekeliling. Ada kamera? Ada jejak kendaraan?” Jean memastikan sekecil apapun untuk membantunya menemukan Darren.“Ya. Ada kamera CCTV di atas pintu ma
Last Updated : 2025-05-29 Read more