“Maklum, kan perginya dulu ke Jepang. Paham aja, pergaulan di sana gimana, kan? Lima tahun baru pulang, bukannya bawa calon, malah kecolongan adeknya. Kasihan nggak, tuh?!”Perhatian Sazlina kembali teralih pada gunjingan ibu-ibu tersebut. Ia menghela napas pelan.Sayang sekali ia harus ikut menjunjung adat nikahan dengan beramah tanah dan membawa diri untuk pihak keluarga mempelai hingga acara selesai.Ini bukan sekali, dua kali atau tiga kali, tetapi sudah banyak kian kali. Hanya cacat cela belaka yang orang semat untuk cerita mengenai dirinya. Meski mulut diam dan diri tak mengapa, bukan sabar lagi yang diinginkan. Namun, seseorang yang layak dan mampu membawa diri untuk menanggalkan status *perawan tua dilangkahi* dengan rela.Sazlina menerus langkah menuju ruang prasmanan yang sudah tidak banyak orang. Hanya beberapa orang asing dan para saudara mara ibunya yang tadi barusan seru menggunjing.“Hei, mbaknya Shanumi, mau makan ya? Enak-enak, lho…,” sapa salah satu mereka dengan nad
Terakhir Diperbarui : 2025-02-06 Baca selengkapnya