Mendengar ucapan itu, Rangga merasa agak kesal. "Kamu tahu sendiri dengan sifatnya itu, kalaupun kamu menunggu sampai mati di sini, belum tentu dia mau menemuimu."Namun, ucapan itu hanya membuat Abimana tertawa dingin. "Jadi, Jenderal Rangga juga tahu, seperti apa sifatnya."Kalau memang tahu, kenapa masih juga enggan melepaskannya?Ekspresi Rangga semakin dingin. Tangannya yang berada di belakang tubuh perlahan mengepal.Namun, Abimana tak peduli. Dia hanya memberi hormat kepada Kalingga dan berkata, "Terima kasih."Kemudian, dia berjalan ke sisi lain halaman. Kalaupun harus menunggu, tak perlu berdiri tepat di depan pintu utama. Itu terlalu mencolok.Kalingga kembali menunduk menatap bungkusan kecil di tangannya. Noda kecokelatan di atasnya tampak seperti bekas darah yang sudah mengering.Dia tidak tahu isi bungkusan itu. Namun, melihat Abimana yang hampir meneteskan air mata saat menyerahkannya, dia tahu benda itu pasti sangat berharga.Setelah berpikir sejenak, Kalingga berbalik d
Baca selengkapnya