Di luar, hujan masih mengguyur deras. Meskipun Laras membawakan payung, tetap saja percikan hujan membasahi ujung celana Andini. Ketika akhirnya dia melihat Abimana, celananya sudah basah kuyup menempel ketat di kakinya.Di halaman, Abimana masih berlutut. Dalam terpaan angin dan hujan, sosoknya tampak begitu kecil dan rapuh.Andini menarik napas dalam-dalam dan berdiri di tempat tanpa bergerak. Laras membawa payung dan melangkah maju sambil berkata, "Tuan Abimana, hujannya terlalu deras, Anda juga sedang terluka, lebih baik segera kembali untuk beristirahat!"Namun, Abimana tetap diam. Laras pun menambahkan, "Tuan Abimana pasti tahu, Nona kami berhati lembut. Kalau karena ini Anda sampai terluka parah atau cacat, dia akan merasa bersalah seumur hidup!"Barulah saat mendengar kata-kata itu, Abimana seperti baru tersadar. Air hujan mengalir deras dari rambutnya, membuatnya sulit membuka mata. Dia hanya bisa menyipitkan mata, berusaha menatap ke arah Andini.Dalam pandangan kabur itu, di
Baca selengkapnya