Happy Reading*****"Papa?" Syaif menoleh, di belakangnya ada Wijananto dan lelaki paruh baya yang sangat dia hormati."Apa?" sahut lelaki paruh baya yang menggunakan kemeja batik senada dengan gamis yang dikenakan mamanya Syaif. "Malu-maluin aja pertanyaanmu. Masak iya, Papa harus selalu kalah dari Om Wijananto bahkan sampai anak keturunan Papa juga kalah dari anaknya."Orang yang disebut namanya itu tersenyum, merangkul sahabatnya yang sejak dulu memang ingin selalu unggul di atasnya. "Udahlah, Wir. Kamu dan anakmu nggak akan pernah bisa mengalahkan aku dan Amir," kata Wijananto."Papa," peringat Amir sambil tersenyum."Nggak usah ngejek gitu, Mir. Kebetulan saja, kalian berdua lebih dulu nikahnya. Jadi, untuk pengalaman yang begituan, kami harus belajar dari kalian," kata Wiranto, papanya Syaif."Nah, itu dia, Pa. Nanti, kita pasti bakalan menang, Pa," sahut Syaif. "Memang apaan?" timpal Amir agak terkejut. "Memang dalam hal anak. Pokoknya, begitu kata sah sudah terdengar, aku m
Last Updated : 2025-04-23 Read more