"Oh, udah akur ternyata," ujar teman Ardan sambil menatap Luna dengan senyum canggung."Iya, dong. Meskipun udah pisah, kita harus tetap akur demi anak," balas Ardan sambil tersenyum lebar.Luna menggeram dalam hati. Kalau tidak sedang berada di acara resmi seperti ini, mungkin high heels-nya sudah mendarat di wajah tampan Ardan."Oh, anaknya nggak diajak?" tanya pria itu lagi."Enggak. Dia baru sembuh dari sakit," jawab Ardan.Kesal, Luna berniat pergi dari sana. Namun, sebelum ia sempat melangkah, Ardan dengan sigap menarik pundaknya dan memeluknya erat."Lepasin, Mas!" bisik Luna geram. Ia menatap Ardan tajam, lalu melirik ke arah Dylan, berharap pria itu akan membantunya. Tapi Dylan hanya memalingkan wajah, rahangnya mengeras, dan rona merah terlihat di wajahnya.Luna merasa bersalah. Ia segera melepaskan pelukan Ardan dan hendak mengajak Dylan pergi. Namun, Dylan lebih dulu membuka suara."Aku ke kamar mandi dulu, Lun," ucapnya singkat, tanpa menoleh.Luna tertegun. Dylan pergi b
Terakhir Diperbarui : 2025-05-06 Baca selengkapnya