Mobil hitam Naren berhenti tepat di depan sebuah bangunan. Tidak ada papan nama, tidak ada kesan itu adalah sebuah agensi. Lebih terlihat seperti rumah biasa. Naren turun tanpa menunggu, langkahnya tegas, cepat, dan menebar aura tekanan yang membuat resepsionis langsung menunduk.Ia tidak mengucapkan salam saat masuk ke ruang kerja pemilik agensi, hanya membuka pintu dan langsung duduk di sofa dengan sikap penuh kuasa, seolah tempat itu miliknya.Wijaya, pria paruh baya dengan setelan rapih dan senyum licik, hanya melirik sekilas dari balik mejanya. Ia sudah terbiasa dengan sikap Naren, dan lebih dari itu, ia tahu, sekeras apa pun Naren berteriak, selama Dirgantara masih berpihak padanya, dia tak akan terluka sedikit pun.“Panggilkan Adisty!” perintah Naren, datar, tanpa emosi.Wijaya menyesap tehnya perlahan, lalu menjawab santai, “Dia sedang ada pemotretan. Di luar.”“Di mana?” tanya Naren, nadanya meninggi.“Louis To
Last Updated : 2025-06-12 Read more