Home / Romansa / Sahabat, Tapi Jatuh Cinta / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Sahabat, Tapi Jatuh Cinta: Chapter 21 - Chapter 30

42 Chapters

Lagi Lagi Fibi

“Fibi!”Fibi menoleh dan mendapati Sarah yang kini menunggunya di mejanya. Fibi yang baru saja dari kantin pun berlari menghampiri Sarah.“Mbak, ada apa? Ada jadwal pemotretan kah?” tanya Fibi begitu sampai di depan Sarah.“Nggak. Aku lagi nyari Kevin. Kamu tahu nggak dia di mana?”“Loh, Mas Kevin kan di Surabaya, Mbak,” jawab Fibi.“Hah? Kapan? Ngapain?”“Semalam berangkat. Katanya dia bantu urus nikahan temennya,” jawab Fibi. Sarah seketika terdiam untuk beberapa waktu. Fibi yang melihat wajah Sarah pun bingung. Apa dia salah bicara?“Nikahan temannya?”“Iya. Mas Abian sama Mbak Sheila.”“Abian sama Sheila nikah?” gumam Sarah. Beberapa saat kemudian, dia kembali berkata, “Tunggu, kok kamu kenal mereka?”“Aku bakal jadi MUA-nya Mbak Sheila, Mbak.”“Terus, kenapa kamu masih di sini?” tanya Sarah lagi.“Ya, acaranya masih dua minggu lagi.”Sarah terdiam. Dia sama sekali tidak tahu jika Abian dan Sheila akan menikah. Dia bahkan tidak tahu Kevin sedang di Surabaya. Dia tidak tahu apa-apa
last updateLast Updated : 2025-03-21
Read more

Edwin Sakit

Fibi langsung menuju ruangan Edwin begitu sampai di Sunrise. Di sana dia mendapati Edwin yang tengah terbaring lemah sendirian. Fibi meletakkan tasnya di meja, lalu mengambil kotak P3K di laci meja Edwin.“Ed, ukur suhu dulu,” ucap Fibi sambil menggoyang pelan tubuh Edwin. Laki-laki itu pun mengamit termometer yang diberikan Fibi di ketiaknya. Tidak lama, termometer pun berbunyi.“Tiga delapan. Lo udah makan?” tanya Fibi sambil menyimpan kembali termometer ke kotak P3K.“Nggak nafsu,” jawab Edwin. Dia lalu dengan manja memeluk tangan Fibi.“Antar gue pulang,” pinta Edwin.“Iya, ini gue udah pesen taksi online.” Fibi membuka ponselnya, dilihatnya taksi online yang dia pesan masih dalam perjalanan. Sembari menunggu, dia pun menelpon mamanya Edwin.“Halo, Tante. Fibi mau ngabarin, ini si Ed badannya panas,” ucap Fibi saat panggilan telpon tersambung.“Loh, tadi pagi kayaknya baik-baik saja. Demam berapa derajat, Fib?” tanya Tante Lisa.“Tiga delapan, Tan. Ini mau Fibi antar pulang ke rum
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

Aji Mumpung

“Tante,” panggil Fibi ketika melihat Tante Lisa ternyata sudah pulang. Tante Lisa tersenyum melihat Fibi.“Edwin rewel?” tanya Tante Lisa.“Lumayan. Tante pulang dari tadi? Kok nggak bangunin Fibi?”“Baru saja kok. Nggak tega mau bangunin kamu. Lagian, lenganmu juga dipakek guling sama si Ed,” ucap Tante Lisa sambil tertawa pelan. “Iya, sampek pegel tangan Fibi. Oh iya, tante katanya pulang jam tujuh? Sekarang masih jam empat,” ucap Fibi sambil berjalan mendekat.“Tante ambil izin, dan untungnya boleh karena kerjaan tante udah selesai. Kamu mandi dulu sama! Tadi tante bawain baju gantimu. Tumben juga Tantemu di rumah jam segini,” ucap Tante Lisa sambil tangannya masih aktif mengiris bawang.“Tante Anya di rumah? Tadi pagi perasaan kerja deh,” gumam Fibi.“Mungkin pulang cepat juga. Udah sana mandi dulu! Bajunya di kamar tante ya.”Fibi pun menurut. Dia mengambil baju gantinya di kamar tante Lisa lalu membawanya ke kamar mandi. Sementara Fibi mandi, Tante Lisa masih asyik dengan kegia
last updateLast Updated : 2025-03-26
Read more

Kesibukan di Sunrise

Setelah makan malam bersama Edwin dan Tante Lisa, Fibi pun menepati janjinya pada Jeff untuk kembali ke Sunrise menggantikan Edwin. Saat sampai, Sunrise sudah sangat ramai pengunjung. Jadi Fibi langsung masuk dan ikut membantu melayani pengunjung.“Meja nomor sepuluh, Fib!” ucap Aliyah saat Fibi baru selesai berganti pakaian.Fibi bekerja dengan cekatan. Untungnya hari ini pekerjaannya sebagai MUA tidak terlalu padat. Jadi tenaganya masih cukup penuh untuk membantu di Sunrise.Fibi yang memang sudah sering membantu di Sunrise pun tak hanya bisa melayani pengunjung. Sesekali dia membantu di bar saat pesanan membludak dan mereka kewalahan, terkadang juga menggantikan kasir. Hanya satu yang Fibi tidak bisa, memasak. Sekalipun Fibi tidak pernah masuk ke dapur selama di Sunrise.“Lo nggak capek, Fib?” tanya Jeff saat Fibi tengah membantunya menyiapkan minuman.“Hah?”“Lo nggak capek? Dari tadi gue lihat lo sibuk banget.”“Biasa aja sih. Kan biasanya juga gini,” jawab Fibi sambil tersenyum.
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more

Aduan Tentang Aliyah

“Jadi, ada apa?” tanya Ed sambil menyesap kopi yang dibuatkan mamanya untuknya dan Jeff.“Kafe baik-baik aja kan? Tadi kayaknya Fibi balik ke sana buat bantu-bantu. Besok juga gue udah masuk lagi sih,” sambung Ed lagi. Dia memang sudah sangat baikan sekarang. Demamnya juga sudah turun. Rasa pusing di kepalanya juga sudah hilang. Bisa dipastikan besok dia bisa ke kafe lagi.“Kafe oke. Kayak biasa, Fibi selalu bisa diandalkan.” Jeff ikut menyesap kopinya, lalu kembali berkata, “Justru gue mau ngobrolin soal Aliyah.”Edwin mengerutkan keningnya begitu mendengar nama Aliyah. Setahunya, gadis itu tidak pernah membuat masalah selama ini. Edwin perhatikan, Aliyah bekerja dengan cukup baik. Dia juga bisa berbaur dengan pegawai lain.“Menurut gue, dia terlalu bossy,” sambung Jeff yang membuat kening Edwin semakin mengerut.“Aliyah? Bossy? Gue nggak salah dengar kan?”“Yap, lo nggak salah dengar.”Edwin terdiam sejenak. Ini cukup membingungkan, karena yang dia lihat selama ini Aliyah tidak tamp
last updateLast Updated : 2025-04-02
Read more

Timezone Time

“Ed, manggil gue?” ucap Aliyah begitu memasuki ruangan Edwin. Gadis itu langsung duduk di sofa Edwin dengan nyaman.“Duduk sini, Al,” ucap Edwin sambil menunjuk kursi di depannya. Aliyah pun menurut, walaupun agak heran karena biasanya Edwin akan membiarkannya duduk di mana pun yang dia inginkan.“Jadi? Ada apa? Lo mau curhat soal Fibi?” tanya Aliyah dengan santai.“Hari ini gue lihat lo telat? Shift lo harusnya jam sembilan, tapi lo baru datang jam sepuluh?”Aliyah seketika menegakkan badannya. Keningnya sedikit mengerut, heran. Biasanya Edwin tidak pernah membahas masalah pekerjaan.“Sorry, tadi ada kendala dikit di jalan. Ada yang ngaduin ya?”“Gue lihat sendiri. Kebetulan gue udah di sini sejak jam sembilan.” Aliyah seketika terdiam mendengar jawaban Edwin.“Lo manggil gue buat negur karena gue telat?” tanya Aliyah.“Nggak cuman itu.” Edwin menautkan jari-jarinya. Sesungguhnya, ini hal yang tidak mudah untuknya. Walau bagaimana pun, Aliyah adalah temannya. Edwin sangat berharap ag
last updateLast Updated : 2025-04-03
Read more

Tanpa Sengaja

Fibi mengeratkan pelukannya pada boneka beruang yang beberapa hari lalu dia dapatkan dari Edwin. Boneka itu kini menjadi penghuni tetap kasurnya, menjadi teman tidurnya, dan sesekali menjadi teman curhatnya. Fibi bahkan berpikir membuatkan baju untuk si Beom, panggilan untuk boneka beruangnya.“Ya ampun, anak gadis hampir seperempat abat, tapi masih nguyel-nguyel boneka.” Tante Anya kini bersedekap di depan pintu kamar Fibi sambil melihat Fibi yang masih sangat nyaman berada di atas kasurnya.“Masih pagi ini, Tante,” jawab Fibi sambil mengusapkan wajahnya pada Beom.“Libur kamu?” tanya Tante Anya sambil berjalan masuk ke kamar Fibi, lalu duduk di kasur Fibi.“Nanti jam sepuluh aku berangkat. Hari ini cuman training junior, aku kebagian habis makan siang,” jawab Fibi. Tante Anya tersenyum lalu mengusap kepala Fibi.“Keponakan Tante udah gede ternyata. Udah bisa training juniornya.”Mengingat bagaimana kehidupan mereka sebelumnya, Tante Anya benar-benar merasa bangga pada Fibi. Gadis it
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more

Sihir Edwin

Kevin memberikan satu cup es teh yang baru dibelinya pada Fibi. Keduanya kini berada di taman dekat kantor mereka. Karena hari sudah sore, suasana taman cukup ramai orang. Fibi dan Kevin duduk di bawah sebuah pohon yang cukup jauh dari keramaian pengunjung lain.“Saya capek, Fib,” ucap Kevin setelah keduanya saling diam untuk waktu yang cukup lama.“Istirahat, Mas.”Kevin tertawa pelan mendengar jawaban Fibi. Yang sebenarnya, Fibi menjawab dengan sungguh-sungguh. Dia tidak sedang bercanda.“Benar kan, Mas? Kalau capek itu istirahat. Jangan dipaksakan. Jangan berjalan dalam keadaan lelah, Mas. Karena nanti pas sampai di tujuan, Mas bukannya menikmati tapi malah mati,” sambung Fibi sambil memainkan rumput di sekitarnya.“Saya udah di tahap capek sampai mau berhenti aja, Fib. Saya nggak bisa nerusin lagi. Terlalu melelahkan.”“Mas yakin?” tanya Fibi.“Kemarin pas di Surabaya, saya sengaja matiin ponsel dan nikmati waktu saya di sana sambil bantuin Abian. Dan anehnya, saya merasa lebih te
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more

Kepekaan

“Biar aku aja yang cuci piringnya, Mas,” ucap Fibi saat Langit akan membawa piring-piring mereka ke dapur. Dia lalu mengambil alih piring di tangan Langit dan membawanya ke dapur.Benar kata Edwin. Fibi tidak perlu mengkhawatirkan apa pun. Malam ini berjalan dengan sangat baik-baik saja. Langit bisa membaur di antara Fibi dan Tante Anya. Laki-laki itu bahkan sama sekali tidak mempermasalahkan sikap Fibi yang kadang kelepasan.Langit justru sangat bisa mengimbangi Fibi dan Tante Anya. Dia menanggapi semua guyonan Fibi yang terkadang terdengar aneh. Wajahnya tidak sekalipun menunjukkan tidak nyaman.“Sini, Fib!” panggil Tante Anya saat Fibi sudah selesai dengan cucian piringnya. Dua orang itu kini tengah asyik menikmati es krim sambil mengobrol. Begitu Fibi datang, Langit langsung membukakan satu kotak es krim vanila dan memberikannya pada Fibi.“Khusus buat kamu. Anya bilang, kamu doyan banget sama es krim ini. Jadi, aku beli yang besar,” ucap Langit sambil tersenyum. Fibi pun tanpa ra
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

Terbang

“Aku udah sampai,” ucap Fibi ketika panggilan videonya sudah terhubung dengan Tante Anya. Fibi memamerkan kamar hotel yang dipesankan Sheila khusus untuknya pada Tante Anya.“Emang beda ya kalau orang kaya yang nikah. MUA-nya aja sampai dipesenin kamar hotel sendiri,” ucap Tante Anya. Fibi pun mengangguk setuju. Memang, ini pertama kali bagi Fibi mendapat banyak fasilitas saat menjadi MUA. Padahal harusnya kan dia yang memberikan fasilitas pada kliennya.“Benar. Makanya aku berusaha buat kasih yang terbaik,” balas Fibi. Ya, meskipun sikap Sheila sangat menyebalkan, tapi Fibi tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk kliennya itu. Sheila sudah memberikan banyak fasilitas untuk Fibi, jadi rasanya tidak pantas jika Fibi masih menuntut lebih.“Edwin udah pulang?” tanya Fibi.“Tadi dia langsung balik ke Sunrise sih. Katanya ada janji sama orang. Sibuk banget ya temanmu itu akhir-akhir ini.”Fibi merebahkan tubuhnya di kasur, lalu berkata, “Sunrise mau buka lantai dua, Tan. Makanya dia s
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status