Semua Bab Malam Pertamaku yang Kedua: Bab 51 - Bab 60

Handuk Aldi lempar ke atas sofa beserta baju dirinya, ia kembali menikmati tubuh istrinya itu setelah satu malam terlewati. Di sela-sela permainan, Rania yang tadinya terdiam tiba-tiba saja ia ingat apa yang Aldi katakan waktu pertama kali mereka melakukannya. Pria itu menginginkan suara yang akan membuat dia semakin bersemangat dalam melakukan hubungan. Dengan penuh rasa malu karena ia tidak pernah melakukannya, Rania akhirnya mengeluarkannya suara erangan. Tanpa di duga hal itu ternyata lebih membuat dirinya lega, ia menjadi lebih bergairah begitu juga dengan sang suami. *** "Hari ini kita gak ke kantor, apa gak jadi bahan gosipan selalu bareng-bareng saat tidak masuk?" Rania meletakan teh di atas meja. Suasana sore hari yang sejuk untuk menikmati secangkir teh di balkon. "Biarin aja. Lagipula sebentar lagi akan aku umumkan kalau kamu itu istriku." Aldi tersentuh menatap istrinya itu. Kemudian ia mencondongkan wajahnya pada Rania, lalu berbisik, "Tadi kamu sangat ganas

Aldi mengangguk paham. Cepat sekali mereka memberikan penolakan atas proyek itu. Padahal Soraya pasti belum sampai di kantor. Pria itu harus siap rugi, daripada harus menduakan sang kekasih. "Mohon maaf, Pak. Rania tadi...." "Dia istri saya," jawab Aldi cepat. Lutut Linda seakan lemas mendengar hal itu. "I–istri?" "Hmm." "Sejak kapan, Pak?" tanya Linda penasaran. Selama ini mereka nampak biasa-biasa saja saat di kantor, kenapa sekarang mendadak Rania dan Aldi menjadi suami istri? Perempuan itu sungguh tidak bisa menebak apa yang telah terjadi. "Sudah sembilan bulan kami menikah. Memang masih dirahasiakan awalnya karena urusan bisnis. Tapi sekarang, saya sudah membiarkan semua orang tau bahwa Rania adalah istri saya." Linda mengangguk paham. Tapi dalam hatinya ia mengumpat, sumpah serapah ia berikan untuk Rania karena telah mengambil pria yang selama ini dia sukai secara diam-diam. "Kenapa Bapak tidak bilang pada saya, Pak. Sudah tujuh tahun saya berbakti pada Bapak, berha

Azka yang melihat orang tuanya itu bahagia, ia bertepuk tangan dengan penuh semangat. Walaupun wajah sang ayah masih ia ingat jelas dalam ingatan. Tapi baginya, Aldi juga spesial. Linda yang melihat Rania sedang mengobrol, ia datang menghampiri wanita itu membuat tamu yang lain pergi. "Selamat ya atas pernikahannya," ujar Linda, sembari menyodorkan tangan. "Makasih, Kak," jawab Rania. "Oh iya, nih aku bawain minuman buat kamu." Linda memberikan satu minuman yang ia bawa, dengan polos Rania pun menerimanya dan meminum sampai tandas. Sedangkan Linda tersenyum miring, minuman yang sudah diberikan obat itu berhasil ia berikan pada mangsanya. Dengan bangga ia pun menikmati minuman yang ada di tangannya dengan rasa penuh kemenangan. Namun, tak lama perempuan itu merasakan kepala pusing, dengan menatap Rania dengan kepala yang berkunang-kunang, ia melihat wanita itu tersenyum meledeknya. Padahal, Rania sudah tau saat acara sebelum di mulai. Ia tahu dari Annisa apa niat buruk Li

Aldi kembali memastikan jika apa yang ia lihat itu adalah kenyataan. Setitik air matanya jatuh. Bahagia tidak tertera, tapi bukannya sang istri yang ia peluk, melainkan datang pada Azka dan bersorak bersama. "Kamu punya adek!" "Horee, aku punya adek!" "Kita punya teman baru!" sorak mereka berdua, dengan Aldi yang memangku Azka sembari mereka menari-nari bersama. Mbok Nem yang melihat itu mengusap pundak Rania. Ia tersenyum melihat Aldi dan Azka yang nampak bahagia. Mbok Nem kembali meyakinkan wanita itu, bahwa Aldi pasti tidak akan pilih kasih di antara keduanya. Tanpa menunggu hari esok, Aldi mengajak Rania ke rumah sakit setelah makan malam. Mereka berangkat bertiga karena Azka juga ingin ikut. Di dalam mobil ayah dan anak itu terus mengobrol mengenai sang adik yang masih dalam kandungan ibunya. Mereka sudah berandai-andai akan melakukan apa saja jika anak itu sudah lahir. "Nanti Ayah akan buatkan kamar yang besar, agar Azka dan adek bisa satu kamar berdua. Jaga adeknya,

Pulang dari kantor bersama sang suami, Rania merasa lega karena mempunyai teman ngobrol lagi setelah segala kegundahan hatinya selama hamil membuatnya sering tak karu-karuan. Saat sedang di perjalanan, mereka diberhentikan oleh seseorang yang minta tolong, karena kasian Aldi pun berhenti dan membantu mereka. Tapi siapa sangka, ternyata mereka adalah komplotan Linda yang ingin membalas dendam pada Aldi dan Rania karena telah semena-mena membuatnya keluar dari kantor dan nama baiknya menjadi buruk di semua perusahan. Dijalanan yang sepi itu, Rania dipukul habis-habisan oleh dua orang lelaki, sedangkan Aldi setelah dibius ia dibawa pergi menggunakan mobil lain. Dengan sadisnya Linda meminta anak buahnya untuk mendorong Rania dari tebing jalan itu. Dia tersenyum penuh kepuasan, Rania akan mati begitu juga dengan anaknya. Mereka pergi setelah melakukan kejahatan, membersihkan bukti-buktinya dengan cepat. Rania yang masih mengguling-guling, kepala dan seluruh tubuhnya berbentura