All Chapters of Malam Pertamaku yang Kedua: Chapter 41 - Chapter 50

Aldi kembali ke ruangan, ia kemudian mengambil ponsel dan memberitahu Rania melalui chat, bahwasannya baju untuk dirinya makan malam nanti sudah di siapkan di rumah. Linda yang mengetuk pintu dan masuk itu nampak heran melihat gelagat Aldi yang senyum-senyum sendiri seperti sedang kasmaran. Dia curiga, apa jangan-jangan memang benar kata rekan-rekan kantor, bahwasannya Aldi mengadakan acara ini untuk mengenalkan kekasihnya? "Pak Aldi, ada berkas yang harus di tandatangani.""Oh iya, taruh situ aja.""Baik, Pak." Linda kembali ke luar, dia melihat Rania yang sedang memainkan ponselnya sembari tersenyum-senyum sendiri. Entah kenapa Linda merasa ada yang janggal, tapi ah, wanita itu menggeleng. Mana mungkin Rania yang Aldi maksud kekasih. Ia yakin bahwa Aldi masih lajang, dan ia akan bersikeras untuk mendapatkannya. ***Makan malam telah tiba, semua staf sudah sampai di restoran yang dimaksud. Mereka menunggu kedatangan Aldi sembari berbincang-bincang. "Si Rania mana sih, jangan samp

Wanita itu tak percaya, apakah Aldi menyiapkan ini untuknya? "Kamu suka?" Aldi memberanikan diri memeluk sang istri dari belakang, sembari berbisik membuat Rania yang terkejut dengan pelukannya merasa jantungnya ingin copot saja. "Ini...?" "Ini semua buat kamu. Suka, gak? Kalau gak suka biar kita ganti." "Ehh, suka kok suka. Ini indah," jawab Rania sembari tersenyum memandangi angsa yang sedang berciuman itu, tanpa sadar ia memegangi tangan sang suami yang melingkar di perutnya, dengan elusan pelan yang membuat Aldi semakin percaya diri. Dres tanpa lengan yang wanita itu kenakan, juga prilaku lembut tangan Rania yang mengelus tangannya, membuat pria itu tak bisa menahan. Wajahnya mendekat, mencium aroma wangi parfum dari leher sang istri. Dengan napas yang sudah memburu tak karuan. "Ran...," bisik Aldi, wanita itu berbalik menghadap sang suami, kini tangan Aldi melingkar di pi

Wanita itu melirik dan tersenyum, matanya mengkode lagi agar Aldi segera membuka sleting itu. Aldi berjalan mematikan lampu, ia kembali pada Rania dan tak lupa menutup gorden lebih dulu. Dibawanya sang istri untuk duduk di atas ranjang, tangannya dengan perlahan membuka sleting baju wanita itu sampai akhirnya terbuka semua. Rania memejamkan mata saat sang suami membantunya untuk membukakan baju. Ia bertekad dalam hati, malam ini akan ia penuhi kewajibannya sebagai seorang istri. Dalam kegelapan, Rania tak nampak jelas tubuh sang suami seperti apa. Namun, dada bidang dan perut kotak-kotaknya bisa ia rasakan saat sedang disentuh. Sedangkan Aldi begitu semangat, karena ini adalah pertama kali bagi dirinya melakukan hubungan suami istri. Tak pedulikan rasa malu pada Rania, pria itu tak berhenti bersuara karena sangat menikmati tubuh sang istri. *** Sekitar pukul delapan, Aldi baru terbangun. Ia menatap istrinya itu yang masih terlelap. Dikecupnya kening Rania, membuat si emp

Di kantor, staf semuanya berjajar menyambut kedatangan anak dari PT Manaj Jaya yang akan datang ke kantor milik Aldi. Mereka sudah mengangumi Soraya hanya dengan mengetahui indentitas dia di internet. "Pasti dia cantik banget." "Iya, orang di foto aja cantik. Pasti aslinya lebih cantik." "Anak tunggal dari orang kaya, cowok mana yang bakal nolak dia coba." "Curiga dia dan Pak Aldi ada hubungan, mangkanya dia yang ke sini bukan ayahnya." "Hmm, pasti itu pasti." Sembari menunggu mereka saling gosip, Rania yang belum mengetahui siapa itu Soraya, dia mendengus. Mereka bergosip seenak jidat, padahal di samping mereka ada istri sah Aldi yang sedang mendengarkan. Ingin rasanya Rania memarahi mereka sembari mengatakan bahwa Aldi adalah suaminya, tapi rasa jengkel itu hanya tertahan di tenggorokan, tidak mampu ia ucapkan. Mobil mewah berwarna hitam berhenti di hadapan mereka. Turunlah Soraya yang mengenakan dress merah maroon yang ketat, harus diakui dia memang mempunyai lekuk tub

Rania tersenyum, tapi dalam hatinya ngedumel, setua itukah dia sampai dipanggil Ibu? Wanita itu mencebik. Aldi yang melihat tukang tenda kembali, ia bergegas menghampirinya dan bertanya di mana tenda sang istri. Namun, dapat penolakan dari tukang tenda bahwa Rania hanya datang sendiri. Tapi, manusia mana yang tidak mau uang. Tukang tenda itu tutup mulut saat diberikan uang oleh Aldi, ia memberitahukan tenda Rania ada di mana. Sambil menghela napas pria itu kemudian masuk. Berbaring menikmati udara segar dari luar. Tenda yang bagus, istrinya itu pintar memilih tempat untuk bercamping. Saat sudah bosan, wanita itu ingin kembali ke tenda. Tapi, ada sepatu yang sedikit ia kenali, membuat wanita itu bertanya-tanya sepatu siapa ini? "Ah, mungkin punya si tukang tadi," gumam Rania, kemudian ia membuka tenda dan berniat ingin masuk sembari beristirahat. Namun, alangkah terkejutnya dia saat melihat pemandangan di dalam tenda, seseorang sedang tersenyum sambil menaik-turunkan alisnya.