All Chapters of Istri Tawanan Tuan Tiran: Chapter 201 - Chapter 210

"Algazkaaa, kamu ini ngomong Putri itu mata-mata sadar nggak sih? Kamu ngarang apa cuma asal-asalan?" tanya Allesa setelah Daskar meninggalkan mereka berdua.Sepertinya ada yang harus diurus oleh Daskar mengingat ucapan Algazka dan Daskar yang tidak dimengerti juga oleh Allesa."Mana pernah aku ngarang-ngarang, Allesa. Emangnya selama ini kamu pernah liat aku asal ngomong?" Algazka balik bertanya.Pertanyaan itu berhasil membuat Allesa terdiam dan tidak lama dia menganggukkan kepalanya. Memang benar apa yang dikatakan oleh Algazka kalau dirinya tidak pernah main-main. Algazka selalu serius apalagi saat dia sudah menyebut nama seseorang. Itu artinya dia telah yakin dan tidak ada keraguan lagi.Namun Allesa masih terdiam. Apa yang dikatakan oleh Algazka kali ini adalah Putri. Seorang pelayan yang sangat ramah dan jarang berbicara banyak juga dengan Allesa. Tapi Allesa tahu kalau Putri adalah sosok yang baik dan jujur."Emang nggak pernah."

"Kenapa? Kamu keberatan?" tanya Algazka dengan nadanya yang sudah berubah. Bisa dilihat bagaimana ekspresi Daskar yang sedikit terkejut ketika tuannya juga turut menyebut nama Reina. Nama yang pastinya patut dipercayai karena Reina adalah pelayan paling lama di rumahnya. Hampir sama dengan Daskar dan juga kedekatan diantara mereka yang Algazka lihat selama ini meski tidak pernah mau ikut campur. "Tidak, Tuan Algazka. Saya akan periksa semuanya. Saya permisi." Daskar yang tentunya akan sangat mematuhi peraturan dan semua ucapan Algazka. Tidak ada yang berhak dia bantah satu patah kata saja dihadapan tuannya. Lagian Daskar memang telah mengatakan bahwa dia akan memeriksa semuanya walau Reina mungkin bisa jadi terkecuali. Tapi mengingat kata semua berarti tidak ada satu pun yang mendapat hak istimewa. Hal itu untuk dapat memecah kunci atas pengkhianatan yang dilakukan oleh Putri. "Daskar nggak keberatan, tapi aku yang keberatan." Allesa yang memilih bersuara setelah Daskar pergi. Ga

"Gimana?" "Sudah dibereskan, Tuan Algazka. Tinggal dari jasad pelaku aja." "Kenapa belum?" tanya Algazka yang sudah menoleh pada Damian, salah satu penjaga Algazka yang ditugaskan untuk mengurusi semua jasad pada hari itu. Tatapan Algazka jadi membuat Damian sedikit panik, namun dia tetap menegakkan tubuhnya. Berusaha membiasakan walau tidak pernah biasa setiap berbicara dengan tuannya apalagi ketika tatapan tuannya itu melebihi tatapan binatang buas. "Masih bingung mau dibuang kemana?" tanya Algazka yang sudah menekan kalimatnya. Apalagi kata 'buang' yang seharusnya menjadi inti dari aksi Damian. Yah, Algazka memang selalu tidak pernah peduli dengan jasad-jasad pengkhianat apalagi jasad penyusup yang pantas dibuang. Tatapan Algazka masih menyorot Damian yang tampak hilang arah seperti turis asing. "Kalau kamu masih bingung mau dibuang kemana, buang ke laut." Algazka yang masih menatap Damian.

"Allll, kita tuh mau ngapain sih disini?" tanya Reina yang ditarik-tarik oleh Allesa sehingga mereka berdua berada di kursi halaman belakang.Allesa belum menjawab. Dia menghirup udara sambil memandangi langit yang sudah berubah menjadi gelap. Udara dingin yang selalu membuat Allesa senang apalagi tadi kejadian tegang yang hampir membuat jantungnya loncat."Allesaaa!""Ihhh." Allesa menoleh kaget. "Apa sih? Aku kaget, Reina." Wajahnya merengut."Aku nanya kamu. Ngapain kita kesini? Nanti kamu dimarahin loh sama Tuan Algazka." Reina memperingatkan. Tidak mau juga dia disalahkan jika terjadi sesuatu dengan Allesa. Apalagi Allesa kan sekarang menjadi perempuan yang sangat diperhatikan dan juga disayangi oleh tuannya."Healing. Aku nggak mau di dalam, sumpek tau. Emangnya kamu mau ke dalam lagi? Mau ketemu ya sama Daskar?" tanya Allesa menggoda. Sengaja ingin tahu reaksi Reina yang terbukti langsung mengalihkan pandangannya.Allesa m

"Kenapa diam sekarang? Itu kan yang mau kamu tau?" tanya Algazka dingin.Jawaban yang sejujurnya membuat tubuh Allesa terpaku dan mematung. Masih tidak percaya, tapi dia tetap harus percaya karena Algazka bukan lah sosok pembual apalagi tidak serius dalam ucapannya.Toh seharusnya Allesa memang harus menyiapkan mental jika Algazka mengatakan hal yang sudah dia dengar dari Reina. Tapi lagi dan lagi masih membuat hati Allesa tidak percaya."Kamu serius?" tanya Allesa yang masih berharap Algazka merubah jawabannya."Seribu kali kamu nanya, jawabannya akan tetap sama. Udah puas sekarang?""Algazka ...""Berhenti untuk bertanya yang lebih jauh, Allesa. Kamu nggak akan sanggup." Algazka memperingatkan, tapi Allesa menggelengkan kepalanya."Algazka, dia itu perempuan. Kamu nggak bisa ...""Bisa!" Algazka menghentikan ucapannya. "Apa urusannya hanya karena dia seorang perempuan?!""Jelas ada urusannya. Kamu ngg