All Chapters of Terjebak Perangkap Sang CEO: Chapter 81 - Chapter 90

Hari itu, langit Lombok diselimuti awan tipis. Laut yang biasanya biru cerah kini terlihat muram, seolah ikut berduka. Di dermaga yang disterilkan untuk acara tabur bunga, keluarga besar Adiwireja berdiri dalam diam. Mereka baru saja kembali dari Jakarta untuk satu tujuan sama yaitu menggelar peringatan terakhir bagi Baskara Adiwireja, putra sulung, penerus keluarga, yang kini secara resmi dinyatakan hilang di laut.Di antara kerumunan, Aruna berdiri dengan wajah pucat. Pakaiannya serba hitam, selaras dengan warna perasaannya. Rambutnya digerai, matanya sembab karena tangis yang tidak kunjung reda. Sejak kabar pencarian dihentikan, ia belum pernah benar-benar pulih. Tubuhnya masih ada di sini, tapi hatinya seakan terkubur bersama lautan.Arga berdiri di sisi kanannya, selalu siaga menjaga. Di sisi kiri, Anindya menggenggam tangannya erat. Seolah-olah keduanya sepakat untuk tidak membiarkan Aruna jatuh, meski diri masing-masing tampak hanya bertahan dengan sisa tenaga.Wartawan sudah m

Dua bulan yang lalu, hidup Aruna berubah total. Sejak itu, hidup Aruna berubah, menjadi sepi dan kosong. Rumah yang ia tempati bersama Baskara dulu sering dipenuhi suara tawa, tapi kini terasa dingin dan sunyi. Foto-foto Baskara masih terpajang di setiap sudut, senyumnya abadi di bingkai kaca, menatap Aruna setiap kali ia lewat di lorong.Namun seiring waktu berjalan, berita tentang pencarian yang gagal itu mulai memudar. Pemberitaan tentang Aruna dan spekulasi-spekulasi media sudah beralih ke isu lain. Dunia terus berputar, tapi rasanya hanya Aruna yang masih terjebak di pusaran yang sama. Jauh dalam hatinya, ia masih menolak bahwa lelaki itu benar-benar sudah pergi.Di tengah kekosongan dan kesedihan yang Aruna alami setiap hari, paling tidak ada Arga yang terus menemani.Sepupu Baskara itu kini menjadi tumpuan keluarga. Sejak perusahaan resmi mengumumkan penghentian sementara pencarian, Arga mengambil alih posisi CEO sementara. Ia menjadi tulang punggung baru keluarga Adiwireja, d

Ibu kota sering dilanda hujan seminggu ke belakang, seakan memahami hati Aruna yang berat dan penuh kesedihan. Hujan turun pelan sore itu, menimpa kaca jendela apartemen dengan ritme yang menenangkan sekaligus menyakitkan. Aruna berjalan lebih dulu lalu membuka pintu apartemen.Pintu terbuka. Namun Baskara tetap bergeming di tempat.Meski tubuhnya masih sedikit kurus dan langkahnya belum sekuat dulu, tatapan matanya tetap tajam. Namun bedanya, sekarang tatapan itu kosong. Dulu, setiap kali mata mereka bertemu, ada sesuatu yang bergetar di dada Aruna. Kini, yang tersisa hanya jarak dan kebekuan.“Selamat datang,” ucap Aruna dengan suara lembut saat Baskara menghampiri.Baskara menatap sekeliling, kemudian menatapnya sekilas. Ia tidak bicara, hanya menyunggingkan bibir yan

Rumah itu kini terasa terlalu besar. Setiap langkah Aruna di lantai marmer memantulkan gema sepi yang tidak bisa diusir dengan suara apa pun.Setelah semua yang terjadi, Aruna berpikir ia tidak akan pernah lagi menginjakkan kaki di rumah itu. Tapi entah kenapa, malam ini ia masih bersedia untuk pulang. Apakah benar apa yang ia katakan pada Arga untuk tetap mengabdi sebagai istri Baskara hingga pengadilan mengetuk palu? Entahlah, Aruna tidak lagi bisa berpikir dan menerjemahkan apa isi hatinya.Ia mengganti pakaian, menyiapkan teh, lalu duduk di ruang makan sambil menatap piring-piring kosong.Sunyi. Hanya suara hujan yang menemani.Namun ketenangan itu buyar saat ia mendengar suara pintu terbuka. Aruna menegakkan tubuhnya. Hatinya berdebar. Ia tahu suara langkah itu.&nbs

Pagi berikutnya, Baskara menemukan sesuatu yang mengubah segalanya. Ia sedang mencari berkas kerja di laci kamarnya ketika jarinya menyentuh map cokelat tanpa label. Ia menariknya keluar, membuka, dan pandangannya langsung membeku.Sebuah foto jatuh ke lantai, sebuah foto seorang perempuan yang tak asing.Aruna. Foto itu seperti tangkapan layar dari potongan video. Fotonya buram dan bergerak, namun Baskara tahu pasti itu Aruna. Terlihat wajah gadis itu setengah terpejam dengan rambut berantakan dan bahu yang terekspos. Tanpa perlu melihat video utuhnya pun Baskara tahu seperti apa video ini.Kenapa Aruna punya video semacam ini?