Darah menetes deras dari lengan Raisa, membasahi lantai paviliun. Setiap tetesnya terdengar jelas di telinga semua orang, tik... tik... tik, seperti hitungan waktu menuju eksekusi.Raisa terhuyung, wajahnya pucat pasi. Tangannya bergetar hebat, mencoba menahan luka yang perih. Namun yang lebih menakutkan baginya bukan rasa sakit, melainkan tatapan Kevin Drakenis—dingin, tak tergoyahkan, seperti malaikat maut yang hanya menunggu alasan terakhir untuk menebas nyawanya.“Bicara,” desis Kevin, suaranya rendah namun bergema dalam kepala Raisa.Aura pedang spiritual di tangannya kembali berdenyut, seolah lapar akan darah. Para tamu menahan napas. Bahkan Celestine Aschne yang biasanya selalu tenang pun terlihat menegang, sementara pembunuh-pembunuh Organisasi Pembunuh Dunia tersenyum samar, menikmati tontonan seperti sekawanan serigala yang melihat kelinci terjebak.Raisa berusaha mengalihkan pandangan, tapi tatapan Kevin mengunci dirinya. Lalu ia melirik sekilas ke arah Alaric Xarxis—sosok p
Last Updated : 2025-09-06 Read more