Udara pagi di sekitar Paviliun Vasper bukanlah kesejukan yang biasa dirasakan para penghuni. Kabut tipis menutupi halaman, namun bukan kabut alami—melainkan sisa dari kabut spiritual yang beracun, menyelinap ke dalam setiap celah bangunan, menempel di dinding, dan meresap ke udara yang dihirup.Di ruang utama, Clara Vasper berdiri kaku dengan wajah pucat. Rambutnya tergerai acak, pakaian putihnya ternodai darah tipis di lengan. Tangannya gemetar saat ia merapalkan mantra pelindung di sekitar tubuh ibunya, Amanda Vasper, yang masih terbaring lemah di dipan kayu.“Clara… jangan sia-siakan tenagamu. Mereka akan kembali. Kita tidak bisa selamanya bertahan dengan penghalang rapuh ini,” bisik Amanda dengan suara parau, matanya yang penuh keletihan menatap putrinya.Clara menggigit bibirnya, berusaha keras menahan air mata. “Tidak, Ibu. Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuhmu. Tidak sekarang, tidak selamanya.”Di sisi lain ruangan, Baron Vasper, ayah Clara, berdiri dengan tubuh tegap mes
Last Updated : 2025-09-13 Read more