All Chapters of Menikah Dengan Paman Tunanganku : Chapter 261 - Chapter 270

Luke yang mengenakan topeng kulit manusia itu, tubuhnya terasa gatal dan tak nyaman seolah ditusuk ribuan jarum. Ia benar-benar ingin meledak!Ketika tahu ide gila ini berasal dari Anna yang biasanya tampak bijaksana, ia langsung curiga kalau ini pasti ulah Ainsley yang menipunya.“Bagaimana mungkin kau menyuruhku berpura-pura jadi Ainsley!”Anatasya hampir tak bisa menahan tawanya. Bibirnya terangkat, senyum penuh arti.“Kakak kedua, duduklah dulu.” Ia menuangkan teh hangat ke dalam cangkir, lalu mendorongnya ke hadapan Luke. “Aku sering dengar Ainsley bilang kalau kakak kedua yang paling menyayanginya. Jadi kupikir, siapa lagi yang lebih cocok menirukan kebiasaan Ainsley selain kau?”Ainsley duduk dengan santai di sofa, kaki bersilang, senyum licik tersungging di wajahnya. Tatapannya penuh kasih pada istrinya yang kini sedang menjebak kakaknya sendiri.“Lagipula,” lanjut Anatasya lembut, “meski Eveline tampak seperti kelinci putih kecil yang polos, dia tetap orang luar. Kita tidak

Tatapan Delcy kosong, suaranya bergetar penuh kewaspadaan.“Siapa kau sebenarnya?”Wanita itu tersenyum tipis, dingin menusuk. “Tidak penting siapa aku. Yang perlu kau tahu hanyalah… akulah orang yang memancing Fryle kembali ke Jiangcheng. Akulah yang menuntunnya, langkah demi langkah, hingga berdiri di depan suamimu.”Wajah Delcy seketika memucat. “Kenapa… kenapa kau melakukan ini?”Nada suara wanita itu semakin muram, penuh kebencian.“Akulah yang diam-diam menyerahkan bukti bahwa kaulah dalang di balik tragedi Fryle dulu. Akulah yang memastikan suamimu tahu betapa menderitanya dia selama ini. Dan tahukah kau hasilnya? Rasa bersalah itu membuat suamimu jatuh cinta padanya lagi, begitu cepat, begitu mudah… hahahaha!”Tawanya menggema, seperti cambuk di dada Delcy.“Kenapa!” Delcy berteriak histeris, hampir muntah darah. Ia menepis peringatan sipir dan membanting gelas tamu hingga pecah berderai. “Kenapa kau memperlakukanku seperti ini! Tidak… kau bukan Shopie! Tubuh Shopie tidak sek

Mata Shopie meredup. Ia menyerahkan sebuah daftar dan foto kepada Tian Mei dengan santai, bibirnya melengkung tipis.“Kita bersaudara. Aku tak tega melihat gelarmu dirampas oleh orang seperti dia.”Tian Mei menerima dokumen itu dengan girang. Saat ini, posisinya berada di urutan kedua. Anatasya masih menempati posisi pertama. Selama ia berhasil mengungkapkan kehamilan Anatasya di depan umum, maka gelar sosialita papan atas akan jatuh ke tangannya.Dengan ponsel di genggaman, Tian Mei berjalan mendekati proyektor. Ia membisikkan sesuatu pada staf yang berjaga. Para staf awalnya ragu, namun akhirnya tunduk pada uang yang ditawarkan, lalu mengangguk setuju.Tak lama, pembawa acara makan malam naik ke panggung.“Selanjutnya, mari kita sambut Nona Anatasya, pemegang posisi teratas dalam pemungutan suara. Beliau memiliki sesuatu untuk disampaikan kepada kita semua...”Anatasya melangkah naik dengan anggun. Baru saja jemarinya menyentuh mikrofon, layar besar di belakang panggung tiba-tiba be

Adithya terus melolong, membuat Ainsley sedikit bingung. Ia pun tanpa sadar melirik Bobby.Bobby, yang tengah duduk santai di sofa dengan segelas anggur merah di tangannya, ikut melirik penuh tanda tanya."Apa-apaan kau ini?" Ainsley mendengus, lalu menyingkirkan Adithya yang menempel padanya, langsung melemparkannya ke sofa.Meskipun sering ingin menyiksanya, bagaimanapun mereka sudah berteman selama bertahun-tahun. Kalau Adithya benar-benar kesulitan, Ainsley jelas tidak akan tinggal diam.Ainsley duduk di sampingnya. Adithya sempat ingin menempel lagi, tapi segera terhenti saat melihat tatapan tajamnya.Adithya mendengus kesal. "Ainsley, aku mau tanya... itu... itu..."Ainsley menatapnya malas. "Kalau nggak mau ngomong jelas, jangan buang waktuku.""Jangan gitu, aku lagi sedih, tau." Adithya pura-pura merengek sambil mematahkan pistachio dan memasukkannya ke mulut.Namun pistachio kesayangannya hari ini terasa pahit."Itu..." Adithya mendekat, berbisik pelan, matanya berbinar penuh

Keesokan Harinya – Lift, Kantor, dan Kekacauan yang ManisKeesokan harinya, Anatasya berjalan ke perusahaan bersama Ainsley, wajahnya cemberut. Sepanjang jalan, ia sama sekali mengabaikan suaminya! Tidak satu kata pun keluar dari mulutnya.Ainsley hanya tersenyum, senyum itu menempel di wajahnya tanpa henti. Mereka berjalan berdampingan, tangan Ainsley berinisiatif meraih tangan Anatasya, membuat para pejalan kaki menoleh dan tersenyum."Selamat pagi, Tuan ketiga, Nyonya ketiga!""Tuan Ketiga dan istrinya… berpegangan tangan, terlalu manis!"Anatasya menepis tangan itu begitu mereka masuk lift eksklusif. Apakah pria ini sengaja memamerkan cintanya sampai ke kantor? pikirnya, jengkel.Ia teringat tadi malam—cara Ainsley memintanya melakukan segala hal dengan penuh perhatian, dari mencumbu tubuhnya, sampai ia harus memanggilnya “Paman Ketiga”!Wajah Anatasya memerah setiap kali mengingatnya. Ia memelintir lengan Ainsley dan berkata dengan marah:"Bajingan! Aku sudah mengikutimu dalam se