“Bagaimana kalau… aku mentraktirmu makan?” tanya Aria dengan suara ragu. Ia menunduk, jemarinya mencubit ujung tas kecil di pangkuannya. Dalam hati, ia sadar betul—pria seperti Bobby, dengan reputasi mengerikan dan status tinggi, jelas tidak butuh dia untuk sekadar membayar makan malam.Namun, yang tidak pernah ia duga, pria itu justru menatapnya santai dan menjawab,“Oke.”Aria terpaku. “...Hah?”“Kau tidak punya acara besok malam, kan?” suara Bobby terdengar datar tapi tegas. “Kalau begitu, besok malam.”“Be—besok malam?” Mata Aria membulat, suaranya bahkan bergetar.Bobby menatapnya dari bawah alisnya yang masih ada bekas luka samar, nada suaranya turun satu oktaf, berat dan berbahaya.“Bukankah kau bilang kau penurut? Jenis yang datang setiap kali dipanggil?”Jantung Aria mencelos. “Ya… ya… besok malam. Aku datang.”Ia buru-buru keluar dari mobil, dan hampir jatuh saking gugupnya.Dari balik jendela yang sedikit terbuka, suara pria itu kembali terdengar, rendah tapi tegas,“Tunggu
Last Updated : 2025-10-22 Read more