All Chapters of Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO: Chapter 101 - Chapter 110

"Untung saja cepat dibawa ke rumah sakit, kondisinya sudah stabil sekarang!""Ah, terima kasih, Dokter! Tapi apa yang membuat Ayahku sampai seperti ini, Dokter?""Dia hanya kelelahan. Orang dengan penyakit jantung memang mudah lelah, apalagi komplikasi penyakit lain membuatnya drop, tolong lebih diperhatikan saja!""Baiklah, terima kasih, Dokter! Terima kasih!" Patra menggenggam tangan dokter itu begitu kuat dan dokter pun mengangguk sebelum ia pergi meninggalkan ruangan UGD. "Patrick, Kakak takut sekali tadi!" Patra tidak kuasa menahan tangisnya dan terus memeluk Patrick. "Sudah, Kak! Tenanglah! Semuanya sudah baik-baik saja kan?""Untung kau cepat membawanya, Patrick! Kakak janji tidak akan meninggalkannya lagi! Kakak janji!""Tidak apa, Kak. Selama ada aku, tidak masalah.""Tapi kau harus bekerja, Patrick. Aku akan meminta tetangga menemaninya saja.""Eh, tapi mana ada tetangga yang mau, Kak?"Patra dan Patrick nampak berunding sambil terus menatap wajah ayah mereka yang sekarang

Patrick masih menatap Nero penuh amarah sambil langsung saja menarik Patra masuk ke dalam rumah sakit, meninggalkan Nero yang masih menatap penuh harap di sana. "Sial! Bagaimana caranya bicara dengan anak itu! Mengapa kau jadi seperti ini! Aku benar-benar tidak bisa berpikir!" Nero mengacak rambutnya frustasi. Nero pun langsung saja menelepon Juan untuk menanyakan keadaan di sana. "Ibu Suri marah besar, Nero! Kau benar-benar sudah membuat urat lehernya sampai keluar semua! Tapi bagaimana tadi? Apa mereka berusaha menangkapmu seperti dulu lagi?" "Menurutmu, Juan? Mereka semua menyerangku seolah aku ini buronan, apa kau tidak melihat bagaimana ruangan di luar ruang VIP itu berantakan?""Ya, seperti kena bom! Lalu bagaimana kau bisa kabur dan kau kabur ke mana?""Tentu saja aku menghajar mereka, Juan! Termasuk robot brengsek itu!""Pantas saja Ibu Suri begitu marah setelah mendapat laporan dari pria robot itu! Tapi kau di mana sekarang? Kau belum menjawabku! Kau mau tidur di mana nan

Nero menyetir mobilnya berkeliling sambil mencari alamat yang sudah ia punya. Ia sudah mencari lebih dulu info tentang keluarga Patra begitu memutuskan untuk pergi ke sini. Namun, ternyata alamatnya lebih sulit ditemukan daripada bayangannya. Bahkan ia sudah memakai penunjuk jalan tapi ia tetap tidak menemukannya. Cukup lama Nero berkeliling sebelum akhirnya ia menemukan alamat yang benar. "Apa? Mereka sudah pindah? Pindah ke mana?""Ah, sekitar tahun lalu. Sebentar ya, coba kutanyakan ke mana keluarga itu pindah, tunggulah dulu!"Seorang nenek yang sudah tua itu pun pergi untuk bertanya ke cucunya, namun Nero harus menunggu begitu lama, sebelum nenek itu kembali dengan sebuah alamat dan nomor telepon. "Nah, ini alamat terakhir dan nomor teleponnya! Cucuku berteman baik dengan anak mereka."Nero mengambil catatan itu dan menatapnya. "Sial! Di mana lagi alamat ini? Hmm, maaf, apa kau tahu apa alamat ini jauh dari sini?""Ah, aku sudah tua jadi hanya tahu daerah sini saja, atau tu

Brata melangkah masuk ke Nero company sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling, seolah sedang mencari sesuatu yang mungkin berguna untuknya. Brata tahu kalau Nero dan Juan sedang tidak ada di kantor jadi pergerakannya seharusnya menjadi makin mudah. "Selamat sore, aku mau mencari ruangan Pak Axel," kata Brata pada reseptionis di sana. "Maaf, apa sudah ada janji, Pak?""Aku mengantarkan sesuatu dari pimpinan untuk Pak Axel dan harus diserahkan secara langsung.""Oh, baik! Sebentar akan kami antarkan!"Seorang karyawan pun mengantarkan Brata ke lantai tempat divisi proyek berada dan meninggalkannya di sana. Brata kembali mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk mencari seseorang yang ia kenal, namun hasilnya nihil. "Permisi, apa kau tahu di mana kekasih Pak Axel sekarang?" tanya Brata pada seorang karyawan yang melintas. "Eh, maaf, aku tidak tahu urusan pribadi Pak Axel.""Bukankah kekasih Pak Axel juga karyawan di sini?""Ah, maaf, aku tidak tahu! Setahuku tidak ada gosip t

"Aku di depan apartemenmu, Kak," kata Axel di telepon malam itu. Juan yang mendengarnya pun buru-buru membukakan pintu."Eh, Axel! Mengapa kau ke sini semalam ini?"Tapi Axel tidak menjawab dan langsung saja masuk lalu duduk di sofa ruang tamu.Juan masih begitu syok mendengar cerita Nero tadi sampai ia pun terus mengingat-ngingat kejadian apa saja yang terjadi enam tahun yang lalu. Sedangkan Axel yang gagal memberitahu keluarganya tentang keburukan Cintya pun tidak punya tempat lain untuk bercerita selain Juan. "Aku tidak mau Kak Kania menikah dengan Kak Nero," kata Axel yang langsung mengagetkan Juan. "Eh ... mengapa tiba-tiba ....""Kak Nero tidak pernah mencintai kakakku," sela Axel. "Bukankah alasan itu seharusnya sudah cukup untuk membuatku menolak pernikahan ini?"Juan menatap Axel sejenak, sebelum ia mengembuskan napas panjang dan mengalihkan tatapannya lagi. "Aku ... tidak bisa ikut campur masalah hati mereka ....""Kak Juan ...." Axel menatap Juan dengan lebih serius sa