Semua Bab Suami Penggantiku Bukan Lelaki Murahan: Bab 51 - Bab 60

Erica mengguyur wajah Ellen dengan air es. Lalu menghujaninya dengan es batu. Wanita malang itu membuka mata dengan sisa tenaga yang ia miliki. Di tatapnya wajah Erica yang tertawa lepas. "Lihatlah dirimu sekarang, Nona Madelaine. Apakah kau masih sanggup bertahan?" tanya Erica terkekeh."Kau hanya ingin melihatku menangis, bukan?" tanya Ellen. "Tapi, maafkan aku. Sepertinya akan sangat sulit. Karena hidupku penuh warna. Sangat membahagiakan.""Dengan pria yang bahkan tak bisa memberikan keturunan. Lalu dengan perasaan dengki berusaha mencelakaiku dan membunuh anakku," kata Erica penuh amarah. "Akibat dari ulahnya aku kehilangan anakku. Juga nyaris tak bisa memiliki anak lagi."Ellen tertawa lepas dengan sisa tenaga yang ada. "Rupanya hidupmu benar-benar hancur berantakan. Sesuai keinginanku. Syukurlah kalau begitu. Aku bisa bernapas lega sekarang," ujar Ellen."Aku sudah muak denganmu. Kini saatnya kau mendapatkan apa yang pantas kau dapatkan," ucap Erica.Wanita itu kemudian kembal

Ellen masih berada di ruang operasi. Lukanya sangat parah dan dia juga telah kehilangan banyak darah. Namun sayangnya, golongan darah Ellen termasuk golongan darah yang sangat yang langka yaitu B negatif. "Semua orang dari keluarga Byorka. Tidak. Eric, Ella dan Erica saja. Mereka tak memiliki golongan darah rhesus negatif. Ibu kandung Ellen melahirkan dengan cara normal dan tidak terkendala apapun," gumam Dimitri usai dokter memberitahukan mereka bahwa pasien membutuhkan transfusi darah namun bank darah untuk golongan darah tersebut sedang kosong. "Dimitri, golongan darahmu sama dengan istrimu. Ini bukan saatnya untuk berpikir. Cepat selamatkan dia," kata Chatrine panik."Ibu benar," kata Dimitri lalu berjalan mengikuti salah seorang tenaga medis. Dimitri memiliki golongan darah yang sama dengan Ellen. Itu ia dapatkan dari ayahnya, David. Dia juga memiliki golongan darah yang sama dengannya. Namun hal aneh itu membuat Dimitri tak bisa berhenti berpikir. Usai mendonorkan darahnya p

"Tuan, saya sudah mendapatkan apa yang Tuan perintahkan."Marc dengan wajah serius menatap wajah Dimitri iba. Pria itu sangat berpower karena dia adalah Seravin. Namun cinta membuatnya seperti tak memiliki nilai hidup lagi. Cintanya terbaring tak sadarkan diri di dalam sana. "Katakan apa yang ingin kau katakan," ujar Dimitri lemas terduduk di kursi ruang tunggu dengan Marc berdiri di depannya. Pria itu kemudian duduk di samping sang tuan. "Nyonya akan segera bangun," ujar Marc.Dimitri menatap wajah orang kepercayaannya itu dengan tatapan kosong. "Apakah kau yakin?" tanya Dimitri.Marc mengangguk. "Nyonya sangat kuat meski sejak kecil dia memiliki tubuh yang lemah. Dia selalu bisa menghadapi sakitnya," ucap Marc sambil membuka berkasnya. Dimitri melirik sekilas berkas yang Marc bawa. Dia tak begitu bersemangat untuk mengetahuinya. Saat ini yang ia inginkan adalah Ellen sadarkan diri dari koma. Rasa rindu menyiksanya dan membuatnya tak bersemangat. "Nyonya terlahir dari seorang Hil

Eric tersenyum senang karena buruannya ada di depan mata. Namun senyumnya menghilang tatkala mereka membuka penyamaran mereka. Dimitri sebagai Madelaine dan Marc sebagai Mia. Semula memang Eric tak menaruh curiga karena tubuh Madelaine terlihat lebih besar. Hal itu di karenakan dirinya sendiri jarang menemui wanita tua itu. Sehingga dia tak begitu mengenali seberapa besar atau seberapa kecil tubuh Madelaine. "Ayah mertuaku yang tampan. Apakah kau berniat untuk mengunjungi ibu mertuamu, Ayah?" tanya Dimitri tersenyum."Apa yang kau lakukan di tempat ini?" Eric balik bertanya dengan nada kesal."Aku juga sangat ingin menemui nenek mertuaku," kata Dimitri tersenyum."Penyesalanku adalah menikahkan putri bungsuku dengan pria bejat seperti dirimu," kata Eric. "Aku sudah tahu semuanya. Kau penipu yang menyamar sebagai Seravin demi untuk menarik perhatian putriku."Dimitri tertawa lepas. Dia tak pernah mengira Eric akan sebodoh itu. Sudah sangat jelas bahwa dirinya adalah Seravin. Tapi Eric

Dimitri terus menunggu dan akan tetap menunggu. Suatu saat Ellen pasti akan kembali padanya. Tapi dia menjadi sangat temperamental pada siapa pun. Itu semua karena rasa takutnya yang teramat sangat."Sampai kapan kau akan terlelap seperti ini?" tanya Dimitri lirih. Pria itu menatap istrinya penuh rasa takut. Dimitri sangat takut kehilangan Ellen. Pernikahan kontrak itu baginya bukanlah apa-apa. Karena dia sangat mencintai istrinya."Bangunlah, Ellen. Kami menunggumu di sini," ujar Dimitri sambil mengusapi pipi istrinya lembut. Kembali wanita itu menggerakkan jemarinya perlahan. Lalu membuka matanya perlahan. Dimitri pun berteriak memanggil dokter. Lalu menatap istrinya dengan tatapan bahagia. Akhirnya penantiannya usai. "Ellen, aku sangat merindukanmu. Jangan membuatku ketakutan lagi," kata Dimitri berurai air mata. Wanita itu meneteskan air matanya. Tubuhnya masih lemas. Dia hanya bisa mengangguk perlahan. Rasa haru bercampur kebahagiaan tengah menyelimutinya. Masih ada yang pedu