Lahat ng Kabanata ng Pria 'Shift Malam': Kabanata 541 - Kabanata 550

“Kirain kamu menikmati tembakin musuh sampai koit?” cetus Rayyan dan tiba-tiba saja Rafsanjani buka bajunya dan terlihatlah di badannya ada 5 bekas tembakan.Rayyan ikutan kaget juga melihat tubuh mulus dan putih Rafsa ada 5 bekas peluru yang menembus tubuhnya. “Hebat juga ni orang, kagak tewas,” batinnya.“Lihatlah, kamu kira aku tak pernah kena tembak? 5 peluru ini hampir saja kirim aku ke akhirat, tapi nyawaku masih betah, mungkin Tuhan ingin pertemukan aku dengan kedua ortu dulu kale, baru jiwaku tenang,” sahut Rafsa kalem kembali pasang bajunya.“Kamu sudah lama selidiki ortu sendiri, masa kamu tidak dapat petunjuk, padahal kamu seorang agen?” Rayyan kembali bertanya penasaran.“Itulah, kamu pikir aku sangat hebat, aku juga punya kekurangan, sekuat mungkin aku usaha, tetap saja mentok. Beberapa orang yang pernah menemukan aku saat bayi semuanya sebut tak tahu siapa orang tuaku, mereka sebut aku agaknya di culik dari orang tuak saat bayi. Hanya aku dapat petunjuk sedikit, DNA di tu

Keduanya lanjutkan perjalanan, Rayyan benar-benar syok juga dengan aksi ganas dan kejam Rafsanjani,Tapi lama-lama dia paham, inilah dunia yang keras, bedanya kalau dia hanya bikin musuh KO di ring otagon, Rafsa kirim musuh - musuhnya ke akhirat.Kini mereka sudah sampai di hutan yang di maksud, Rafsa kembali lihat peta dan dia menatap lama peta ini, untuk berpikir keras kemana lagi mereka menuju.“Kita harus ambil jalan ke kiri, kalau ambil jalan ke kanan, agaknya di sanalah pertambangan ilegal,” Rayyan langsung bersuara dan Rafsa mengangguk, ambil tepuk jidatnya, baru paham petunjuk peta ini.“Iyaah...masih 2 kiloan lagi kita jalan kaki, ayo lanjutkan perjalanan,” ajak Rafsa dan keduanya kembali melangkah cepat melalui hutan yang sangat lebat ini.Untung saja fisik keduanya sangat kuat dan terlatih, andai tidak mereka akan ngosan-ngosan juga menembus hutan lebat ini.Mereka beberapa kali menemui lubang – lubang besar bekas galian. “Ini bekas pertambangan emas dan berlian,” ceplos Raf

Kini keadaan sudah kondusif, ketegangan dan kegegeran yang tadi terjadi berangsur pulih dan membaik. Ratusan warga, anak - anak dan orang tua pela-pelan keluar dari persembunyiannya.Setelah di hitung, ada 5 warga lokal yang tewas, dan 20 orang terluka berat serta ringan, sedangkan dari kelompok bersenjata, yang luka-luka langsung di rawat.Dari pihak penyerbu, ada 15 orang yang tewas kena amukan dan tembakan Rayyan dan Rafsa, yang sore itu juga di kuburkan semuanya,Dari yang semula ‘tahanan’ Rafsa dan Rayyan malam ini malah di jamu bak raja di depan rumah sang kepala suku ini, mereka sangat berterima kasih dengan aksi kedua pemuda ganas ini, yang hadapi kelompok bersenjata tersebut. Sang kepala suku kenalkan diri dengan nama Camo, penduduknya di sini berjumlah sekitar 50 kepala keluarga, kampung ini di namakan Kampung Caro.Saat Rayyan menatap satu persatu wajah-wajah warga lokal ini, dia senyum kecil juga, kulit mereka tak terlalu hitam, mirip-mirip orang Hindustan, agak kecoklatan

Rayyan beberapa kali bercermin, hampir pangling melihat penampilannya yang berubah 180 derajat.Dengan stelan jas tanpa dasi dan kacamata hitamnya, Rayyan berubah jadi laki-laki tampan, tak kalah dari Rafsanjani.Rafsa senyum kecil saja melihat kelakuan Rayyan yang kagumi penampilannya sendiri, saat ini mereka sudah dalam private jet lagi tujuan Teheran.“Dasar katro, keasyikan bertarung, lupa penampilan,” ejek Rafsa, hingga Rayyan terbahak dan mengiyakan saja.Dua miliuner muda ini memang sengaja menikmati hidup. “Buat apa uang di tabung mulu,” lagi-lagi Rafsa ledek Rayyan, saat Rayyan bilang ingin tetap hidup hemat, akibatnya Rafsa makin suka ngolok kelakuan Rayyan.Yang di olok agaknya kebal saja, baginya Rafsa justru bikin dirinya jadi begini. “Sampai koit bertarung tak bakalan dapat uang segini jombo-nya,” batin Rayyan sumringah tak terkira. Rayyan sama sekali tak tahu, Rafsa di masa kecil mirip dengannya, hidup susah dan bahkan sempat jadi militan. Pemuda ini memang belum mau t

“Aman…!” bisik Rafsa dan dia pun taruh pistolnya di belakang punggung dan kini mulai mencari-cari batu dekat pohon kurma yang ada tulisannya.Rayyan pun ikutan mencari-cari, semak belukar yang melilit beberapa batu mereka singkirkan perlahan.“Rayyan bantu aku dorong batu ini, lihat tulisan, agaknya pakai tulisan Arab tapi maknanya bahasa Indonesia.”Rayyan buru-buru mendekat dan ikut mendorong hingga tergulinglah batu ini, lalu dengan tangannya Rafsa menggosok batu tersebut, agar tulisannya makin jelas.Rayyan membaca tulisan ini dan dia terbelalak, dia menatap Rafsa lalu kembali baca tulisan ini, hampir tak percaya dirinya, tulisan dalam Bahasa Araba tapi maknanya Bahasa Indonesia itu berbunyi begini…“Di bawah batu ini terkubur jasad istri tercintaku Sarah Sulaimin asal Rusia, beristirahatlah dengan dengan tenang istriku, aku akan cari anak kita yang bernama Levander Sulaimin dan kelak akan membawanya pulang ke Indonesia”Salman Sulaimin, suamimu.“Rayyan, apa artinya tulisan ini,”