Aura menyaksikan semuanya dengan tatapan sinis. Tiba-tiba, hatinya terasa dingin.Segalanya sudah jelas di depan mata, tetapi Anrez memilih percaya pada Serra. Cinta ya? Sungguh menyentuh.Serra sudah berdiri dan mengambil ponselnya, lalu menekan sebuah nomor.Aura sedikit menurunkan matanya, sudut bibirnya terkatup rapat.Tak lama setelah Serra menghubungi nomor itu, telepon langsung diangkat. "Halo, Pak Sutradara ya?"....Setengah jam kemudian, ruang tamu kembali tenggelam dalam keheningan.Serra mendongak menatap Anrez, lalu berkata, "Anrez, kamu sendiri sudah dengar, 'kan? Itu benar-benar cuma adegan syuting."Anrez tidak menjawab. Serra melirik ke arah Ghea, memberi isyarat dengan mata. Ghea langsung mengerti, segera maju memeluk kaki Anrez sambil menangis, "Ayah, kalau semuanya sudah jelas begini, maafin Ibu ya.""Ya, Ayah?" Ghea pun menengadah dengan ekspresi menyedihkan.Biasanya kalau Ghea merajuk seperti ini, Anrez pasti langsung luluh. Namun, kali ini dia menatap putrinya y
Baca selengkapnya