All Chapters of Pembalasan Menantu Terkuat: Chapter 141 - Chapter 150

Bara melihat ke arah Salma, keringat sebesar-besar biji jagung memenuhi dahinya."Salma, jangan takut yakin aja kita gapapa kok. Ini ramai, Salma," ujar Bara."Iya, Mas," jawab Salma pelan.Berkali-kali Salma mengucapkan asma Allah untuk mengurangi ketakutannya. Perlahan Salma mulai merasakan ketenangan, dan juga Jojo sudah kembali ke jalan yang seharusnya mereka lewati."Mereka sudah pergi?" tanya Bara kepada Jojo."Iya, melihat kita masuk ke wilayah ramai lalu lintas mereka memilih memutar, mungkin mencari jalan lain. Kita tetap waspada," jawab Jojo.Bara menghela nafas panjang."Apa sih sebenarnya yang mereka inginkan," ujar Bara kesal.Jojo memilih diam dan fokus ke jalanan, sementara Salma sudah mulai tenang duduk di belakang.Tak lama kemudian mobil sudah memasuki halaman parkir PT. Albara Kaizer Group, Bara menggandengan erat tangan Salma menuju ruangannya. Walaupun beberapa karyawan memandang lekat melihat penampilan Salma yang tertutup dan juga jalan yang tidak biasa.Salma

"Maaf bos, kami tidak berani mengambil resiko di tengah kemacetan," ujar dua orang tersebut memberi alasan."Sekali lagi kau beralasan, saya pastikan nasib kalian seperti Ronny," ancam sang pria gemuk sambil menunjuk wajah dua orang anak buahnya itu."Ba-ik bos," ucap keduanya dengan bergetar.Tak lama kemudian keduanya diusir dari rumah tersebut dan sang bos meluapkan kekesalannya dengan membanting semua barang yang berada di dekatnya."Bara tidak boleh menguasai PT. Bening Alam, semua itu harus jatuh ke tanganku," tekad sang lelaki gemuk.**"Papa gak kelja?" tanya Tama saat melihat Bara turun untuk sarapan masih dengan mengenakan baju biasa."Hari ini papa libur," jawab Bara sambil mengecup pucuk kepala Tama dan Rikel bergantian."Tadi umi buatin naci goleng untuk Ikel dan Tama, Pa," ujar Rikel sambil menunjukkan piringnya yang telah berisi nasi goreng dilengkapi dengan telor mata sapi kesukaan Rikel."Wah, sepertinya enak tuh," ucap Bara pura-pura mau minta."Janan pa, nanti Ikel

"Maaf mbak, istri saya gak sengaja," ujar Bara sambil membantu Salma berdiri.Mendengar suara berat Bara yang seperti tidak asing, wanita itu menoleh. Dan di saat yang bersamaan Bara juga menatapnya hingga pandangan keduanya bertemu, mereka sama-sama terkejut. Terutama Bara, matanya tak berkedip melihat wanita di depannya.Bahkan berkali-kali dia mengucek kedua matanya, untuk memastikan bahwa sosok yang ada di depannya benar adanya.Ainel.Iya wanita itu adalah Ainel, yang kebetulan sedang berada di mall untuk berbelanja. Entah apa yang Tuhan sedang merencanakan untuk mereka hingga dipertemukan dalam keadaan Bara sudah menikah dengan Salma."Ainel," desis Bara pelan. Namun, masih mampu didengar oleh Ainel maupun Salma."Maaf, permisi," ujar Ainel akan melenggang pergi. Mencoba berpura-pura tidak mengenalnya.Entahlah ada perasaan yang tidak dipahaminya saat Bara mengatakan wanita dengan tampilan seperti itu adalah istrinya. Jauh di lubuk hati nya ada rasa nyeri dan sakit mendengarnya.

"Aduuh," ujar seseorang di belakang Ainel mengaduh.Saat akan membalikkan badan dengan gaya khas Ainel yang barbar, tanpa sengaja paperbag yang di pegangnya mengenai kepala seseorang hingga kacamata hitam orang tersebut terjatuh.Ainel membalikkan badan."Ainel!" panggil orang tersebut histeris, padahal tadi niatnya mau marah.Lama Ainel terdiam tampak berpikir dan pura-pura lupa."Ben!" teriak Ainel yang langsung memeluk erat sahabatnya tersebut."Eh lo masih aja gak berubah maen peluk aja, kalau ada bini gua habis dah gua. Mana dada lo nempel lagi," ujar Ben yang langsung dibalas dengan toyoran kepala oleh Ainel.Sementara Ben hanya tertawa dan kembali memeluk tubuh Ainel."Lo kayak lagi dikejar debt collector, ada apa?" tanya Ben sambil ikut celingukan seperti Ainel."Hahahaha... Gak lah. Apa kabar lo Ben?" tanya Ainel sambil tertawa."Seperti yang lo lihat, gua tambah keren tambah ganteng dan yang jelas tambah perkasa," jawab Ben sambil mengedipkan matanya."Dasar gila," ujar Aine

Bara terlihat frustasi, masalah datang bertubi-tubi rasanya, belum lagi salah seorang yang dia lihat datang kerumahnya pagi ini."Drama apa lagi?" gumam Bara sembari berjalan ke arah pintu pagar."Ada apa, Pak?" tanya Bara pada security yang sedang bertugas.Security menoleh ke belakang ternyata Bara sudah berdiri di belakangnya."Hmmm, ibu dan bapak ini mau bertemu pak Bara, namun tidak mau menunjukkan identitasnya, Pak" ujar security."Baiklah, biarkan mereka masuk," jawab Bara.Security membukakan pagar, dan mempersilahkan tamunya untuk duduk di teras."Silakan duduk," ujar Bara datar menyambut dua orang tamunya yang dia ketahui salah satunya bernama Vina mantan kakak ipar Salma, yang mengacaukan toko dan rumah Salma."Terima kasih, pak Bara," ucap Vina lembut."Ada apa anda kemari?" tanya Bara tanpa basa basi."Saya mau minta maaf sama Salma," jawab Vina pelan penuh harap."Salma sudah memaafkan kalian, jadi tidak perlu datang sepagi ini. Karena kami sedang sarapan," ujar Bara."K