All Chapters of Pembalasan Menantu Terkuat: Chapter 161 - Chapter 170

"Atau kita ganti?" tanya Bara sambil memandang lekat ibunya."Dengan?""Kita seleksi orang lain, Ma," ujar Bara.Sebenarnya Bara mau merekomendasikan Ari, tapi Bara masih butuh Ari dan untuk saat ini tidak tepat jika dia mau melakukan perekrutan sekretaris baru. Sedangkan semua masalah Ari terlibat dalam tim investigasi."Gak, Mama gak setuju. Mama hanya mau kamu yang gantikan posisi Regi disana," ujar bu Bira."Bara gak bisa, Ma. Perusahaan Bara sedang ada masalah internal," jawab Bara."Atau kamu ada alasan lain selalu menolak permintaan Mama?" selidik bu Bira."Gak ada, Ma. Tapi Bara benar-benar gak ada waktu lagi Ma untuk urus perusahaan diluar AK Group," jawab Bara."Tapi, kamu juga selalu menolak saat mama minta Zaulhimar di masukan ke bawah AK Group,” ujar bu Bira."Bukan menolak, Ma. Tapi Bara tidak ada pengalaman di bidang property dan Bara belum ada orang yang bisa dipercaya dalam bidang properti, Ma," jawab Bara menjelaskan.Sementara itu, Salma yang hendak mencari sang sua

"Pelakunya adalah orang yang sangat tidak kita sangka, Pak. Selama ini hubungannya dengan Bara juga terlihat harmonis. Namun, siapa sangka dia menusuk di belakang," ujar Ferdi."Siapa dia?" tanya pria itu gusar."Hernadi Sriwijaya," ucap Ferdi yang membuat pria itu terkejut."Kurang ajar Hernadi, dia memanfaatkan kebaikan Bara untuk kepentingannya. Dari dulu hingga sekarang masih juga berbisnis dengan cara licik dan keji," geram pria tersebut mengepalkan tangannya.Ferdi tampak terdiam dan membiarkan pria paruh baya tersebut menumpah emosinya."Pak, boleh saya tanya?" ujar Ferdi santai."Iya, apa?""Sebenarnya bapak ini siapanya Bara, Pak?" tanya Ferdi."Bara itu anak kandung saya, Fer," jawab pria tersebut kepada Ferdi yang mampu mampu membuat Ferdi terkejut.Kejutan apa lagi ini, dulu Bira Zaulhimar yang tiba-tiba menggegerkan publik saat mengakui bahwa Albara Kaizer adalah anaknya. Sekarang seorang mantan pengusaha terkenal pada masa dulu Bizar Alkaizer mengakui hal yang sama."Kam

Mata Bara terbelalak saat Ari mengatakan bahwa Hario meminta bertemu dengannya."Ada apa beliau mau ketemu gua?" bathin Bara."Suruh masuk sekitar setengah jam lagi ya, Ri," Pesan Bara kepada Ari.Bara merasa perlu mengambil oksigen lebih banyak sebelum menerima kedatangan mantan mertuanya tersebut. Perlu mempersiapkan diri agar tidak tersulut emosi, karena Bara sudah begitu paham karakter tuan Hario, yang selalu merendahkannya. Bahkan setelah dia sukses dengan group Albara Kaizer, Hario masih saja menghinanya. Dan benar-benar mengherankan kalau tiba-tiba beliau ingin bertemu dengannya.Tok.Tok.Tok."Masuk," jawab Bara dari dalam.Ceklek.Tampak Ari mengantarkan tuan Hario ke dalam ruangannya."Silakan duduk, Pak," Bara mempersilahkan Hario duduk dengan sopan."Ri, minta Acil antarkan minum kesini ya," ujar Bara sebelum Ari berbalik arah."Oke, Pak," jawab Ari.Setelah Ari keluar Bara berdehem."Apa kabar, Pak?" tanya Bara sambil menyalami Tuan Hario dan disambut dengan canggung ol

Mendapat tatapan yang tajam dari Bara membuat Salma menunduk."Cerita sama Mas jika ada sesuatu ya," ujar Bara merengkuh tubuh istrinya ke dalam pelukannya."Iya, Mas," jawab Salma pelan.Bara memang paling bisa untuk menenangkan hati istrinya, tempat ternyaman Salma setelah menikah adalah berada dalam pelukan dan bersandar di dada bidang Bara.Tok.Tok.Tok.Pintu kamar Bara dan Salma diketuk dari luar.Ceklek.Salma membuka pintu, tampak bu Bira berdiri di depan pintu sedikit terkejut karena melihat wajah cantik Salma tanpa balutan hijab dan niqabnya."Masuk, Ma," ujar Salma lembut mempersilakan bu Bira masuk dan memberikan jalan untuk bu Bira."Ada Bara?" tanya bu Bira datar."Ada, Ma," jawab Salma sambil mengekor di belakang sang mertua, tak lupa sebelumnya Salma menutup kembali pintu kamarnya."Ada apa, Ma?" tanya Bara yang duduk di sofa kamarnya."Hanya pengen ngobrol sama kalian," jawab bu Bira lembut sembari duduk di sebelah Bara.Bara meminta Salma juga duduk disebelahnya den

Bara memutar kembali voice note tersebut hingga beberapa kali, dan meyakinkan pendengarannya.Dan jelas dalam rekaman suara itu menyebutkan kalau target operasional mereka adalah menghancurkan Albara Kaizer jangan sampai menjadi pemimpin perusahaan, dan membuat Bara dan keluarga menjadi tidak nyaman."Sebenarnya apa salah saya sama beliau?" gumam Bara sambil memijat pelipisnya."Sepertinya murni persaingan bisnis, Pak," ujar pak Tigor."Tapi kenapa sampai segitunya ya, Pak?" tanya Bara."Bahkan keluarga saya juga menjadi target mereka, Pak," lanjut Bara sambil menghela nafas panjang."Apakah ini bisa kita laporkan sebagai tindak kejahatan, Pak?" tanya Bara."Sebenarnya bukti ini tidak cukup kuat, ini hanya rekaman suara, kita tidak jelas siapa yang berbicara, tapi akan tetap kita coba," jawab pak Tigor meyakinkan.Bara hanya mengangguk, kemudian menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi yang ada."Saya pikir tidak memiliki masalah sama orang hidup, kita juga akan tenang, Pak," ujar B