All Chapters of ISTRIKU TERNYATA KONTEN KREATOR TERKENAL : Chapter 51 - Chapter 60

Pagi ini pagi-pagi sekali Nadira sudah siap keluar rumah. Hari ini dia akan mulai bekerja di luar rumah, tapi bukan sebagai tukang cuci piring atau buruh cuci baju melainkan fokus pada pekerjaannya sebagai seorang affiliator e-commerce.Ya, dia akan pura-pura bekerja di rumah orang akan tetapi sebenarnya dia hanya mencari tempat yang tenang untuk bisa promo jualan online dengan lebih fokus dan bebas, tidak diganggu hardikan mertua yang jadi menu hidupnya sehari-hari.Setelah menyiapkan sarapan, dia pun pamit pada Bu Marni yang hanya melirik sinis saat Nadira berpamitan karena masih marah pada menantunya itu sebab jawaban Nadira semalam yang membuat Bu Marni merasa jengkel, yaitu saat Nadira justru senang mendengar rencananya ingin mengenalkan Farid dengan sepupu Laila, bahkan ingin menikahkan mereka.Nadira sendiri sudah memiliki rencana, kebetulan Ibu mertuanya menyuruh dia kerja, dia jadi punya waktu untuk keluar rumah. Untuk itu, dia harus bisa memanfaatkan kesempatan itu dengan se

Menjelang magrib akhirnya Nadira pulang ke rumah. Tubuhnya sedikit lelah, tapi hatinya merasa puas karena hari ini promosi afiliasinya berjalan lancar dan ia mendapatkan penambahan saldo yang cukup besar.Begitu Ia masuk rumah, suara Bu Marni langsung menyambutnya.“Dari mana aja kamu, sore gini baru pulang? Gaji berapa kok kerjanya lama sekali! Tuh lihat! Cucian piring numpuk! Baju kotor numpuk! Kalau kamu kerja sampai sore gini, kapan mau ngerjain pekerjaan di rumah ini!" hardik Bu Marni sambil menatap Nadira dari atas sampai bawah.Nadira menghela napas."Kan Ibu yang suruh saya kerja, giliran udah kerja salah juga. Mau Ibu apa sebenarnya? Namanya kerja ya dari pagi sampai sore dong, Bu. Kita kan dibayar. Di rumah ini saya nggak dibayar aja, kerjanya dari pagi sampai sore nggak habis-habis, apalagi dibayar, Bu," sahut Nadira dengan berani.Ia memang berjanji tak akan mengalah lagi pada mertua zalim yang ada di depannya itu. Ia sekarang adalah wanita mandiri. Kalau keadaan benar-ben

"Saya terima nikahnya Sinta Aurelia binti Syahroni dengan mas kawin uang sebesar seratus juta rupiah dibayar tunai.""Bagaimana saksi?" tanya hakim pada para saksi pernikahan."Sah!""Sah!""Sah!"Terdengar jawaban dari para saksi yang menandai sah nya pernikahan antara Farid dan Sinta.Farid pun tersenyum lega lalu menatap lembut Sinta yang duduk di sampingnya. Setali dengannya, gadis itu juga tersenyum ceria padanya.Bu Marni langsung memeluk Laila begitu ijab kabul dinyatakan sah. Begitu pun Niken dan anak anak Bu Marni yang lainnya. Semua nya menyambut gembira pernikahan kedua antara Farid dan Sinta.Di sudut yang lain, Nadira tersenyum samar, rasanya ia tak sabar lagi menantikan drama yang akan terjadi di rumah mertuanya ini.Dia yakin, meski gajinya besar, Sinta pasti tak akan mau memberikan sebagian gajinya pada mertuanya. Alih alih melakukan hal itu, istri baru suaminya itu justru akan meminta jatah nafkah sebagai seorang istri pada suaminya seperti umumnya orang orang, apalag

"Nggak usah, Sin! Mas turun di sini saja! Udah siang, takut atasan Mas marah," jawab Farid buru-buru sembari gegas membuka pintu mobil dan hendak keluar hingga mau tak mau Sinta pun menghentikan mobilnya, takut Farid jatuh dan celaka.Mendapati Sinta menghentikan mobilnya, tanpa memberikan kesempatan pada istri barunya itu lagi untuk mengikutinya, Farid pun buru-buru masuk kantor dan gegas menuju ruang kerjanya.Setelah memastikan istri barunya itu kembali melajukan kendaraannya dan meninggalkan halaman kantornya, barulah Farid bisa bernapas lega dan duduk di kursi kerjanya dengan tenang.Namun, dia tak sepenuhnya tenang karena pikirannya langsung teringat pada kata-kata Sinta beberapa saat yang lalu yang mengatakan bahwa dia akan datang ke kantornya nanti siang untuk meminta gajinya sebagai nafkah untuk istri mudanya itu.Teringat akan hal itu, Farid pun langsung dilanda gelisah. Tanpa membuang waktu dia pun gegas merogoh ponselnya dan menghubungi ibunya."Ya, Rid. Ada apa telepon? K

Laila terdengar tertawa dari seberang sana."Ya tentu aku bilang dong, Bu. Aku bilang nanti setelah kalian menikah, kamu harus kasih Ibu sebagian uang gaji suami kamu untuk ibu, sama kayak aku dan Mbak Niken. Mbak Niken juga kayak gitu, sebagian gaji Mas Ari diberikan ke ibu, karena kasian Ibu nggak kerja, cuma ngandalin pemberian anak-anaknya aja. Makanya tiap bulan uang yang dikasih suami kita-kita pasti kita kasih ke ibu karena Ibu nggak kerja. Gitu aku bilang, dan Sinta setuju, Bu. Jadi nggak ada masalah, Bu. Sinta setuju ngasih uang tiap bulan ke Ibu. Jadi nggak bener lah kalau dia nggak mau ngasih sebagian uang Farid buat Ibu, Bu," sahut Laila dengan santai di seberang.Mendengar jawaban dari menantunya itu, Bu Marni seketika merasa sesak napas.Jadi Laila hanya mengatakan kalau setiap bulannya Sinta harus memberikan sebagian uang Farid yang diberikan padanya untuk ibunya? Perasaan dia bilang, Laila harus mengatakan jika Sinta tak boleh minta nafkah dari anaknya, dan sebagian ga