Semua Bab Lima Kesempatan, Akhirnya Berpisah: Bab 11 - Bab 20

"Apa?" seru Nadine kejut.Nadine terdiam sejenak, akhirnya dia mengerti mengapa Raka tampak berbeda hari ini, rupanya Shinta kehilangan anak mereka.Di dalam mata Nadine, ada sedikit senyuman yang hampir tak terlihat. Baguslah jika mereka kehilangan anak itu. Dia sebenarnya bingung bagaimana caranya membuat Raka bercerai dengan Shinta, tetapi sekarang dengan hilangnya anak itu, semua penghalang telah lenyap, mereka pun bisa bersama."Hari itu di bar, kalau bukan karena kamu terluka, aku juga nggak akan mengalihkan amarahku ke Shinta, apalagi mendorongnya jatuh dari tangga. Kalau itu nggak terjadi, anak kami nggak akan mati!" ucap Raka.Makin Raka berbicara, makin erat dia memegang lengan Nadine.Nadine berkata sambil merintih kesakitan, "Kak Raka, kamu tenang dulu. Kejadian itu bukan salah kamu, itu salahnya Kak Shinta. Dia sengaja menyiramkan air ke aku. Bukankah kamu yang bilang kalau dia seperti itu, anak yang ada di perutnya pasti akan mendapat karma? Mungkin inilah karmanya!""Apa

Saat Raka menelepon, Shinta sedang berjemur di pantai Maldian.Pemandangan di sini sangat indah, Shinta belum pernah melihat laut sebelumnya dan sangat menikmatinya. Awalnya, setelah kehilangan anak mereka, suasana hati Shinta sangat buruk. Namun, setelah tiba di sini, segalanya terasa lebih ringan baginya.Saat itu, pelatih sudah siap untuk membawa mereka menyelam, tetapi telepon Shinta terus berdering.Shinta mengeluarkan ponselnya dan melihat nama yang tertera. Dia tahu bahwa Raka pasti sudah melihat surat perceraian itu dan mungkin sudah mengetahui bahwa anak mereka telah tiada.Shinta tidak ingin menjawab, sehingga dia memutuskan untuk menutup telepon tersebut.Namun Raka tidak menyerah, teleponnya terus masuk satu per satu. Pelatih Shinta mendesaknya, "Sepertinya telepon itu mendesak, coba angkat teleponnya. Kami menunggumu untuk menyelam."Shinta menarik napas panjang, dia berpikir memang sebaiknya dia bicara kepada Raka dengan jelas. Jadi, akhirnya dia mengangkat teleponnya.

Tiga tahun lalu, Raka memohon kepada Nadine yang terpilih untuk belajar di luar negeri agar jangan pergi.Akan tetapi, Nadine justru memutuskan hubungan mereka tanpa ragu. Nadine mengatakan bahwa dia ingin mengejar cita-citanya menjadi seorang bintang dan yang berlalu akan dia biarkan berlalu.Raka bilang akan mendukung Nadine ke luar negeri dan menunggu gadis itu pulang, tetapi Nadine menolaknya. Nadine beralasan takut tidak sanggup menahan godaan selama berada di luar negeri. Dia takut akhirnya jatuh hati kepada orang lain, jadi dia bersikeras ingin putus dari Raka.Tiga tahun setelah itu, Nadine mendadak pulang di saat Raka sudah menikah dengan orang lain.Saat pulang, Nadine juga mengirimkan sebuah pesan kepada Raka untuk menjemputnya di bandara.Harus Raka akui, dia masih merasakan kegembiraan seperti saat muda dulu sewaktu bertemu Nadine lagi.Walaupun Nadine tiga tahun lebih muda dari Raka, mereka berdua tumbuh bersama. Raka selalu memperlakukan Nadine bak tuan putri kesayangann

"Apa yang kamu lakukan, Raka! Keluar!"Shinta marah sekali melihat Raka yang merangkak masuk ke kamarnya."Aku nggak akan pergi sebelum kamu memaafkanku!"Raka pun berjalan mendekat hendak memeluk Shinta, tetapi Shinta langsung menampar pria itu dengan kencang."Keluar, kubilang! Ini kamarku! Kamu tahu nggak aku bisa saja lapor polisi supaya mereka menyeretmu yang masuk tanpa izin begini pergi!""Lapor saja! Terserah kamu mau melakukan apa pun asalkan kamu mau memaafkanku!"Saat menatap ekspresi Raka yang serius, batin Shinta terasa sangat lelah."Kamu mau apa sih, Raka? Belum cukup juga masalah yang kamu buat? Aku sudah sampai sembunyi di sini, tapi kamu tetap mengejarku. Aku sudah memberikan jalan supaya kamu bisa bersama dengan Nadine! Bisa nggak sih kamu biarkan aku pergi?""Aku nggak punya hubungan apa-apa dengan Nadine! Orang yang kucintai itu kamu!""Hahaha!"Shinta sontak tertawa terbahak-bahak mendengarkan ucapan Raka, seolah-olah itu adalah lelucon paling lucu di dunia."Raka

"Pak Raka sudah datang?"Pria yang duduk di sofa mengangkat alisnya sambil menatap Raka. Barulah pada saat itu Raka menyadari bahwa pria gemuk itu adalah Pak Aldi."Pak Aldi."Raka menyipitkan matanya menatap Nadine. Kenapa sekarang Nadine menjadi seperti ini? Kenapa dia membiarkan orang lain menyentuhnya dengan seenaknya?"Kamu terlambat datang. Sebagai hukumannya, kamu harus minum tiga gelas."Pak Aldi memerintahkan Raka untuk minum sambil menunjuk anggur di atas meja.Padahal, Raka tidak terlambat. Jelas-jelas dia tiba beberapa menit lebih awal."Kenapa malah bengong? Bukannya Pak Raka punya permintaan? Sudah begitu saja tetap nggak mau minum? Itu sih namanya nggak tulus."Seorang pria lain yang duduk di samping dan sambil memeluk seorang wanita pula menimpali.Raka ingat bahwa wanita ini adalah seorang selebriti yang debut di waktu yang bersamaan dengan Nadine. Sekarang, wanita itu juga sedang dibelai dalam pelukan seorang pria.Pemandangan di depannya ini sontak menyulut amarah Ra