"Dia nggak mungkin keberatan? Dia juga tahu hubungan kita," ucap Raka.Raka bangkit dari kursi, mengambil selembar tisu, lalu dengan lembut menghapus sisa kuah di sudut mulut Nadine."Dasar kamu ini, sudah sebesar ini, cara makan masih seperti kucing," kata Raka.Perasaan jijik meluap di hati Shinta, dia tidak ingin menatap mereka lagi."Aku nggak enak badan, aku pergi dulu," ucap Shinta.Raka bertanya, "Kamu kenapa?"Dia menatapnya dengan cemas, lalu bertanya, "Apa anak kita lagi rewel? Anak ini memang nggak pernah baik."Saat Shinta pikir Raka akan mengantarnya pulang, Raka malah berkata, "Kalau kamu nggak enak badan, mending pulang saja dulu. Nanti setelah Nadine selesai makan, aku akan pulang."Shinta menatapnya, ada senyum sinis yang melintas di tatapannya.Ternyata bagi Raka, dia yang sedang hamil ini tetap tidak lebih penting daripada Nadine yang lapar.Tiba-tiba, alarm kebakaran berbunyi, seseorang berteriak, "Ada kebakaran, cepat keluar dari sini!"Shinta belum sempat bereaksi
Read more