All Chapters of Menantu Tak Ternilai: Chapter 621 - Chapter 630

Anya tertawa mendengar itu. “Ya pokoknya kamu bebas melakukan apa saja. Yang penting pekerjaan kamu sama seperti sebelumnya. Bersih, rapi, dan senyap.”Anya menyeringai. Sudah terbayang kesuksesan rencananya nanti dan itu membuatnya senang.Setelah semua berjalan lancar, pastinya Arya akan kembali ke pelukannya lagi. Itu yang sangat diinginkan Anya.Beto mengangguk kecil. Dia sangat paham dengan apa yang diinginkan oleh temannya itu. “Tentu, percayakan saja padaku dan semua akan berjalan lancar. Untuk info pribadi Alexa nanti kamu kirim saja lewat email.” Beto berkata seraya mengambil menu dan mulai memilih makanan yang akan dimakan."Aku tunggu kabar baiknya, dan jangan lupakan kalau hal ini hanya kita yang tahu. Awas saja kalau sampai kamu mengatakan kepada orang lain," ancam Anya."Kamu itu seperti mengenalku sehari-dua hari saja. Sudah berapa kali kita bekerjasama? Masih saja kamu meragukanku!” jengkel Beto.Pria itu memang sangat tersinggung dengan kata-kata itu jika keluar dari

Mendengar usul Brigit, Bastian tidak langsung mengiyakan. Dia mempertimbangkan sejenak usul tersebut mana yang jauh lebih baik untuk semuanya.Dia juga harus memperkirakan tempat tersebut cukup aman dan luas untuk seluruh anggotanya yang berjumlah 100 orang. Setelah menimang beberapa saat, akhirnya Bastian putuskan akan mengikuti saran Brigit saja."Memangnya villa itu sanggup menampung seratus orang?" tanya Bastian memastikan lagi.Tidak mungkin dia membiarkan pasukannya tinggal berdesakkan dalam satu tempat. Brigit kembali meyakinkannya lagi. "Aku tidak ingin nanti harus pindah tempat lagi karena terlalu sempit.""Jangan khawatir, villa itu bisa menampung semua pasukanmu karena tempatnya relatif lebih besar dan luas. Dengan area villa yang luas tentunya daya tampung villa ini pun semakin besar. Aku bisa menjamin kalau tempat ini aman. Mereka semua bisa berkumpul di satu tempat, ini lebih memudahkan pekerjaanmu bukan?" tanya Brigit. Bastian mengangguk, dia kembali bertanya. "Memang,

Larissa mencari nomor Gilang, setelah menemukannya dia menekan icon berwarna hijau di layar ponsel. Sambil menunggu Gilang mengangkat, Larissa sudah menyusun rencana apa saja yang akan dilakukan nanti. "Halo, masih ingat denganku?" tanya Larissa dengan suara manja. "Tentu saja, siapa yang bisa melupakan wanita cantik seperti kamu. Ada gerangan apa sampai seorang Larissa menghubungiku?" tanya Gilang dengan semangat.Larissa berdeham. "Hanya ... kangen. Kalau misal aku mengajakmu bertemu, apa kamu akan setuju?" ajak Larissa langsung ke intinya."Aku akan jadi orang bodoh kalau sampai menolak. Kapan dan di mana aku bisa menemuimu?" tanya Gilang dengan nada tetap masih semangat. "Kamu terlalu memuji, Gilang. Aku tidak secantik itu," ujar Larissa sambil tersipu. "Kamu yang terlalu merendah, Larissa. Karena pada nyatanya kamu wanita tercantik yang pernah aku temui," puji Gilang lagi."Oke kalau begitu kapan kita bisa bertemu? Sekalian makan siang bareng saja.""Kamu katakan saja di mana

Larissa tetap mencoba untuk merayu Gilang, ia tidak akan melepaskan kesempatan ini karena hanya Gilang satu-satunya harapannya untuk bisa menghancurkan Alexa. "Kalau satu minggu untuk kamu bisa memiliki aku bagaimana?" Tangannya meraba bagian tubuh Gilang dengan lebih berani lagi."Satu minggu penuh?" Mata Gilang berbinar cerah dan air liburnya hampir menetes ketika membayangkan tubuh molek Larissa berada di bawah tubuhnya. "Tentu saja, asal kamu mau melakukan apa yang aku pinta." Larissa mendekatkan bibirnya ke leher Gilang, membelai menggoda dengan lidahnya dan menunggu saat Gilang menyetujui permintaannya. Gilang hampir saja terbuai dengan penawaran Larissa lagi, tapi ketika ia ingat dengan apa yang akan dilakukan Sang Pelindung kepada orang yang mengganggu Alexa, Gilang kembali menepis tangan Larissa. Didorongnya tubuh molek Larissa agar menjauh darinya. "Aku lebih sayang nyawa daripada menikmati tubuhnya seminggu lalu mati tanpa bisa ditemukan mayatnya." Setelah mengatakan itu

Ekspresi Noel langsung datar. Rasa cemburu masuk ke dalam hatinya. Informasi dari Mey membuat Noel berpikir kalau Bastian dan Livy memiliki hubungan di belakangnya. Namun, apa yang bisa Noel lakukan? Tidak mungkin ia menghajar Bastian, kan?“Noel, kamu baik-baik saja?” tanya Mey. Ia bingung karena Noel tiba-tiba terdiam karena dia memberitahukan tentang Bastian dan Livy, bahkan pertanyaannya soal kondisi dari Noel pun tidak dijawab oleh Noel.“Livy dan Tuan Dominic sedang apa?”Bukannya menjawab pertanyaan dari Mei Noel justru balik bertanya. Ada ketakutan dalam hatinya kalau Mey mengatakan hal yang tidak ingin dia dengar. Namun, manusia memang begitu, tetap bertanya walau tahu jawabannya akan menyakiti hati.Mey mengerutkan kening. Pasalnya Noel tampak marah dan kesal.“Mereka tidak melakukan apapun. Livy sedang membuat teh dan Bastian sedang mengambil minum. Tidak ada yang spesial. Ada apa?”tanya Mey lagi.Dia berharap pertanyaannya kali ini benar-benar dijawab.“Oh, tidak apa-apa,