-- Malam itu, hujan turun tanpa jeda, menelusuri kaca jendela seperti ingin menutupi isak yang tertahan di dada Sandi. Suara gemuruh langit menyatu dengan detak jantungnya yang kacau. Di tengah kilat yang sesekali menyambar, keputusan besar menggantung di udara—keputusan yang akan mengubah segalanya. Sandi berdiri di depan jendela, menatap pantulan dirinya yang tampak asing. Ia tahu, ada saat di mana hati harus tunduk pada logika yang kejam. Malam itu adalah saatnya. “Baiklah, Nadine,” ucapnya perlahan, suaranya bergetar namun tegas. “Kalau memang itu jalan yang kau pilih, kita akan bicarakan secara hukum. Tapi ingat, ini bukan sekadar angka di atas kertas. Ini tentang menghancurkan sesuatu yang dulu kita bangun bersama.” Nadine menatapnya dengan tatapan yang tak terbaca. Senyum tipis terukir di bibirnya, tetapi tidak menyentuh matanya. Di balik ketenangan wajah itu, tersimpan jarak yang tak lagi bisa dijembatani. “Aku tahu, Sandi,” balasnya lembut, nyaris tanpa emosi. “Tapi aku s
Last Updated : 2025-06-30 Read more