Malam itu terasa begitu panjang bagi Randy. Jam dinding terus berdetak, namun detik-detiknya seperti menertawakan dirinya yang tak mampu memejamkan mata. Pria itu duduk di sofa sebentar, lalu beranjak ke tempat tidur dan mencoba berbaring. Namun baru beberapa menit, tubuhnya kembali gelisah, membuatnya bangun lagi, lalu berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Seolah tidak ada satu posisi pun yang bisa memberi rasa nyaman. Bayangan wajah Amora terus menghantuinya. Senyum lembut wanita itu, tatapan matanya yang dulu sering ia abaikan, kini justru menjadi sesuatu yang menyiksa. Setiap kali ia mengingatnya, dadanya terasa seperti diremas-remas oleh tangan berduri. Perih, menyesakkan. Untuk bernapas saja terasa sulit. “Amora…” bisiknya lirih, suaranya pecah di antara hening malam. Ia menunduk, menekan dadanya yang nyeri. Bahkan untuk sekadar menarik napas dalam, ia kesulitan. Sakitnya bukan di paru-paru, bukan di tubuh… melainkan di hatinya yang terkoyak. Besok. Ya, besok adalah ha
Last Updated : 2025-10-03 Read more