Aku hanya diam mendengar ucapannya barusan, aku ingin tahu seberapa kesal ia pada dunia, karena yang ku tahu, ia bukan hanya kesal padaku, tapi ia memiliki kekesalan lain untuk orang lain, yang mungkin tak pernah bisa ia utarakan pada orang lain itu, pada dunia yang menurutnya juga tak adil padanya."Aku mau tidur!"Ternyata aku sudah salah sangka, mengira ia akan meluapkan amarahnya padaku, sama seperti saat kami bertengkar di taman kota waktu. Tapi syukurlah, itu artinya ia dalam kondisi yang cukup baik, karena ia berhasil mengontrol emosinya sendiri."Baiklah," Sahutku sembari menganggukkan kepala, lalu mendorong kursi rodanya. Sudah ku katakan, kalau sedang kesal atau baru selesai marah, ia akan mogok melakukan segalanya, salah satunya ya seperti ini, menolak untuk melajukan kursi rodanya sendiri. Tapi tak apa, aku senang membantunya untuk melakukan apapun, selama aku bisa.Segera aku menutup pintu balkon, menguncinya dengan benar, lalu membantu Naqib untuk berbaring di ranjangnya
Terakhir Diperbarui : 2025-07-19 Baca selengkapnya