Hari itu, matahari menyinari ruang tamu rumah mereka dengan lembut. Tirai berwarna krem terbuka setengah, membiarkan cahaya hangat menari di dinding. Aruna duduk di sofa, menggendong Aira yang baru saja selesai menyusu. Wajah kecil itu tampak damai, matanya terpejam, bibir mungilnya masih basah, dan jemari mungilnya menggenggam erat jari Aruna.“Aira, kamu tahu nggak? Dunia mama dulu rasanya gelap sekali. Tapi sekarang, dengan senyummu… semuanya berubah jadi terang.” Aruna berbisik, suaranya bergetar lembut.Glen yang baru keluar dari dapur membawa secangkir teh hangat ikut duduk di sampingnya. Ia menatap bayi kecil itu dengan campuran rasa kagum dan takut. “Dia kelihatan rapuh sekali, Run. Kadang aku takut… kalau aku nggak cukup kuat untuk jadi ayah yang baik buatnya.”Aruna menoleh, tersenyum meski matanya lelah. “Kita belajar sama-sama, Glen. Aku juga masih sering merasa nggak bisa. Tapi lihat… Aira tetap tumbuh. Dia percaya sama kita.”Glen mengusap kepala Aruna, lalu menunduk men
Terakhir Diperbarui : 2025-08-25 Baca selengkapnya