Amira bahkan langsung berdiri dari tempat duduknya. "Ma- maaf, aku harus pulang! Aku terlalu terkejut dengan berita ini sampai bingung apa yang harus kulakukan," ujar Amira dengan wajah tegang dan kaget. “Ami, tolong jangan pergi dulu,” seru Ana sambil mencoba menyusul langkah cepat Amira.Namun, suara berat Om Handoko mencegat langkah Ana. “Biarkan dia pergi, Ana. Dia butuh waktu untuk mencerna semuanya.”Ana berbalik, bingung dan kecewa. “Tapi Om—”“Percayalah. Dia akan kembali... saat dia siap,” ujar Om Handoko dengan sorot mata sendu.Ana menunduk, menahan napas dan air mata, lalu kembali bergabung bersama anak-anak panti yang sedang sibuk menggambar dan bermain.Sementara itu, Amira melangkah cepat menuju motornya, menyalakannya dengan kasar, dan melaju di atas jalan beraspal yang mulai padat. Klakson berbunyi nyaring berkali-kali dari motornya. Setiap kendaraan yang menghalangi, dia bunyikan klakson tanpa ampun. Kepalanya penuh dengan pertanyaan dan emosi yang meledak-ledak.“G
Last Updated : 2025-06-25 Read more