All Chapters of Menjahit Hati yang Retak: Chapter 141 - Chapter 150

Zoey menunduk, menahan sakit yang menyengat di jari-jarinya, tapi tetap menggenggam gelas itu erat.Mia berdiri di sampingnya, mulutnya tak henti-henti memuntahkan makian—kadang berbisik, kadang menjerit—masing-masing kata menggema seperti bayang-bayang kekerasan yang pernah ia alami. Zoey tetap diam, hingga Mia meludah dan berkata bahwa dia pantas mati.Saat itulah Zoey membalas, pelan namun tajam, “Kalau aku memang mati, bagaimana?”Ia memang lelah hidup. Rasanya dunia tak pernah memberinya secercah cahaya.Toh dia selalu ditinggalkan. Jika hidupnya bisa jadi alat bagi orang-orang ini untuk merasa puas, maka silakan ambil saja.Tapi Mia membalas dengan nada tajam, “Kamu kira mati itu segampang itu? Tunggu saja!”Zoey tahu Mia sedang merencanakan sesuatu yang lebih jahat, tapi ia tak menyangka apa yang benar-benar akan terjadi… sampai Sharon muncul dan langsung menampar

Atau lebih tepatnya, jika Zoey memang punya keberanian, rasanya seperti tulang belakangnya terbuat dari plastik murahan.Pikiran itu melintas ketika ia menyandarkan siku di atas meja, kedua telapak tangannya saling menekan dan menutupi dahi.Fitch semula tak mengerti apa yang sedang ia lakukan, sampai ia melihat bahu Zoey bergetar pelan… dan air mata jatuh satu demi satu ke atas meja.Perasaan itu datang lagi. Perasaan menyebalkan yang tak bisa ia namai. Ia bukan orang yang mudah marah—tapi entah kenapa, saat bersama Zoey, kesabarannya selalu cepat terkikis.Menangis? Untuk apa? Ada banyak orang di dunia ini yang punya masalah lebih besar darinya.Hati Fitch memang keras dan dingin. Ia merogoh saku, mengambil rokok, hendak menyalakannya—tapi mengurungkan niat saat ingat ia sedang berada di ruang tahanan. Rokok itu ia letakkan kembali.Zoey terus menangis, menggenggam tan

Fitch tak mampu benar-benar memahami kenapa dia bertindak mengikut gerak hati; mungkin kerana tatapan bersinar itu telah mencetuskan sesuatu dalam dirinya.Letupan adrenalin itu terlalu sukar dibendung.Malah kini, tubuhnya masih bergetar dengan sisa keterujaan.Dia meraba kotak rokok, berniat menyalakan sebatang lagi, tapi mendapati isinya sudah habis. Memang sejak kebelakangan ini dia merokok lebih dari biasa.Bersandar ke belakang, dia melonggarkan dua butang atas bajunya, seolah-olah memerlukan lebih banyak udara untuk bernafas. Setelah sejam menenangkan diri, barulah dia menghidupkan enjin dan memandu pulang.Di tengah malam, Zoey diserang demam.Dengan tangan menggigil, dia menelan beberapa biji ubat; mendengar salakan Ozzy, dia menghulurkan tangan lemah ke sisi katil, mengusapnya tanpa sedar.Kepalanya terasa berat dengan demam panas, dan mindan

"Aku akan menikahimu."Kata-kata yang seharusnya penuh harapan dan kebahagiaan itu justru menggantung berat di udara—ternoda oleh beban situasi dan harga dari kebebasannya. Andai saja kata itu diucapkan dalam keadaan yang berbeda, mungkin dia akan menangis bahagia.Bagaimana mungkin menabrak seseorang hingga tewas hanya berujung pada satu tahun penjara? Tapi jika Fitch bilang satu tahun, artinya uang akan digunakan untuk melicinkan semuanya—membeli maaf dari keluarga korban, dan menegosiasikan hukuman yang lebih ringan.Satu tahun. Hanya satu tahun hidupnya sebagai pertukaran untuk masa depan bersama Fitch.Zoey bersandar pada dinding, tak peduli dinginnya—mungkin karena tubuhnya sendiri terasa lebih dingin lagi. Ada begitu banyak hal yang ingin ia katakan, namun kata-kata Fitch berikutnya membekukannya di tempat."Kau ingin menikah denganku, kan?"Dia tahu. Dia menginga

Maja sudah menunggu lebih dari sepuluh menit, tapi Zoey tetap menolak untuk keluar. Tak ada pilihan lain, Maja pun terpaksa pergi. Saat ia kembali ke dalam mobil, kehangatan kabin sedikit meredakan rasa kesal yang ditimbulkan udara dingin di luar. Alih-alih langsung kembali ke kantor, Maja memutuskan untuk menemui Elvis terlebih dahulu. Namun Elvis tidak sepenuhnya tahu semua drama yang mengitari Zoey. Yang ia tahu hanya pertengkaran besar antara Zoey dan Mia. "Aku masih nggak percaya Zoey benar-benar menabrak seseorang. Aku berhasil menemukan beberapa saksi dari malam itu, dan semuanya bilang sopirnya memang sengaja menggilas korban tiga kali." Kebrutalan seperti itu jelas bukan sifat Zoey. Wajah Maja langsung menggelap. Ia merasa sangat mungkin bahwa Zoey hanya mengorbankan diri untuk orang lain. Tapi… siapa yang bisa membuatnya deng