Mentari pagi menyelinap malu-malu ke sela tirai kamar hotel. Di dalamnya, suasana terasa tak seperti biasanya. Maya dan Radya duduk bersila di atas tempat tidur, wajah mereka penuh tanda tanya, sementara Alysaa berdiri di dekat jendela—tertunduk. "Alysaa," suara Maya terdengar agak keras. "Kau harus jawab sekarang. Semalam kau ke mana?" "Kita nungguin kamu sampai jam dua pagi," sahut Radya, nada cemasnya belum juga reda. "Kami pikir kamu diculik, tahu nggak?" Alysaa menelan ludah, pelan. Kepalanya masih tertunduk, rambutnya menutupi sebagian wajah. "Aku minta maaf... aku bener-bener minta maaf," ucapnya pelan, suara berselimut sesal. "Itu nggak cukup, Al," Maya mendekat. "Kita sahabatmu. Kita pantas tahu. Kamu pergi sama siapa semalam?" Alysaa menghela napas panjang. Ia berjalan ke arah meja dan duduk di kursi kayu, menunduk dalam-dalam. "Aku... bersama seseorang." Radya dan Maya saling pandang, lalu serempak mendekat. “Siapa, Al?” tanya Radya. “Jangan buat kami menerka-nerka.
Huling Na-update : 2025-07-04 Magbasa pa