Semua Bab Di Bawah Kekuasaan sang Mafia: Bab 11 - Bab 20

Hampir semua orang di sana sedang menahan emosi. Proyek kali ini pasti akan membuat tenaga mereka terkuras habis.“Jadi proyek kali ini yang bertugas membuat rencana anggaran adalah Isabelle dan Rendra. Nanti yang akan turun langsung ke lapangan saya dan Nindya. Sementara Jordan tolong siapkan rapat internal kita dan Pak Dario. RAB dan persiapan rapat harus sudah selesai minggu ini. Terima kasih,” jelas Bu Nikki dan mengakhiri rapat.Isabelle dan ketiga rekan kerjanya lantas meninggalkan ruangan kepala departemen keuangan tersebut. Mereka berempat langsung duduk di area meja kerjanya masing-masing. Serempak menghela nafas lelah.“Gila, ya. Ini kerjaan perasaan ga kelar-kelar tapi malah nambah mulu,” gerutu Kak Jordan.Lelaki itu termasuk makhluk yang paling pendiam di departemen keuangan. Jadi, kalau dia sampai menggerutu, maka bisa dipastikan ia sudah sangat muak dengan semuanya.Rendra melepas kacamata yang bertengger di hidungnya. Pria berkemeja biru itu memijat pelipisnya. Sedangk

“Keluar, Saras,” panggil Dario sembari mengetuk salah satu pintu di ruangan Dario.Tak lama, orang yang dipanggilnya membukakan pintu. Isabelle menyembulkan kepalanya dari balik pintu.“Udah pergi dia, Kak?” Isabelle berbisik penasaran kepada Dario.“Sudah,” jawab Dario singkat.Isabelle menghembuskan nafas lega. Ia keluar dari ruangan yang ternyata tempat istirahat pribadi Dario. Kamar itu terkoneksi dengan ruangan kerjanya.“Haduh, aku rasanya jantungan, Kak,” ucap Isabelle sedikit kesal.“Take a breath, Saras,” ujar Dario tenang.Flashback onPintu ruangan Dario dicoba dibuka dari luar oleh seseorang. Namun, tidak berhasil karena memang lelaki itu menguncinya. Di situasi itu, Dario masih tenang menikmati makan siangnya. Sedangkan Isabelle yang ada di sebelahnya merasa kebingungan.“Gimana ini, Kak?” bisik Isabelle panik.“Biarkan saja,” jawab Dario datar.“Jangan gitu dong. Nanti ada yang curiga gimana? Aku sembunyi dimana gitu?” Isabelle merasa kesal dengan suaminya itu yang sanga

Departemen keuangan dan Dario melaksanakan rapat internal mereka pagi ini. Rendra bertugas untuk memaparkan rancangan anggaran yang sudah disusunnya bersama Isabelle. Sementara Dario, sang CEO sedang fokus menyimak presentasi tersebut.“Saya minta rancangan anggarannya ditambah,” Dario membuka suara.“Mohon maaf, Pak. Tetapi anggaran ini sudah disusun dengan persentase sesuai ketentuan yang biasa digunakan,” Rendra mencoba untuk menjelaskan.“Saya sudah mencoba menjelaskan ke mereka, Pak. Tetapi mereka tetap menggunakan angka tersebut,” Bu Nikki mencoba membela diri dan cuci tangan tidak mau ikut disalahkan.Wanita itu bahkan sempat melirik dan sedikit tersenyum meremehkan Isabelle. Sedangkan orang yang ditatapnya hanya berusaha fokus dengan angka-angka pada laptop di hadapannya.“Bukan persentase dan nominalnya,” ujar Dario.“Tetapi anggarkan untuk sub unit tambahan dekorasi pengadaan gedung supaya nanti setiap ruang yang akan disewakan memiliki tema berbeda,” lanjut CEO Dyanimics Gr

Suara dering ponsel memecah keheningan. Dario yang sedang fokus dengan laptopnya langsung mencari keberadaan ponsel itu. Ia sedang menemani Isabelle beristirahat dan memutuskan menyelesaikan pekerjaannya di rumah.Ternyata suara tersebut berasal dari panggilan masuk yang ada di ponsel Isabelle. Dario memegang ponsel itu dan membiarkannya. Tidak ada keinginan untuk mengangkat.“Siapa yang telpon, Kak?” tanya Isabelle serak dengan suara serak khas bangun tidur.“Rendra,” jawab Dario datar.Isabelle menggeliat. Mencoba untuk bangun dari tidurnya. Mengubah posisinya menjadi duduk bersandar ke bahu Dario dan memeluk pria itu.“Tolong angkat aja, Kak. Loudspeaker,” pinta Isabelle.Dario menggeser ikon telepon berwarna hijau pada ponsel tersebut.“Halo, Belle. Kenapa ga masuk kerja? Sakit apa kamu?” suara Rendra dari seberang sana dengan nada terdengar khawatir.“Demam dikit. Aman, kok,” jawab Isabelle masih lemas.“Udah makan? Udah minum obat? Perlu ke dokter ngga? Aku anterin deh. Atau aku

Hari ini Dario mengantarkan Isabelle untuk kembali ke rumah Paman Ferdy dan bibi. Kedua orang tersebut meminta Dario dan Isabelle. Mereka semua tengah berkumpul di ruang keluarga rumah Paman Ferdy sore ini.“Kalian apa kabar?” tanya bibi membuka pertanyaan.Perempuan itu tak berhenti memeluk Isabelle.“Kami baik, Bi,” jawab Isabelle sembari tersenyum.“Isabelle tidak menyusahkan kan, Tuan?” tanya bibi pada Dario.“Panggil saja nama saya jika di luar pekerjaan. Bagaimanapun kalian adalah pengganti orang tua Saras,” ujar Dario.“Saras tidak menyusahkan sama sekali. Dia selalu baik kepadaku,” lanjut lelaki yang mengenakan setelan jas hitam itu.Mereka bercengkrama melanjutkan pembicaraan.“Isabelle,” sebuah suara menghentikan percakapan mereka.Isabelle yang dipanggil menoleh ke arah sumber suara. Di sana sudah ada Leon yang berdiri di tangga penghubung ke lantai dua. Isabelle mematung tak percaya dengan pemandangan yang sedang ia lihat.Leon berjalan mendekat ke arah mereka semua. Lelak